Jumat, 20 Mei 2011

Islam Dua Budaya

Abimardha Kurniawan*
http://oase.kompas.com/

Sekilas, judul buku ini terlihat provokatif, karena seolah-olah menampilkan dua kultur yang saling berhadapan dan beroposisi, yakni Islam Melayu dan Jawa Islam, kendati ada unsur Islam pada keduanya. Memang, Islam yang berkembang di masing-masing kultur punya wajah kontras. Namun, keduanya tak saling serang laiknya dua lelaki gempal yang saling adu jotos di arena tinju. Keduanya tumbuh dalam lingkup masing-masing.

Penulis buku ini, Maharsi Resi, menjabarkan perbedaan tersebut dalam domain sastra sejarah yang dihasilkan masing-masing kultur: Melayu dengan Sejarah Melayu (SM), dan Jawa dengan Babad Tanah Jawa (BTJ). Kedua teks berasal dari masa ketika pengaruh Islam sudah mengakar hingga ke dalam sendi-sendi kehidupan masyarakatnya. Beberapa ahli menyebutkan bahwa Islam punya peran sebagai pencetus lahirnya genre sastra sejarah di Nusantara, walau sebenarnya pendapat ini cukup bias.

Di Jawa, pada masa sebelum Islam berkembang sedemikian rupa, telah ada genre semacam ini. Sebutlah karya-karya seperti Kidung Harsawijaya, Kidung Sunda, Kidung Sorandaka, Rangga Lawe, sekedar menyebut beberapa, punya muatan historis karena merupakan representasi simbolis kehidupan di lingkungan kraton Majapahit. Kakawin Desawarnana (Nagarakr?tagama) gubahan Prapañca, walaupun oleh pengarangnya sendiri tidak dimaksudkan sebagai karya sastra (sejarah), melaikan cuma deskripsi wilayah, oleh para sarjana yang hidup berabad-abad setelahnya dicap punya nilai sejarah yang tinggi. Juga Pararaton yang sering dijadikan rujukan untuk telaah kritis seputar sejarah kerajaan Jawa, mulai berdirinya dinasti Rajasa (Ken Angrok) hingga zaman Majapahit. Sedangkan di Melayu, sangat jarang ditemukan peninggalan pra-Islam semacam itu, meski jejaknya bisa ditemukan dalam teks-teks yang dihasilkan dan berkembang di masa Islam.

Pedekatan yang dilakukan penulis terhadap karya sastra sejarah sebenarnya bukan pendekatan baru. Ada indikasi, asumsi penulis telah terarahkan untuk menganggap karya sastra sejarah sebagai mitos. Ini juga berkaitan dengan latar belakang penulis sebagai sarjana sastra. SM dan BJT didekati sebagai karya sastra, bukan karya sejarah. Sikap semacam ini juga jadi prasaran A. Teeuw kepada para sejarawan ketika menghadapi karya historiografi tradisonal.

Teori mitos Levi-Strauss diterapkan dalam telaahnya. Kedua teks dianalisis untuk menguak makna cerita mitos dalam kaitannya dengan kultur masyarakat yang melahirkannya. Teori mitos Levi-Strauss tidak dimanfaatkan secara utuh di sini, terutama ketika menyangkut pemaknaan mitos oleh masyarakat pendukung. Bagi Levi-Strauss, mitos tidak punya makna tertentu, kecuali ditempatkan pada hubungan dengan mitos lain yang tidak harus berasal dari kultur yang sama.

Dalam hal tersebut, penulis kurang sependapat dengan Levi-Strauss dan condong kepada keyakinan Rassers, antropolog Belanda yang pernah menelaah cerita-cerita Pañji, dan lantas menghasilkan disertasi yang berjudul Het Pañji Romanche, bahwa ada kesatuan yang fundamental antara mitos dengan struktur masyarakat pendukungnya. Mitos lahir dan dimaknai secara eksklusif oleh suatu masyarakat. Mitos merupakan bentuk komunikasi yang melibatkan kode-kode tertentu yang (setidaknya) harus dipahami pihak penyampai dan penerima. Selain itu, penulis juga memanfaatkan pedekatan semiotik untuk membongkar simbol-simbol yang beroperasi secara signifikan di dalam teks.

***

Mula-mula, sinopsis SM dan BTJ dijabarkan, dan ini menghabiskan hampir separuh isi buku. Lantas, unit-unit naratif masing-masing teks dibedah dengan mengambil fokus pada identitas tokoh, pengalaman hidup tokoh, dan akhir riwayat hidup tokoh. Dengan begitu, pola pikir kolektif di masing-masing kultur yang terepresentasikan lewat teks bisa diungkap.

Penulis beranggapan bahwa pengalaman hidup tokoh dalam teks SM berlangsung dinamis, melalui beberapa tahapan: (1) mitos lokal Melayu, (2) mitos Islam, dan (3) Islam rasional. Selain menunjukkan dinamika berpikir masyarakat melayu pada masa itu, tahapan ini juga merupakan bentuk penyempurnaan dakwah Islam. Islam tidak hanya menjadi legitimasi kuasa raja, namun telah menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan riil untuk mencapai kesempurnaan (hal.117). Sedangkan dalam BTJ, seorang tokoh bisa mengalami pergeseran derajat kehidupan yang melibatkan nafsu-nafsu dasar manusia. Seorang Raja Jawa yang telah memiliki kedudukan kosmologis tertinggi, bisa tergelincir oleh goda nafsu dan jatuh pada kenistaan. Ia akan kembali memperoleh derajatnya apabila ia bertobat dan berbuat darma (hal.148).

Variabel pembeda lain yang disoroti penulis adalah sistem penanggalan yang diterapkan pada masing-masing teks. Teks SM mencantumkan tanggal penulisannya, yakni hari Kamis, 12 Rabiulawwal 1021 H. Penggunaan sistem penanggalan ini dibaca penulis sebagai penanda bahwa kultur Melayu mengalami islamisasi hampir menyeluruh. Sementara di Jawa? Tarikh Jawa, sebagaimana yang dipakai dalam BTJ, terbentuk secara hibrida dengan menggabungkan tarikh Hijirah dan Saka. Sistem penanggalan semcam ini dicetuskan Sultan Agung tatkala menduduki tahta tertinggi Mataram Islam. Penanggalan ini dimulai pada 1554 Saka (1666 Masehi), dengan sistem perhitungan Hijriah.

Selain itu, Sultan Agung ingin mendirikan supremasi posisi raja yang bertuah dan punya kuasa politis mutlak. Ia memupuskan peran Sunan Giri (sebagai representasi Islam) dalam tradisi pentahbisan raja Jawa. Sultan Agung tak butuh itu. Baginya, seorang raja adalah penguasa tertinggi bidang politik dan agama, sebagaimana yang juga tercermin dalam gelar raja Jawa—Senapati ing Alaga Ngabdurahman Sayidin Panatagama Kalipatulah. Secara sosio-politik-kultural, sikap Sultan Agung ini juga merupakan bentuk upaya revivalisasi budaya Jawa di lingkungan Mataram Islam. Fakta-fakta tersebut mempertegas pendapat bahwa yang terjadi di Jawa bukan “Islamisasi-Jawa”, melainkan “Jawanisasi-Islam”, berbeda dengan Melayu.

Setidaknya, fenomena ini merepresentasikan pola pikir dan sikap budaya Jawa dalam menerima pengaruh dari luar. Atau meminjam ungkapan C.C. Berg: orang Jawa adalah muslim berdasarkan sahadatnya, namun secara tidak resmi mereka menyebut agamanya sebagai agama Jawa. Itulah, Jawa cenderung mempertahankan identitas, kendati kerap “berganti baju” mengikuti alur zaman yang berubah-ubah.

Dalam simpulannya, penulis menambahkan catatan akhir yang mewakili sikap dan posisi buku ini dalam mata rantai teori tentang kedatangan Islam di Nusantara. Setelah bertungkuslumus menguliti rangkaian simbolisasi mitos dalam teks, dan ini memang cukup melelahkan pembaca karena cenderung berbelit dan berulang, penulis menyimpulkan bahwa islamisasi di Nusantara digerakkan para pendakwah profesional, bukan oleh para pedagang sebagaimana yang diwacanakan salah satunya oleh Van Leur.

Kendati mungkin pandangan genetik (karya sastra merupakan rekaman tata cara zamannya) begitu dominan dalam analisis dua karya ini, ada nuansa reduksionisme di sini. Antara SM dan BJT, keduanya merupakan produk istana. Narasi mitos-sejarah dalam teks melibatkan tokoh-tokoh dari kelas sosial yang berkutat di lingkungan istana. Agak janggal bila dikatakan bahwa sistem simbol dalam SM maupun BTJ mewakili pandangan masyarakat Melayu maupun Jawa yang luas dan plural pada masa teks digubah. Memang, dalam perkembangannya, hegemoni istana tersebar secara sentrifugal, namun akan lebih pas bila dikatakan bahwa konstruksi pemahaman itu ada pada domain sastra istana.

Kemandirian dan resistensi kultural tentunya sangat dimungkinkan untuk muncul dari masyarakat non-istana. Sangat mungkin pula muncul karya sastra dalam genre lain, bukan sastra sejarah atau babad, yang merepresentasikan sikap mandiri dan (mungkin) resisten itu. Untuk memperoleh gambaran komprehensif tentang pola pikir Jawa di zaman Islam karya-karya non-istana dari genre apapun juga perlu dipertimbangkan, meski karya-karya semacam SM dan BJT (terlanjur) menjadi kanon di masyarakatnya. Agaknya ini menjadi tugas para sarjana di masa mendatang, sehingga tabir misteri yang membungkus proses islamisasi Nusantara sedikit demi sedikit bisa nganga tersibak seiring ditemukannya data-data baru mengenai hal itu. (*)

Judul : Islam Melayu vs Jawa Islam, Menelusuri Jejak Karya Sastra Sejarah Nusantara
Penulis : Dr. Maharsi Resi
Penerbit : Pustaka Pelajar
Cetakan : Pertama, 2010 Tebal : viii + 207 halaman.
*) Penikmat buku, tinggal di Yogyakarta, 31 Maret 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez