Senin, 04 April 2011

Belajar Bahasa dari Nur Muhammad SAW

Hasil Diskusi bersama Emha Ainun Nadjib
Fathurrahman Karyadi *
http://sastra-indonesia.com/

Setiap pengajian Padhang Mbulan—pimpinan Emha Ainun Nadjib—digelar, pasti selalu membawa kesejukan bagi para pendengarnya. Edisi bulan Maulud kali ini diselenggarakan pada hari Sabtu malam Minggu, 19 Februari 2011 lalu di kediaman beliau, Menturo, Sumobito Jombang. Seperti biasa format pengajian diawali dengan pemaparan tafsir tekstual oleh Cak Fuad lalu disusul dengan tafsir kontekstual oleh Emha Ainun Nadjib, atau yang lebih akrab disapa Cak Nun. Bedanya dengan edisi-edisi sebelumnya, malam itu dibacakan pula puisi pujian (al-madâih wa al-qâshaid) dari kitab Maulid al-Dibai serta ditambah dua narasumber; Sabrang- Letto dan Pak Haryo.

Karena dalam suasana maulid nabi, ayat yang dibedah kala itu pun bertajuk keagungan Nabi Muhammad SAW. Meskipun kami sering mendengarnya, tapi anehnya tidak ada rasa bosan yang menimpa kami. Di samping karena sosok nabi yang memang betul-betul membawa berkah, juga dilengkapi dengan pemaparan nara sumber yang sangat menyenankan, ilmiyah populer plus guyonan ala pesantren.

Rasulullah dan Cahaya

Dalam Surat al-Mâidah ayat 15 Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan.” Footnote dalam ayat ini menyebutkan bahwa yang dimaksud “cahaya “ adalah Nabi Muhammad SAW dan “kitab” maksudnya Al-Quran. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Razi, Al-Alusi, Abu Bakr al-Jazairi, al-Mawardi dan Sayyid Thanthawi.

Ayat ini tidak disiggung dalam forum. Mungkin kalah populer dengan ayat “Laqad kâna lakum…” (Al-Ahzâb: 21) atau “Laqad jâakum rasulun…” (Al-Taubah: 128). Maka dengan memberanikan diri, penulis mengungkapkan ayat tersebut saat sesion tanya jawab dibuka. Dalam kesempatan emas tersebut, saya—dengan keterbatasan ilmu tentunya—memiliki pengertian bahwa Nabi Muhammad SAW diibaratkan sebagai cahaya. Namun kita masih gamang, cahaya yang bagaimanakah yang pas untuk diibaratkan atau dikinayahkan kepada beliau?

Syaikh Abdurrahman al-Dibai dan Imam Ja’far al-Barzanji mengungkapkan dalam sajaknya “Anta syamsun anta badrun, anta nûr fawqa nûr.” (Engkau, nabi Muhammad, adalah matahari, engkau adalah rembulan, engkau adalah cahaya di atas cahaya). Kemudian saya bertanya-tanya, apakah benar Nabi Muhammad diibaratkan seperti cahaya matahari? Padahal—lagi-lagi berdasarkan kedangkalan ilmu penulis—di samping sinar matahari memiliki banyak kelebihan dan manfaat besar, ia juga memiliki beberapa kelemahan.

Pertama, matahari tidak bisa dilihat secara total dengan mata telanjang. Bahkan konon katanya bisa mengakibatkan mata buta karena kedahsyatan sinarnya. Sedangkan Nabi Muhammad SAW jelas-jelas bisa dipandang. Banyak hadits yang menyebutkan bahwa rupa Nabi Muhammad sangat tampan, bersinar, segar bagi siapa saja yang melihatnya. Syeikh Abdurrahman al-Dibai sendiri menggambarkan wajah nabi dengan ungkapan “Alifiyyul anfi mîmiyyul fammi nûniyyul hâjib” (Hidung Nabi seperti huruf alif, lisannya seperti huruf mim, alisnya seperi huruf nun). Dengan begitu, wajah Nabi Muhammad SAW benar-benar bisa dilihat, tidak seperti matahari.

Kedua, kita tidak bisa menikmati cahaya matahari selama 24 jam ful. Warga negara Indonesia mungkian hanya 12 jam saja bisa bermesraan dengan matahari. Begitu pula di negara-negara lain. Bahkan ada negara yang hanya beberapa jam saja bisa menikmati sinar matahari.

Ketiga, cahaya matahari tidak bisa menembus masuk ke dalam ruangan. Ketika siang bolong misalnya, kita masih membutuhkan penerangan cahaya lampu saat berada di dalam sebuah ruangan seperti kamar mandi atau di dalam gua. Singkatnya, sorotan cahaya matahari pun terbatas, tidak bisa menembus ruang.

Keempat, terkadang cahaya matahari memberikan efek samping yang negatif. Kulit seseorang yang sering terkena terik matahari maka akan tampak gosong. Ada juga beberapa tanaman yang tidak boleh terkena sinar matahari lebih. Mulanya ia harus dilapisi dengan plastik agar tidak langsung menembus tanaman tersebut. Bumi ini pun akan bahaya bila tidak ada lapisan asmosfir.

Oleh karena itu, dengan keagungan-Nya yang luar biasa, Al-Quran mengibaratkan Nabi Muhammad dengan istilah “sirâjan munîran” (Al-Ahzab: 46) bukan syams, matahari. Dalam kamus Al-Munawwir (1997: 624), sirâjan munîra bermakna lampu/pelita yang abadi bersinar atau lebih mudahnya adalah tempat kecil berisi minyak yang diberi obor di atasnya sehingga terang dengan cahaya api (Jawa: lampu uplik). Di antara hikmahnya adalah, karena cahaya sirâj bisa menerangi kita di mana saja, meski di dalam gua sekalipun, praktis di bawa, bisa dimanfaatkan untuk berbagai macam hal seperti memasak, dan sebagainya. Yang terpenting adalah, bahwa cahaya sirâj bisa ditularkan kepada siapa saja tanpa mengurangi sumber aslinya. Maka begitu pula Rasulullah SAW, memberikan kecahayaan kepada seluruh umat. Diriwayatkan bahwa Sayyidina Ali RA adalah orang pertama yang mendapat cahaya tersebut, lalu kemudian merembet kepada para sahabat, tabi’in sampai kita saat ini. Sehingga jagad dunia menjadi terang dengan nur Muhammad SAW. Inilah yang dimaksud dengan nûrul Musthafâ malâ’al akwân (Cahaya Rasul yang dipilih memenuhi alam jagad).

Dengan begitu, istilah sirâj tampaknya lebih cocok dari pada syams. Seorang pujangga agung, Imam al-Bushiri memang menggunakan lafadz syams akan tetapi beliau menambahi kalimatnya menjadi syamsu fadhlin sehingga memiliki arti matahari keutamaan, bukan sekedar matahari. (Kaannahû syamsu fadlin hum kawâkibuhâ-yuzdhirna anwârahâ linnâsi fizzdulami. Engkau adalah matahari keutamaan sedangkan para sahabat bintang-bintang. Sinarnya menerangi manusia dalam kegelapan).

Perbedaan Bahasa

Menanggapi uneg-uneg saya di atas, Cak Nun sangat bijak. Beliau menanggapi bahwa pembahasan di atas terkait erat dengan bahasa. Istilah syams yang dikinayahkan kepada Rasulullah SAW itu adalah bahasa sastra bukan fisika. Jadi mataharin pun bukan dimaknai sebagai fisik matahari yang memang memiliki beberapa kekurangan. Lebih bijaksana lagi beliau mengomentari bahwa Maulid al-Dibai adalah karya manusia bukan karena Tuhan. Jadi maklum kalau dijumpai kekurangan.

Begitu pula dengan sang putra, Sabrang-Letto . Bahkan dengan kecerdasannya di bidang fisika dan cahaya dia bisa memantahkan pendapat saya. Wal hasil, jika Nur Muhammad diibaratkan dengan matahari terdapat kebenaran dan kekurangannya. Begitu pula kalau diibaratkan dengan sirâj, mengingat lampu uplik senantiasa membutuhkan minyak dan terkadang juga membahayakan kalau membakar suatu benda di dalam rumah.

* **

Jika kita kaji lebih dalam pernak-pernik kehidupan ini maka akan dapat kita simpulkan bahwa permasalahan yang sering kita hadapi hanya karena bahasa. Konflik rumah tangga berakar dari kesalahfahaman istri dengan sang suami. Keributan di panggung politik juga bermula karena ketidakfahaman para pakar antarbahasa politik dengan bahasa hukum, budaya, dst. Kita hanya mempelajari satu bahasa tanpa mengenal bahasa yang lain. Sehingga terjadilah kebutaan sosial dalam kehidupan. Yang semula penuh kebersamaan menjadi terpecah belah menjadi sekte-sekte aliran. Seandainya kita faham bahasa mereka dan bisa mengungkapkan bahasa kita kepada mereka niscaya kerukunan senantiasa terjalin.

Maka sangat benar apa yang dikatakan dalam lirik lagu Syair Tanpo Waton yang dinisbatkan kepada almarhum Gus Dur “Duh bolo konco prio wanito, ojo mung ngaji syariat bloko, gur pinter dongeng nulis lan moco, tembe mburine bakal sangsoro.” Dalam syair itu diungkapkan, seorang ahli agama jangan puas kalau hanya menguasai ilmu syariat saja, tanpa mengenal akhlaq tashawwuf, tarekat ma’rifat, juga cabang-cabang disiplin ilmu lainnya. Sehingga diharapkan, dalam kehidpuan yang universal ini kita bisa membuka mata lebar, tidak sempit dengan satu bahasa saja. WaLlahu A’lam.

Jakarta, 8 Maret 2011

*) Santri Ponpes Tebuireng Jombang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez