Dati Wahyuni *)
http://oase.kompas.com/
Judul Buku : Mata Air Inspirasi; Mengenang Pemikiran dan Tindakan KH. Zainal Arifin Thoha, Pendiri dan Pelopor Pesantren Mandiri
Penulis : Joni Aridinata dkk.
Penerbit : Kutub, Yogyakarta
Cetakan : I Maret 2009
Tebal : xiii + 110 halaman
Jika selama ini kita mendengar, membaca atau mengikuti acara yang beraroma sastrawi, yang ada hanyalah pembacaan karya sastra berikut apresiasi terkadap karya tersebut. Sang Pengarang seakan mati. Yang hidup dan layak diapresiasi adalah Sang Karya.
Tentang Sang Karya dan Sang Pengarang ini, Goenawan Mohamad sebagaimana dikutip An. Ismanto, pernah menulis bahwa pembaca kita punya kecenderungan untuk menempatkan Sang Pengarang di pusat, walaupun semestinya yang berperan sebagai lakon utama di panggung sastra adalah Sang Karya. Pembaca kita,”memaksa” Sang Karya untuk mundur atau bahkan menghilang ke balik punggung Sang Pengarang. Sang Pengarang sendiri dimajukan dan, dalam bentuknya yang menakutkan, kecenderungan ini bahkan mencapai taraf nihilisasi terhadapnya, seperti yang terjadi pada kasus Pramoedya Ananta Toer.
Namun, dalam buku ini sementara waktu Sang Karya dipersilahkan untuk undur sejenak. Dan, memberikan tempat paling depan kepada Sang Pengarang. Sebab, kali ini para penulisnya hendak membaca Sang Pengarang, lantas disusul Sang Karya.
KH. Zainal Arifin Thoha, merupakan sosok Sang Pengarang yang diapresiasi para penulis buku ini. Gus Zainal, demikian para penulis menyebut Sang Pengarang, adalah salah satu penulis sastra, budaya, dan artikel ilmiah lainnya. Ia terlahir di Kediri, Jawa Timur, dan menetap di Yogyakarta. Selama menjadi penulis, ia melahirkan sejumlah karya yang terpublikasi melalui media massa, buku, dan suara vokalis. Diantaranya; puisi, cerpen, esai, opini dan lirik musik. Selain itu, ia juga seorang pendiri dan pelopor pesantren mandiri, PPM. Hasyim Asy’ari, di Yogyakarta. Sayangnya, belum genap berusia 35 tahun, kematian lebih dulu menjemputnya.
Kabar Kematian.
Tepat pada tanggal 14 Maret 2007 sekira jam 22.00 WIB, penyair muda ini menghembuskan nafas terakhir. Kontan saja para santri dan kawan-kawan serta penulis yang mengenalnya menjadi tercengang. Mereka tidak mengetahui penyebab kematian yang datang tiba-tiba itu. Sekitar pukul 19.00 WIB, Gus Zainal masih di pesantren dan berjama’ah Sholat Isya’ bersama santri-santrinya. Setelah itu, ia pulang ke ndalem (rumah) dan suasana kediaman pun masih tampak seperti malam-malam sebelumnya. Namun, kabar kematian itulah yang akhirnya menyulap semua. Sang Pengarang telah berpulang dan kabarnya menyebar di sejumlah media cetak dan elektronik.
Tidak sedikit pertanyaan yang beriringan dengan do’a yang dihaturkan orang-orang yang merasa kehilangan Gus Zainal. Salah satunya; apakah proses kematian Gus Zainal sama seperti penyair-penyair yang telah meramalkan kematian mereka dalam puisi sebelum mati? Dalam buku inilah, pertanyaan itu dijawab Zen Rahmat Soegito (hlm.66-73).
Meraba Kematian
Ada beberapa penyair yang selama ini kita ketahui telah meraba-raba kematian mereka di puisi yang dicipta semasa hidup. Baca saja, semisal puisinya Kristanto Agus Purnomo atau Kriapur, yang berjudul “Kupahat Mayatku di Air”, Chairil Anwar dalam “Yang Terhempas dan Yang Putus”, Federico Garcia Lorca pada Primer Romancero Gitano. Akhir kehidupan mereka persis apa yang telah dibayangkan.
Kriapur meninggal di air dalam sebuah kecelakaan yang membuat mobil yang ia tumpangi amblas di dasar kali. Chairil Anwar mati di tahun yang sama dengan sajak yang ia tulis. Dan di Karet pula ia dikuburkan. Federico Garcia Lorca pada tanggal 19 Agustus 1931, 3 tahun setelah sajak itu ditulis, mati dan tidak diketemukan pula jasadnya.
Selain mereka, Gus Zainal pernah meraba kematiannya dalam puisi “Ciuman Terakhir Menjelang Kematian”. Pada puisi yang dimuat dalam antologi puisi tunggal “Engkaulah Cinta, Akulah Rindu” itu, ia menulis begini; “Tuhan beri aku ciuman, biar segera lesat ini sukma, dan terlemparlah bangkai badan dari bau semesta”. Gus Zainal pun dijemput maut dengan cepat dan mudah. Hanya dua cegukan dan beberapa menit menggigil kedinginan. Seperti permintaannya; “biar segera lesat ini sukma”.
Itu adalah bait penutupnya. Tapi, menurut Zen, yang lebih mengejutkan adalah bait pembukanya. Di bait pertamanya, Gus Zainal melukiskan malaikat yang berkeringat sembari melukiskan keadaan dirinya yang sedang sekarat, sesuatu yang luar biasa pun benar-benar kejadian.
Menurut penulis lainnya, berdasarkan informasi yang terhimpun, proses kematian Gus Zainal persis seperti yang terlukis dalam puisi itu. Ketika itu, Gus Zainal ada di ruang depan, di depan televisi, tiduran di atas karpet, dekat dengan jendela rumahnya.
Mirip ilustrasi puisi itu, di sana pula; di depan televisi, di atas sehelai karpet, di dekat jendela rumahnya, Gus Zainal pergi dengan cepat. Mungkin juga dengan mudah. Dan seperti itu pula yang dibayangkan Gus Zainal mengenai ikhwal kematiannya, seperti yang ia tulis di bait pembuka “Ciuman Terakhir Menjelang Kematian”. Gus Zainal menulis begini; “keringat begitu deras melumuri tangan malaikat, dan aku yang terpingsan-pingsan dekat jendela, memandang wajahmu dalam gaib asamaradana. Tuhan, beri aku ciuman, sebelum nyawa meregang”. Inilah kisah kematian yang mengejutkan.
Keunikan Lain
Berbeda penilaian, D. Zawawi Imron menemukan keunikan lain dari Gus Zainal. Zainal, menurut Budayawan dari Madura itu, adalah seorang anak muda yang hidupnya tidak hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri. Lebih dari itu, ia ingin bermanfaat bagi banyak orang. Dia ingin mencetak banyak anak yang terampil menulis atau menyampaikan hasil tulisannya dalam bentuk tulisan (hlm.105).
Menurut Joni Ariadinata, selama yang ia kenal, Gus Zainal adalah salah satu orang yang mencintai kuburan. Baginya, kuburan adalah representasi yang paling jelas dari masa depan. Dari kuburanlah ia mendapat spirit dan selalu mendorong para santrinya untuk berbuat. “Sebaik-baik manusia adalah yang memberi manfaat kepada sesama”, demikian pesan Gus Zainal yang dikutip cerpenis dan redaktur majalah sastra itu.
Tidak kalah memberikan kesaksian, Muhidin M. Dahlan juga mengenang anjuran Gus Zainal untuk menziarahi kuburan. Namun, bagi penulis “Kabar Buruk dari Langit” itu, kuburan tak semestinya dipahami sebagai kuburan bangkai-bangkai semata. Rak buku sama dengan kuburan. Dalam rak pula, berjejer-jejer buku terdiam dan menantikan peziarah. Bukankah Gus Zainal tak pernah mengharamkan santrinya membaca dan menulis apapun? Bukankah ia juga pernah berkata bahwa hikmah harus dicari dan tersebar dibanyak halaman buku? Memang, menurut Kuswaidi Syafi’ie, Zainal betul-betul telah membangun fondasi hidup yang patut dicontoh oleh siapapun. Tasawuf telah mengantarkan dirinya pada kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan.
Terlepas dari kesaksian mereka, Gus Zainal adalah Gus Zainal. Ia layak memiliki sebutan Sang Pengarang dengan bukti sejumlah karyanya. Dalam buku ini, apresiasi para penulis terhadap Sang Pengarang, cukup memberikan kesan dan wawasan pembaca. Antara Sang Pengarang dan Sang Karya, memiliki pertalian ruh (spirit) yang kuat dan penuh teka-teki. Meski demikian, akan lebih banyak teka-teki jika disusul Sang Karya-Sang Karya dari para Sang Pengarang lainnya.
*) Penikmat Sastra dan Mahasiswi Universitas Serang Raya (UNSERA).
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Khoirul Anam
A. Khoirul Anam
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abd. Basid
Abdul Aziz
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar
Abdul Hadi W.M.
Abdul Rauf Singkil
Abdul Rosyid
Abdul Salam HS
Abdul Wachid B.S.
Abdullah Alawi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abu Nawas
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Ach. Tirmidzi Munahwan
Achmad Faesol
Adam Chiefni
Adhitya Ramadhan
Adi Mawardi
Adian Husaini
Aditya Ardi N
Ady Amar
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afrizal Malna
Afrizal Qosim
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus Buchori
Agus Fahri Husein
Agus Fathuddin Yusuf
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahmad Anshori
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Baso
Ahmad Fatoni
Ahmad Hadidul Fahmi
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Syafii Maarif
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rohim
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Sahal
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alang Khoiruddin
Alang Khoirudin
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Aliansyah
Allamah Syaikh Dalhar
Alvi Puspita
AM Adhy Trisnanto
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Amin Hasan
Aminullah HA Noor
Amir Hamzah
Ammar Machmud
Andri Awan
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjar Nugroho
Anjrah Lelono Broto
Antari Setyowati
Anwar Nuris
Arafat Nur
Ariany Isnamurti
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arifin Hakim
Arman AZ
Arwan
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Juanda
Asep S. Bahri
Asep Sambodja
Asep Yayat
Asif Trisnani
Aswab Mahasin
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Azizah Hefni
Azwar Nazir
B Kunto Wibisono
Babe Derwan
Badrut Tamam Gaffas
Bale Aksara
Bandung Mawardi
Bastian Zulyeno
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budiawan Dwi Santoso
Buku Kritik Sastra
Candra Adikara Irawan
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cawapres Jokowi
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abhsar
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
CNN Indonesia
Cucuk Espe
Cut Nanda A.
D Zawawi Imron
D. Dudu AR
Dahta Gautama
Damanhuri Zuhri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Danuji Ahmad
Dati Wahyuni
Dea Anugrah
Dea Ayu Ragilia
Dede Kurniawan
Dedik Priyanto
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Detti Febrina
Dewi Kartika
Dian Sukarno
Dian Wahyu Kusuma
Didi Purwadi
Dien Makmur
Din Saja
Djasepudin
Djauharul Bar
Djoko Pitono
Djoko Saryono
DM Ningsih
Doddy Hidayatullah
Donny Syofyan
Dr Afif Muhammad MA
Dr. Simuh
Dr. Yunasril Ali
Dudi Rustandi
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dyah Ratna Meta Novia
E Tryar Dianto
Ecep Heryadi
Edeng Syamsul Ma’arif
Edy A Effendi
Edy Susanto
EH Ismail
Eka Budianta
Ekky Malaky
Eko Israhayu
Ellie R. Noer
Emha Ainun Nadjib
Esai
Esha Tegar Putra
Evi Melyati
Fachry Ali
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faizal Af
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fazabinal Alim
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Furqon Lapoa
Fuska Sani Evani
Geger Riyanto
Ghufron
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
Gus Muwaffiq
Gusriyono
Gusti Grehenson
H Marjohan
H. Usep Romli H.M.
Habibullah
Hadi Napster
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hammam Fathulloh
Hamzah Fansuri
Hamzah Sahal
Hamzah Tualeka Zn
Hanibal W.Y. Wijayanta
Hanum Fitriah
Haris del Hakim
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Basri Marwah
Hasnan Bachtiar
Hasyim Asy’ari
Helmy Prasetya
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Heri Listianto
Heri Ruslan
Herry Lamongan
Herry Nurdi
Heru Kurniawan
Hilmi Abedillah
Hotnida Novita Sary
Hudan Hidayat
Husein Muhammad
I Nyoman Suaka
Ibn ‘Arabi (1165-1240)
Ibn Rusyd
Ibnu Sina
Ibnu Wahyudi
Idayati
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imadi Daimah Ermasuri
Imam Hamidi Antassalam
Imam Khomeini
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Nasri
Imron Tohari
Indonesia O’Galelano
Indra Kurniawan
Indra Tjahyadi
Inung As
Irma Safitri
Isbedy Stiawan Z.S.
Istiyah
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
J Sumardianta
Jadid Al Farisy
Jalaluddin
Jalaluddin Rakhmat
Jamal Ma’mur Asmani
Jamaluddin Mohammad
Javed Paul Syatha
Jaya Suprana
Jember Gemar Membaca
Jo Batara Surya
Johan Wahyudi
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K. Muhamad Hakiki
K.H. A. Azis Masyhuri
K.H. Anwar Manshur
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
Kabar Pesantren
Kafiyatun Hasya
Kanjeng Tok
Kasnadi
Kazzaini Ks
KH Abdul Ghofur
KH. Irfan Hielmy
Khansa Arifah Adila
Khoirul Anwar
Khoirur Rizal Umami
Khoshshol Fairuz
Kiai Muzajjad
Kiki Mikail
Kitab Dalailul Khoirot
Kodirun
Komunitas Deo Gratias
Koskow
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurtubi
Kuswaidi Syafi’ie
Kyai Maimun Zubair
Lan Fang
Larung Sastra
Leila S. Chudori
Linda S Priyatna
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP
Lukman Asya
Lukman Santoso Az
M Arif Rohman Hakim
M Hari Atmoko
M Ismail
M Thobroni
M. Adnan Amal
M. Al Mustafad
M. Arwan Hamidi
M. Bashori Muchsin
M. Faizi
M. Hadi Bashori
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Mustafied
M. Nurdin
M. Yoesoef
M. Yunis
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
M.S. Nugroho
M.Si
M’Shoe
Mahamuda
Mahdi Idris
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahrus eL-Mawa
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mansur Muhammad
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marjohan
Marsudi Fitro Wibowo
Martin van Bruinessen
Marzuki Wahid
Marzuzak SY
Masduri
Mashuri
Masjid Kordoba
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni el-Moezany
Matroni Muserang
Mbah Dalhar
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftahul Ulum
Mila Novita
Mochtar Lubis
Moh. Ghufron Cholid
Mohamad Salim Aljufri
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Yamin
Muh. Khamdan
Muhajir Arrosyid
Muhammad Abdullah
Muhammad Affan Adzim
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih AR
Muhammad Amin
Muhammad Anta Kusuma
Muhammad Ghannoe
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Kosim
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Mukhlisin
Muhammad Quraish Shihab
Muhammad Subhan
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yasir
Muhammad Yuanda Zara
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyiddin
Mujtahid
Muktamar Sastra
Mulyadi SA
Munawar A. Djalil
Munawir Aziz
Musa Ismail
Musa Zainuddin
Muslim
Mustafa Ismail
Mustami’ tanpa Nama
Mustofa W Hasyim
Musyafak
Myrna Ratna
N. Mursidi
Nasaruddin Umar
Nashih Nashrullah
Naskah Teater
Nasruli Chusna
Nasrullah Thaleb
Nelson Alwi
Nevatuhella
Ngarto Februana
Nidia Zuraya
Ninuk Mardiana Pambudy
Nita Zakiyah
Nizar Qabbani
Nova Burhanuddin
Noval Jubbek
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nur Fauzan Ahmad
Nur Wahid
Nurcholish
Nurel Javissyarqi
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Orasi Budaya
Pangeran Diponegoro
Parimono V / 40 Plandi Jombang
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
Pesantren Tebuireng
Pidato
Politik
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pramoedya Ananta Toer
Prof. Dr. Nur Syam
Profil Ma'ruf Amin
Prosa
Puisi
Puji Hartanto
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
Purwanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
PUstaka puJAngga
Putera Maunaba
Putu Fajar Arcana
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rakhmat Nur Hakim
Ramadhan Alyafi
Rameli Agam
Rasanrasan Boengaketji
Ratnaislamiati
Raudal Tanjung Banua
Reni Susanti
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Retno HY
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Rinto Andriono
Risa Umami
Riyadhus Shalihin
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rohman Abdullah
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifuddin Syadiri
Saifudin
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Salahuddin Wahid
Salamet Wahedi
Salman Faris
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra Pesantren
Sastrawan Pujangga Baru
Satmoko Budi Santoso
Satriwan
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra Boenga Ketjil
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siswanto
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slavoj Zizek
Snouck Hugronje
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sufyan al Jawi
Sugiarta Sriwibawa
Sulaiman Djaya
Sundari
Sungatno
Sunu Wasono
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susringah
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaiful Amin
Syaifullah Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syeikh Abdul Maalik
Syeikh Muhammad Nawawi
Syekh Abdurrahman Shiddiq
Syekh Sulaiman al Jazuli
Syi'ir
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tiar Anwar Bachtiar
Tjahjono Widijanto
Tok Pulau Manis
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tu-ngang Iskandar
Turita Indah Setyani
Umar Fauzi Ballah
Uniawati
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usep Romli H.M.
Usman Arrumy
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wa Ode Zainab Zilullah Toresano
Wahyu Aji
Walid Syaikhun
Wan Mohd. Shaghir Abdullah
Warung Boengaketjil
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Fei Hung
Y Alpriyanti
Yanti Mulatsih
Yanuar Widodo
Yanuar Yachya
Yayuk Widiati
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yopi Setia Umbara
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudi Latif
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zaenal Abidin Riam
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zakki Amali
Zehan Zareez
Tidak ada komentar:
Posting Komentar