Sabtu, 27 Agustus 2011

Masygul di Bulan Baik

Yusi Avianto Pareanom
Sumber: ruang baca Tempo

Hari-hari ini saya banyak masygul. Sebetulnya ini bukan cara yang baik untuk menjalani bulan baik. Tapi mau bagaimana lagi, saya bukan orang yang terlalu baik saat berhadapan dengan hal-hal yang kurang baik. Apalagi kalau hal-hal kurang baik itu berkaitan dengan dunia saya mencari nafkah (hal baik), yaitu penulisan dan buku.

Sebelumnya, izinkan saya berputar sedikit. Di kawasan Depok ada sebuah toko buah yang sering saya singgahi. Sebelumnya, saya nyaman saja berbelanja di sana. Buahnya bagus, harganya masuk akal. Suatu hari, mata saya tertumbuk pada tulisan di atas tumpukan mangga yang ranum. Bunyinya menggelitik, buah yang satu ini bagus untuk golongan darah A. Di sebelahnya untuk golongan darah B. Semula saya berniat membeli, tapi lantas kecut, golongan darah saya O. Saya lantas memanggil penjaga toko.

“Kenapa hanya bagus untuk golongan darah A dan B?” tanya saya.

“Sudah dari sananya kok, Mas,” kata si penjaga. Ketika saya kejar, jawabannya tak berubah. Tidak puas dengan penjelasannya saya meminta manajer keluar.

“Begini, golongan darah saya O, kalau makan mangga ini kira-kira saya bakal mampus tidak?”

“Bapak kok nanyanya ‘gitu, tapi… anu, saya tidak tahu” kata si manajer.

“Kalau tidak tahu, mengapa tulisan itu dipasang?”

Mantra “dari sananya” kembali keluar. Hari itu saya tidak jadi beli buah. Saya kesal, sekalipun saya yakin si penjaga dan manajer toko jauh lebih kesal ketimbang saya.

Kejadian di toko buah itu adalah salah satu yang bikin saya masygul. Mereka mempraktekkan apa yang secara main-main saya sebut “Steven Seagalisme”. Pernah lihat film bintang laga Hollywood yang satu ini? Sok gagah walau sebenarnya mengundang tawa. Di toko buah itu, Steven Seagalisme-nya adalah aksi pasang tulisan yang sepertinya ilmiah, tetapi sebenarnya asal-asalan.

Celakanya, ini gejala umum (saya sedang melebih-lebihkan, tentu). Lebih celaka lagi, dan ini yang membuat saya sangat masygul, gejala ini bertaburan di dunia penulisan. Contoh paling anyar yang saya temui adalah artikel tentang soto kemiri yang dimuat di Kompas (23/09/07). Dalam tulisan ini, si penulis merasa perlu mencantumkan nama Latin untuk seledri dan kunyit, padahal tulisannya bukan diperuntukkan untuk jurnal kesehatan. Alasannya, Steven Seagalisme.

Bagaimana dengan buku-buku yang beredar? Supaya tidak dituduh asal comot, saya memilih untuk memeriksa Hubbu, pemenang pertama Sayembara Novel DKJ 2006, karya Mashuri (GPU, 2007). Sampul buku ini memikat, demikian juga premis yang ditawarkan. Krisis identitas sang protagonis di tengah tarikan tiga budaya: Islam, Jawa, dan modern. Novel ini disebut oleh Ahmad Tohari, salah seorang juri, sebagai “sangat utuh dan padu ceritanya”.

Setelah membaca Hubbu, saya jadi ingin bertanya, “Benarkah kita membaca buku yang sama?” Saya tak menjumpai “yang utuh dan padu” sedikit pun dalam buku ini. Malah Hubbu adalah salah satu cerita paling mbulet yang pernah saya baca. Saya mesti menabahkan diri untuk membacanya. Saya tak merasa terajak menikmati kegelisahan si tokoh utama. Alih-alih, si penulis membombardir pembaca dengan kalimat-kalimat mengambang penuh bunga tapi sama sekali tak bertenaga.

Hubbu juga bereksperimen dengan menggunakan narator lebih dari satu orang. Lucunya, suara semua narator sama. Terpaksa, saya hadirkan novel asing sebagai pembanding, Dancer karya Colum McCann. Novel yang berkisah tentang Rudolf Hamitovich Nureyev, pebalet kelas dunia keturunan muslim Tartar, ini menggunakan beberapa belas narator. Nureyev diceritakan melalui mata tukang cuci yang mengenalnya semasa bocah, penata panggung di balet Kirov, pasangan sejenisnya, dan masih banyak lagi. Semua narator memiliki suaranya sendiri. Saya tak menjumpai ini di Hubbu. Alhasil, yang muncul hanyalah kecentilan, atau setidaknya eksperimen yang gagal.

Tidak cukup cuma itu. Pada halaman 39 tertulis, “Aku seakan-akan pernah di sini, berjalan di sekitar ini”. Aku sendiri tak mengerti, entah kapan itu terjadi. De javu model begitu memang sering menghantuiku…

De javu, dari mana kata ini berasal? Saya yakin, dari paparan sebelumnya penulis bermaksud menulis deja vu yang berasal dari bahasa Prancis, yang artinya kira-kira “seperti sudah pernah melihat” (deja = pernah; sementara vu, bentuk past participle dari voir, = melihat ). Salah ketik? Saya bermaksud bersangka baik. Tapi di halaman 202, De Javu muncul lagi besar-besar sebagai judul bab. Salah ketik dari Hongkong? Yang ada adalah Steven Seagalisme. Penulisnya mau kelihatan gagah dengan mengutip frasa asing, tapi ia tak cukup punya pengetahuan sederhana tentangnya. Penyuntingnya (kalau ada) juga tak mau ketinggalan keren, maka loloslah de javu yang barangkali masih sepupuan dengan de Java itu.

Sebelum membaca Hubbu, sebetulnya saya sudah mendapat SMS dari kawan saya Rani Ambyo yang isinya melarang saya membaca buku itu. Ia tahu perangai saya yang gampang tersulut kalau ada bacaan yang terlalu “ajaib”. Saya bandel. Bagaimanapun, ini novel pemenang sayembara, pikir saya. Ternyata, Rani benar.

Saya masygul karena sebenarnya bahan baku Hubbu sangat menjanjikan. Banyak adegan yang sangat khas pesantren Jawa, dan bagi saya ini menarik, seperti ketika tokoh Jarot mencucup ubun-ubun Kiai Adnan yang baru saja meninggal. Pula ketika para santri dimarahi usai menonton wayang. Bahkan paparan buku harian ketika tokohnya berbahasa Inggris secara ngawur malah tepat penggunaannya.

Saya terus terang cemas setelah membaca Hubbu. Jika ini pemenang pertama sebuah sayembara nasional, bagaimana dengan mutu pemenang-pemenang di bawahnya? Bagaimana pula mutu yang tidak menang? Untuk menjawab rasa penasaran itu saya memungut Glonggong (Serambi, 2007) karya Junaedi Setiyono. Dan, saya mesti bilang, saya mendapat jeda kemasygulan. Glonggong ditulis dengan kerendahan hati. Tak ada Steven Seagalisme di sini. Banyak paparan memikat. Kalimat pembukanya juga imajinatif, Kanjeng Sultan Ngabdulkamid meninggal dunia pada 8 Januari 1855 pukul setengah tujuh pagi waktu Makasar. Perhatikan frasa “waktu Makasar”. Dengan dua kata ini, pembaca langsung dibawa ke masa silam.

Sayangnya, Glonggong seperti terbit tanpa disiangi penyuntingnya. Perhatikan banyaknya penggunaan ‘hanya’ yang kemudian masih diikuti ‘saja’. Pula muncul kalimat-kalimat yang tak kena di logika, seperti ketika tokoh utamanya mengingat apa yang dilihatnya ketika ia masih dalam gendongan ibunya. Ini tidak mungkin, sekalipun bisa diakali dengan cerdik bila ia menyisipkan alasan yang kuat. Sherman Alexie melakukannya dengan asyik dalam novel terbarunya, Flight. Dalam buku ini, tokoh utamanya mengingat ketika sewaktu bayi ibunya sering menyanyikan lagu I Love You More Than You’ll Ever Know dari Blood, Sweat, and Tears. “Aku tahu aku tak semestinya ingat hal itu. Tapi aku benar-benar ingat.” Dengan cara ini, pembaca dikenalkan pada sosok yang suka ngeyel namun pada dasarnya melankolis.

Glonggong yang tampil bersahaja celakanya justru dicederai blurb Stephen Seagalisme dari ketiga juri (Ahmad Tohari, Bambang Sugiharto, dan Dr. Apsanti Djokosujatno). Kawan saya AS Laksana sudah membahas ini dengan sangat baik dalam diskusi Glonggong beberapa waktu di Jakarta, saya tak akan mengulangnya di sini (silakan kirim surat elektronik ke aslaksana@yahoo.com bila ingin mendapatkan salinan makalahnya –itu juga dengan catatan yang bersangkutan sudi membagi).

Asal tahu saja, masih banyak lagi hal yang membuat saya masygul. Tetapi kali ini saya batasi untuk urusan buku sajalah. Saya bukan klon dari Smurf Penggerutu kok. Kalaupun dalam tulisan ini kemasygulan ini saya tujukan kepada para pemenang sayembara DKJ, itu karena mereka semestinya bisa dijadikan barometer. Dan, yang lebih penting, saya sebetulnya sangat ngeman kepada Hubbu maupun Glonggong. Dengan penulisan ulang untuk Hubbu, dan penyuntingan ketat untuk Glonggong, keduanya bakal punya peluang untuk mendapatkan perhatian khusus dari juri bila dibawa ke lomba semisal Man Asia Prize. Namun, premis menjanjikan saja tidak cukup. Bila dilepas glondongan macam yang beredar di pasar, wah bisa kena “de javu” lagi saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez