Kamis, 16 Juni 2011

Belanja Religiusitas dalam Novel Populer

Putu Fajar Arcana
Kompas, 27 Des 2009

EMPAT tahun setelah novel Ayat Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy terbit tahun 2004, dunia film mengangkatnya menjadi semakin populer. Film berjudul sama yang disutradarai Hanung Bramantyo itu setidaknya berhasil menjaring 3,7 juta penonton. Sebuah angka fantastis yang dicapai dalam waktu singkat. Teks sastra sebagai novel mungkin akan ngos-ngosan jika ingin melampaui pencapaian itu!

Sukses AAC, baik sebagai novel maupun film, menjadi pemicu lahirnya film-film yang berangkat dari novel. Bahkan, belakangan pada saat sebuah novel terbit, pada bagian sampulnya sudah diterakan tulisan, ”Segera Difilmkan”. Di luar sukses film Laskar Pelangi yang berangkat dari novel karya Andrea Hirata dan sekarang diteruskan lewat sekuel Sang Pemimpi, menarik dicermati kemunculan novel-novel bernuansa islami. AAC diikuti oleh munculnya novel dan film Perempuan Berkalung Sorban (Abidah El Khalieqy), kemudian dua seri Ketika Cinta Bertasbih (Habiburrahman El Shirazy), serta segera menyusul Negeri 5 Menara (A Fuadi).

Fenomena ini bisa jadi memang ulangan dari sinergi antara teks sastra dan film sebagaimana pernah terjadi pada dekade 1970-an sampai 1980-an. Kita tentu masih ingat sukses Cintaku di Kampus Biru (Ashadi Siregar), Karmila (Marga T), kemudian disusul Gita Cinta dari SMA (Eddy D Iskandar), serta beberapa lainnya. Hal yang membedakan ”semangat” dalam novel-novel populer mutakhir dipenuhi oleh keinginan untuk melakukan semacam identifikasi diri sebagai bangsa yang mayoritas warganya memeluk Islam.

Hal menarik lain, sebagian dari novel itu ditulis oleh para pengarang yang memiliki basis pendidikan Islam di pondok-pondok pesantren, tetapi kemudian menjadi mahasiswa dan bekerja di luar negeri. Mereka tadinya adalah orang-orang desa, bahkan tanpa pernah tinggal di Jakarta, langsung menuju pusat-pusat pendidikan Islam seperti Mesir atau kota megapolitan, seperti Washington DC. Fakta sosiologis ini menguatkan hipotesis bahwa dari merekalah kemudian dilahirkan karya-karya bernuansa islami yang menunjukkan keislaman modern. Periode ini muncul ke permukaan seturut dengan menguatnya Islam simbolik di perkotaan, terutama pascareformasi 1998 serta peristiwa 11 September 2001 di Amerika.

Pengajar filsafat Universitas Parahyangan, Bandung, Bambang Sugiharto, melihat fenomena ini dalam tiga hal. Pertama, bisa jadi penerbitan serta pembuatan film-film islami itu sebagai rumusan dari kegelisahan khalayak sehingga hal-hal yang tadinya dianggap tabu dibicarakan dalam Islam memperoleh outlet lewat media-media populer.

”Meski belum begitu berani, setidaknya karya-karya ini mengartikulasikan kepentingan orang-orang urban,” kata Bambang. Kedua, adanya problem identitas yang meluncur ke permukaan pascaperistiwa 11 September 2001, di mana Islam diidentifikasi sebagai agama yang dipenuhi kekerasan. Di situ pula seolah-olah terdapat benturan hebat antara Islam dan modernitas. ”Novel-novel ini justru menggambarkan betapa Islam itu tidak bertentangan dengan modernitas, Islam juga bisa diterima oleh orang-orang yang kosmopolit,” ujar Bambang. Ketiga, dalam benturan tradisional dengan modern itulah justru orang-orang kota membutuhkan bentuk-bentuk konfigurasi simbolis untuk menunjukkan bahwa kekotaan itu tidak berarti menghilangkan religiusitas di dalam diri mereka.

Kritik

Kritik Bambang terhadap novel-novel ini, persoalan yang telah demikian hebat dipaparkan, tentu dengan kutipan-kutipan ayat kitab suci, nyatanya hanya berhenti pada sentimentalisme simbolik yang mengelus-elus semata. Problem-problem nyata dari masyarakat urban tidak terogoh (istilah Bambang) secara mendasar. Problem seperti kawin campur yang jelas tak terhindarkan dalam masyarakat urban, misalnya, kata Bambang, nyaris tidak tersentuh. ”Padahal itu kan problem nyata sekali dalam masyarakat global ini,” katanya.

Kritik juga datang dari peneliti sastra Universitas Indonesia, Riris K Sarumpaet. Riris melihat novel-novel itu tak lebih dari konspirasi dunia konsumsi semata-mata. Peneraan label ”Best Seller” pada novel Negeri 5 Menara atau bahkan ”Megabestseller” dalam Ketika Cinta Bertasbih, jelas menunjukkan metode dagang semata-mata. ”Tetapi itulah cara-cara sastra memasuki dunia populer, termasuk memasuki dunia film juga,” ujar Riris. Kencenderungan yang terjadi pada manusia perkotaan, katanya, mudah sekali digiring oleh hal-hal yang menurut mereka berada di luar dirinya serta sedang menjadi tren. ”Orang pada dasarnya belanja gaya hidup, termasuk dalam konteks novel dan film-film islami itu belanja religiusitas,” kata Riris.

Riris tak mengingkari bahwa kemunculan novel-novel ini didorong oleh keinginan dakwah, terutama di kalangan masyarakat kota yang tadinya cenderung sekuler. Berdakwah pada orang- orang kota tentu harus menggunakan bahasa yang mereka kenal dan akrabi sehari-hari. Disitulah media seperti film dan novel memperoleh tempatnya. ”Yang nonton film dan baca novel kan para kelas menengah kota toh?” ujar Riris.

Lepas dari itu semua, rumusan Bambang dan kritik Riris telah memperlihatkan kepada kita bahwa fenomena kemunculan novel-novel bernuansa islami bisa menjadi fakta untuk membaca realitas sosial yang kini sedang terjadi. Selain secara sosiologis ditulis oleh generasi yang menjadi anak zaman (kaum urban), pada bagian-bagian novel sangat jelas ditunjukkan keberpihakan pada nilai-nilai moderat. Bahwa Islam tidak identik dengan kekerasan apalagi terorisme. Islam adalah juga sebuah nilai atau ajaran yang toleran terhadap agama lain, termasuk kosmopolitanisme yang dibawa oleh peradaban Barat.

Novel-novel itu menunjukkan wajah Islam yang ramah, tidak kaku, apalagi fundamentalis sebagaimana opini yang selama ini dibentuk oleh media-media Barat. Di luar bahwa kemudian teks sastra diperlakukan sebagai wahana dakwah—dan ini bukan hal baru dalam ranah sastra kita—praktik kerja sastra bagi generasi Habiburrahman, Abidah, A Faudi, serta pengarang islami lainnya adanya kepentingan, apa yang disebut oleh Bambang sebagai reartikulasi Islam modern yang tidak norak. Reartikulasi itu memang pada awalnya cukup mengejutkan kalangan Islam sendiri, tetapi kemudian justru merasa terwakili.

Maka tidaklah heran jika saat pemutaran film AAC atau Perempuan Berkalung Sorban, misalnya, datang berduyun-duyun kelompok ibu-ibu berjilbab yang selama ini berjarak dengan dunia bioskop. Bolehlah ini kita tanggapi tidak sekadar sebagai apresiasi, apalagi sekadar mencari hiburan semata, tetapi lebih pada keinginan untuk turut serta berada dalam barisan pembahasaan keramahtamahan Islam.

Peristiwa 11 September 2001 serta berbagai kasus terorisme di Tanah Air mau tidak mau telah memicu opini yang mencitrakan Islam selalu berlumur kekerasan. Novel dan film-film tadi lalu seolah hadir menjadi ”juru bicara” untuk memperlihatkan sisi-sisi menyejukkan dan humanis, serta nilai-nilai islami yang sama sekali tidak perlu ”berkelahi” dengan urbanisme, yang dibawa oleh peradaban perkotaan.

Sumber: http://cabiklunik.blogspot.com/2009/12/catatan-sastra-belanja-religiusitas.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez