Hasil Diskusi bersama Emha Ainun Nadjib
Fathurrahman Karyadi *
http://sastra-indonesia.com/
Setiap pengajian Padhang Mbulan—pimpinan Emha Ainun Nadjib—digelar, pasti selalu membawa kesejukan bagi para pendengarnya. Edisi bulan Maulud kali ini diselenggarakan pada hari Sabtu malam Minggu, 19 Februari 2011 lalu di kediaman beliau, Menturo, Sumobito Jombang. Seperti biasa format pengajian diawali dengan pemaparan tafsir tekstual oleh Cak Fuad lalu disusul dengan tafsir kontekstual oleh Emha Ainun Nadjib, atau yang lebih akrab disapa Cak Nun. Bedanya dengan edisi-edisi sebelumnya, malam itu dibacakan pula puisi pujian (al-madâih wa al-qâshaid) dari kitab Maulid al-Dibai serta ditambah dua narasumber; Sabrang- Letto dan Pak Haryo.
Karena dalam suasana maulid nabi, ayat yang dibedah kala itu pun bertajuk keagungan Nabi Muhammad SAW. Meskipun kami sering mendengarnya, tapi anehnya tidak ada rasa bosan yang menimpa kami. Di samping karena sosok nabi yang memang betul-betul membawa berkah, juga dilengkapi dengan pemaparan nara sumber yang sangat menyenankan, ilmiyah populer plus guyonan ala pesantren.
Rasulullah dan Cahaya
Dalam Surat al-Mâidah ayat 15 Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan.” Footnote dalam ayat ini menyebutkan bahwa yang dimaksud “cahaya “ adalah Nabi Muhammad SAW dan “kitab” maksudnya Al-Quran. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Razi, Al-Alusi, Abu Bakr al-Jazairi, al-Mawardi dan Sayyid Thanthawi.
Ayat ini tidak disiggung dalam forum. Mungkin kalah populer dengan ayat “Laqad kâna lakum…” (Al-Ahzâb: 21) atau “Laqad jâakum rasulun…” (Al-Taubah: 128). Maka dengan memberanikan diri, penulis mengungkapkan ayat tersebut saat sesion tanya jawab dibuka. Dalam kesempatan emas tersebut, saya—dengan keterbatasan ilmu tentunya—memiliki pengertian bahwa Nabi Muhammad SAW diibaratkan sebagai cahaya. Namun kita masih gamang, cahaya yang bagaimanakah yang pas untuk diibaratkan atau dikinayahkan kepada beliau?
Syaikh Abdurrahman al-Dibai dan Imam Ja’far al-Barzanji mengungkapkan dalam sajaknya “Anta syamsun anta badrun, anta nûr fawqa nûr.” (Engkau, nabi Muhammad, adalah matahari, engkau adalah rembulan, engkau adalah cahaya di atas cahaya). Kemudian saya bertanya-tanya, apakah benar Nabi Muhammad diibaratkan seperti cahaya matahari? Padahal—lagi-lagi berdasarkan kedangkalan ilmu penulis—di samping sinar matahari memiliki banyak kelebihan dan manfaat besar, ia juga memiliki beberapa kelemahan.
Pertama, matahari tidak bisa dilihat secara total dengan mata telanjang. Bahkan konon katanya bisa mengakibatkan mata buta karena kedahsyatan sinarnya. Sedangkan Nabi Muhammad SAW jelas-jelas bisa dipandang. Banyak hadits yang menyebutkan bahwa rupa Nabi Muhammad sangat tampan, bersinar, segar bagi siapa saja yang melihatnya. Syeikh Abdurrahman al-Dibai sendiri menggambarkan wajah nabi dengan ungkapan “Alifiyyul anfi mîmiyyul fammi nûniyyul hâjib” (Hidung Nabi seperti huruf alif, lisannya seperti huruf mim, alisnya seperi huruf nun). Dengan begitu, wajah Nabi Muhammad SAW benar-benar bisa dilihat, tidak seperti matahari.
Kedua, kita tidak bisa menikmati cahaya matahari selama 24 jam ful. Warga negara Indonesia mungkian hanya 12 jam saja bisa bermesraan dengan matahari. Begitu pula di negara-negara lain. Bahkan ada negara yang hanya beberapa jam saja bisa menikmati sinar matahari.
Ketiga, cahaya matahari tidak bisa menembus masuk ke dalam ruangan. Ketika siang bolong misalnya, kita masih membutuhkan penerangan cahaya lampu saat berada di dalam sebuah ruangan seperti kamar mandi atau di dalam gua. Singkatnya, sorotan cahaya matahari pun terbatas, tidak bisa menembus ruang.
Keempat, terkadang cahaya matahari memberikan efek samping yang negatif. Kulit seseorang yang sering terkena terik matahari maka akan tampak gosong. Ada juga beberapa tanaman yang tidak boleh terkena sinar matahari lebih. Mulanya ia harus dilapisi dengan plastik agar tidak langsung menembus tanaman tersebut. Bumi ini pun akan bahaya bila tidak ada lapisan asmosfir.
Oleh karena itu, dengan keagungan-Nya yang luar biasa, Al-Quran mengibaratkan Nabi Muhammad dengan istilah “sirâjan munîran” (Al-Ahzab: 46) bukan syams, matahari. Dalam kamus Al-Munawwir (1997: 624), sirâjan munîra bermakna lampu/pelita yang abadi bersinar atau lebih mudahnya adalah tempat kecil berisi minyak yang diberi obor di atasnya sehingga terang dengan cahaya api (Jawa: lampu uplik). Di antara hikmahnya adalah, karena cahaya sirâj bisa menerangi kita di mana saja, meski di dalam gua sekalipun, praktis di bawa, bisa dimanfaatkan untuk berbagai macam hal seperti memasak, dan sebagainya. Yang terpenting adalah, bahwa cahaya sirâj bisa ditularkan kepada siapa saja tanpa mengurangi sumber aslinya. Maka begitu pula Rasulullah SAW, memberikan kecahayaan kepada seluruh umat. Diriwayatkan bahwa Sayyidina Ali RA adalah orang pertama yang mendapat cahaya tersebut, lalu kemudian merembet kepada para sahabat, tabi’in sampai kita saat ini. Sehingga jagad dunia menjadi terang dengan nur Muhammad SAW. Inilah yang dimaksud dengan nûrul Musthafâ malâ’al akwân (Cahaya Rasul yang dipilih memenuhi alam jagad).
Dengan begitu, istilah sirâj tampaknya lebih cocok dari pada syams. Seorang pujangga agung, Imam al-Bushiri memang menggunakan lafadz syams akan tetapi beliau menambahi kalimatnya menjadi syamsu fadhlin sehingga memiliki arti matahari keutamaan, bukan sekedar matahari. (Kaannahû syamsu fadlin hum kawâkibuhâ-yuzdhirna anwârahâ linnâsi fizzdulami. Engkau adalah matahari keutamaan sedangkan para sahabat bintang-bintang. Sinarnya menerangi manusia dalam kegelapan).
Perbedaan Bahasa
Menanggapi uneg-uneg saya di atas, Cak Nun sangat bijak. Beliau menanggapi bahwa pembahasan di atas terkait erat dengan bahasa. Istilah syams yang dikinayahkan kepada Rasulullah SAW itu adalah bahasa sastra bukan fisika. Jadi mataharin pun bukan dimaknai sebagai fisik matahari yang memang memiliki beberapa kekurangan. Lebih bijaksana lagi beliau mengomentari bahwa Maulid al-Dibai adalah karya manusia bukan karena Tuhan. Jadi maklum kalau dijumpai kekurangan.
Begitu pula dengan sang putra, Sabrang-Letto . Bahkan dengan kecerdasannya di bidang fisika dan cahaya dia bisa memantahkan pendapat saya. Wal hasil, jika Nur Muhammad diibaratkan dengan matahari terdapat kebenaran dan kekurangannya. Begitu pula kalau diibaratkan dengan sirâj, mengingat lampu uplik senantiasa membutuhkan minyak dan terkadang juga membahayakan kalau membakar suatu benda di dalam rumah.
* **
Jika kita kaji lebih dalam pernak-pernik kehidupan ini maka akan dapat kita simpulkan bahwa permasalahan yang sering kita hadapi hanya karena bahasa. Konflik rumah tangga berakar dari kesalahfahaman istri dengan sang suami. Keributan di panggung politik juga bermula karena ketidakfahaman para pakar antarbahasa politik dengan bahasa hukum, budaya, dst. Kita hanya mempelajari satu bahasa tanpa mengenal bahasa yang lain. Sehingga terjadilah kebutaan sosial dalam kehidupan. Yang semula penuh kebersamaan menjadi terpecah belah menjadi sekte-sekte aliran. Seandainya kita faham bahasa mereka dan bisa mengungkapkan bahasa kita kepada mereka niscaya kerukunan senantiasa terjalin.
Maka sangat benar apa yang dikatakan dalam lirik lagu Syair Tanpo Waton yang dinisbatkan kepada almarhum Gus Dur “Duh bolo konco prio wanito, ojo mung ngaji syariat bloko, gur pinter dongeng nulis lan moco, tembe mburine bakal sangsoro.” Dalam syair itu diungkapkan, seorang ahli agama jangan puas kalau hanya menguasai ilmu syariat saja, tanpa mengenal akhlaq tashawwuf, tarekat ma’rifat, juga cabang-cabang disiplin ilmu lainnya. Sehingga diharapkan, dalam kehidpuan yang universal ini kita bisa membuka mata lebar, tidak sempit dengan satu bahasa saja. WaLlahu A’lam.
Jakarta, 8 Maret 2011
*) Santri Ponpes Tebuireng Jombang
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Khoirul Anam
A. Khoirul Anam
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abd. Basid
Abdul Aziz
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar
Abdul Hadi W.M.
Abdul Rauf Singkil
Abdul Rosyid
Abdul Salam HS
Abdul Wachid B.S.
Abdullah Alawi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abu Nawas
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Ach. Tirmidzi Munahwan
Achmad Faesol
Adam Chiefni
Adhitya Ramadhan
Adi Mawardi
Adian Husaini
Aditya Ardi N
Ady Amar
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afrizal Malna
Afrizal Qosim
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus Buchori
Agus Fahri Husein
Agus Fathuddin Yusuf
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahmad Anshori
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Baso
Ahmad Fatoni
Ahmad Hadidul Fahmi
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Syafii Maarif
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rohim
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Sahal
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alang Khoiruddin
Alang Khoirudin
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Aliansyah
Allamah Syaikh Dalhar
Alvi Puspita
AM Adhy Trisnanto
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Amin Hasan
Aminullah HA Noor
Amir Hamzah
Ammar Machmud
Andri Awan
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjar Nugroho
Anjrah Lelono Broto
Antari Setyowati
Anwar Nuris
Arafat Nur
Ariany Isnamurti
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arifin Hakim
Arman AZ
Arwan
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Juanda
Asep S. Bahri
Asep Sambodja
Asep Yayat
Asif Trisnani
Aswab Mahasin
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Azizah Hefni
Azwar Nazir
B Kunto Wibisono
Babe Derwan
Badrut Tamam Gaffas
Bale Aksara
Bandung Mawardi
Bastian Zulyeno
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budiawan Dwi Santoso
Buku Kritik Sastra
Candra Adikara Irawan
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cawapres Jokowi
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abhsar
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
CNN Indonesia
Cucuk Espe
Cut Nanda A.
D Zawawi Imron
D. Dudu AR
Dahta Gautama
Damanhuri Zuhri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Danuji Ahmad
Dati Wahyuni
Dea Anugrah
Dea Ayu Ragilia
Dede Kurniawan
Dedik Priyanto
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Detti Febrina
Dewi Kartika
Dian Sukarno
Dian Wahyu Kusuma
Didi Purwadi
Dien Makmur
Din Saja
Djasepudin
Djauharul Bar
Djoko Pitono
Djoko Saryono
DM Ningsih
Doddy Hidayatullah
Donny Syofyan
Dr Afif Muhammad MA
Dr. Simuh
Dr. Yunasril Ali
Dudi Rustandi
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dyah Ratna Meta Novia
E Tryar Dianto
Ecep Heryadi
Edeng Syamsul Ma’arif
Edy A Effendi
Edy Susanto
EH Ismail
Eka Budianta
Ekky Malaky
Eko Israhayu
Ellie R. Noer
Emha Ainun Nadjib
Esai
Esha Tegar Putra
Evi Melyati
Fachry Ali
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faizal Af
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fazabinal Alim
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Furqon Lapoa
Fuska Sani Evani
Geger Riyanto
Ghufron
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
Gus Muwaffiq
Gusriyono
Gusti Grehenson
H Marjohan
H. Usep Romli H.M.
Habibullah
Hadi Napster
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hammam Fathulloh
Hamzah Fansuri
Hamzah Sahal
Hamzah Tualeka Zn
Hanibal W.Y. Wijayanta
Hanum Fitriah
Haris del Hakim
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Basri Marwah
Hasnan Bachtiar
Hasyim Asy’ari
Helmy Prasetya
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Heri Listianto
Heri Ruslan
Herry Lamongan
Herry Nurdi
Heru Kurniawan
Hilmi Abedillah
Hotnida Novita Sary
Hudan Hidayat
Husein Muhammad
I Nyoman Suaka
Ibn ‘Arabi (1165-1240)
Ibn Rusyd
Ibnu Sina
Ibnu Wahyudi
Idayati
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imadi Daimah Ermasuri
Imam Hamidi Antassalam
Imam Khomeini
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Nasri
Imron Tohari
Indonesia O’Galelano
Indra Kurniawan
Indra Tjahyadi
Inung As
Irma Safitri
Isbedy Stiawan Z.S.
Istiyah
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
J Sumardianta
Jadid Al Farisy
Jalaluddin
Jalaluddin Rakhmat
Jamal Ma’mur Asmani
Jamaluddin Mohammad
Javed Paul Syatha
Jaya Suprana
Jember Gemar Membaca
Jo Batara Surya
Johan Wahyudi
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K. Muhamad Hakiki
K.H. A. Azis Masyhuri
K.H. Anwar Manshur
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
Kabar Pesantren
Kafiyatun Hasya
Kanjeng Tok
Kasnadi
Kazzaini Ks
KH Abdul Ghofur
KH. Irfan Hielmy
Khansa Arifah Adila
Khoirul Anwar
Khoirur Rizal Umami
Khoshshol Fairuz
Kiai Muzajjad
Kiki Mikail
Kitab Dalailul Khoirot
Kodirun
Komunitas Deo Gratias
Koskow
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurtubi
Kuswaidi Syafi’ie
Kyai Maimun Zubair
Lan Fang
Larung Sastra
Leila S. Chudori
Linda S Priyatna
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP
Lukman Asya
Lukman Santoso Az
M Arif Rohman Hakim
M Hari Atmoko
M Ismail
M Thobroni
M. Adnan Amal
M. Al Mustafad
M. Arwan Hamidi
M. Bashori Muchsin
M. Faizi
M. Hadi Bashori
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Mustafied
M. Nurdin
M. Yoesoef
M. Yunis
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
M.S. Nugroho
M.Si
M’Shoe
Mahamuda
Mahdi Idris
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahrus eL-Mawa
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mansur Muhammad
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marjohan
Marsudi Fitro Wibowo
Martin van Bruinessen
Marzuki Wahid
Marzuzak SY
Masduri
Mashuri
Masjid Kordoba
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni el-Moezany
Matroni Muserang
Mbah Dalhar
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftahul Ulum
Mila Novita
Mochtar Lubis
Moh. Ghufron Cholid
Mohamad Salim Aljufri
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Yamin
Muh. Khamdan
Muhajir Arrosyid
Muhammad Abdullah
Muhammad Affan Adzim
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih AR
Muhammad Amin
Muhammad Anta Kusuma
Muhammad Ghannoe
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Kosim
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Mukhlisin
Muhammad Quraish Shihab
Muhammad Subhan
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yasir
Muhammad Yuanda Zara
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyiddin
Mujtahid
Muktamar Sastra
Mulyadi SA
Munawar A. Djalil
Munawir Aziz
Musa Ismail
Musa Zainuddin
Muslim
Mustafa Ismail
Mustami’ tanpa Nama
Mustofa W Hasyim
Musyafak
Myrna Ratna
N. Mursidi
Nasaruddin Umar
Nashih Nashrullah
Naskah Teater
Nasruli Chusna
Nasrullah Thaleb
Nelson Alwi
Nevatuhella
Ngarto Februana
Nidia Zuraya
Ninuk Mardiana Pambudy
Nita Zakiyah
Nizar Qabbani
Nova Burhanuddin
Noval Jubbek
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nur Fauzan Ahmad
Nur Wahid
Nurcholish
Nurel Javissyarqi
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Orasi Budaya
Pangeran Diponegoro
Parimono V / 40 Plandi Jombang
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
Pesantren Tebuireng
Pidato
Politik
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pramoedya Ananta Toer
Prof. Dr. Nur Syam
Profil Ma'ruf Amin
Prosa
Puisi
Puji Hartanto
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
Purwanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
PUstaka puJAngga
Putera Maunaba
Putu Fajar Arcana
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rakhmat Nur Hakim
Ramadhan Alyafi
Rameli Agam
Rasanrasan Boengaketji
Ratnaislamiati
Raudal Tanjung Banua
Reni Susanti
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Retno HY
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Rinto Andriono
Risa Umami
Riyadhus Shalihin
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rohman Abdullah
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifuddin Syadiri
Saifudin
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Salahuddin Wahid
Salamet Wahedi
Salman Faris
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra Pesantren
Sastrawan Pujangga Baru
Satmoko Budi Santoso
Satriwan
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra Boenga Ketjil
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siswanto
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slavoj Zizek
Snouck Hugronje
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sufyan al Jawi
Sugiarta Sriwibawa
Sulaiman Djaya
Sundari
Sungatno
Sunu Wasono
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susringah
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaiful Amin
Syaifullah Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syeikh Abdul Maalik
Syeikh Muhammad Nawawi
Syekh Abdurrahman Shiddiq
Syekh Sulaiman al Jazuli
Syi'ir
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tiar Anwar Bachtiar
Tjahjono Widijanto
Tok Pulau Manis
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tu-ngang Iskandar
Turita Indah Setyani
Umar Fauzi Ballah
Uniawati
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usep Romli H.M.
Usman Arrumy
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wa Ode Zainab Zilullah Toresano
Wahyu Aji
Walid Syaikhun
Wan Mohd. Shaghir Abdullah
Warung Boengaketjil
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Fei Hung
Y Alpriyanti
Yanti Mulatsih
Yanuar Widodo
Yanuar Yachya
Yayuk Widiati
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yopi Setia Umbara
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudi Latif
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zaenal Abidin Riam
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zakki Amali
Zehan Zareez
Tidak ada komentar:
Posting Komentar