Minggu, 16 Oktober 2011

Doa Malam Ketujuh

Ahmad Zaini*
http://sastra-indonesia.com/

Kumandang lantunan doa bergema dari rumah Yasak. Suara ratusan orang yang berjejal di rumah berbahan dari bambu itu berebut khusuk menembus celah-selah dinding rumah yang sudah lapuk. Tangis isak serta linangan air mata terus mengalir dari para pelantun doa. Mereka sibuk mengusap air mata dengan ujung baju atau dengan sarung untuk menahan air mata bening yang terus mengalir. Doa-doa terus bergema diiring hembusan angin rawa yang menembus celah dinding-dinding rumah.

Yasak, lelaki bertubuh kecil duduk lunglai di sudut ruang. Ia melantunkan doa dengan emosi yang sangat tinggi. Suaranya lebih keras daripada yang lain. Bahkan sesekali dia berteriak menyebut nama orang yang dikirimi doa. Ya, nama yang selalu disebut-sebut itu adalah nama anak pertamanya yang tujuh hari yang lalu meninggal karena kecelakaan. Orang-orang yang kebetulan duduk di dekatnya tak henti-henti mendekap tubuh Yasak sambil membisik, menghibur serta menenangkannya.

Musibah demi musibah memang selalu datang menguji kesabaran keluarga Yasak. Beberapa tahun yang lalu dia menderita penyakit darah tinggi. Berbulan-bulan dia tidak bisa bekerja menafkahi keluarga. Ia hanya berbaring di ranjang reot dan hanya bisa membebankan hidupanya pada istrinya. Ketaatan istrinya merawat suaminya yang sedang diuji Tuhan tak diragukan lagi. Dia berusaha mencarikan biaya berobat suaminya dengan bekerja mencari ikan di rawa. Dan akhirnya setelah tiga bulan mendapatkan perawatan medis kondisi Yasak mulai membaik.

Kini Yasak benar-benar pulih. Dia pun bangkit bekerja lagi untuk menstabilkan kondisi ekonomi keluarga. Dia bekerja serabutan asalkan mendapat penghasilan yang halal dan barokah. Dia membantu para warga yang membutuhkan tenaganya. Dari situ dia mendapatkan penghasilkan yang dapat digunakan untuk mengembalikan hutang biaya pengobatan selama dia sakit. Bahkan lebih dari itu, dia dapat membeli motor sebagai sarana transportasi jika dia harus bekerja hingga luar desanya.

Saat ekonomi keluarga Yasak mulai berkembang, keluarga tertimpa musibah lagi. Anak pertamanya yang ketika itu masih duduk di bangku SMP membuka jok motornya dengan menyalakan korek api. Dia ingin mengecek kondisi bahan bakar di tangki motor karena akan digunakan mengantarkan ibunya menghadiri hajatan keluarga. Kontan saja korek api itu langsung menyambar tangki sepeda motor dan menyebabkan rumah beserta isinya ludes dilalalap si jago merah. Kondisi ekonomi keluarga Yasak kembali terpuruk hingga titik nol.

Para warga bergotong royong memberikan bantuan kepada keluarga Yasak. Mereka memberikan pakaian bekas sebagai pengganti pakaian keluarganya yang tidak tersisa lagi. Ada juga warga yang bergotong royong mendirikan rumah dari bahan bambu sebagai tempat berteduh Yasak dan kelurga yang ditempatinya hingga kini.

Keuletan dan kesabaran keluarga Yasak benar-benar diuji oleh Tuhan. Setelah peristiwa kebakaran lima tahun silam sewaktu anak pertamanya masih duduk di bangku SMP, kini Yasak lagi-lagi mendapatkan ujian yang paling berat dalam hidupnya. Ya, anak pertamanya yang sekarang sudah duduk di bangku kelas 12 SMA yang sebentar lagi akan mengikuti ujian nasional mengalami kecelakaan hingga meninggal dunia.

***

Perjuangan Yasak memang luar biasa. Ia mampu bangkit dari keterpurukan hidup yang ia alami. Yasak setiap malam bekerja sebagai pengemudi kereta kelinci setiap ada gelaran pasar malam. Ia tak pernah mengeluh walaupun setiap hari bekerja hingga larut malam. Hanya satu yang menjadi tujuannya yaitu menyejahterakan keluarga dan demi pendidikan anak pertamanya. Yasak berikrar dalam hatinya, biarkan dia hanya lulusan SMP dan bekerja sebagai pengemudi kereta kelinci setiap ada pasar malam, yang penting jangan sampai anaknya bernasib seperti dia.

“Anak kita harus berpendidikan tinggi dan dapat hidup yang layak melebihi kita,” ucapnya pada suatu waktu pada istrinya.

Faizin, anak pertama Yasak, memang anak yang berbakti kepada orang tua. Ia penurut sekali. Apapun yang diperintahkan oleh orang tuanya dia tidak pernah menolak. Bahkan setiap kali ayahnya bekerja mengemudi kereta kelinci saat ada pasar malam, dia tidak segan-segan menyusul ke arena pasar malam untuk membantu ayahnya.

“Jangan, Nak! Kamu di rumah saja belajar. Biar Bapak saja yang bekerja!” kata Yasak pada anaknya.

Faizin kali ini tidak bisa menerima permintaan dari ayahnya. Dia beralasan tidak tega melihat ayahnya yang setiap malam bekerja sendirian. Akhirnya, Yasak dengan sangat terpaksa mengizinkan anaknya membantu pekerjaannya asalkan anaknya itu sudah menunaikan kewajibannya sebagai pelajar.

Malam pekat dihempas angin yang terus berhembus kencang. Perlahan-lahan gerimis pun datang membelai arena pasar malam. Mendung menggumpal berbondong-bondong memayungi arena pasar malam itu. Yasak yang dibantu anaknya segera berteduh ke emperan toko setelah menutupi kereta kelincinya dengan terpal. Mereka duduk santai sambil bergurau menunggu hujan mereda. Dengan kasih sayang, Yasak mendekap anak pertamanya sambil memijit-mijiti kakinya. Ia merasa terharu pada anaknya kini telah tumbuh menjadi remaja. Kakinya keras bagai batu ia pijit terus hingga hilang pegal-pegal yang dirasakan anaknya.

“Sudah, Pak gantian! Sekarang Bapak terlentang dan saya yang memijit,” kata Faizin.

Yasak menuruti apa yang diucapkan oleh anaknya itu. Dia terlentang lalu membujurkan kedua kakinya untuk dipijit anaknya. Yasak merasakan betapa perkasa tenaga anaknya. Pijit-pijitannya terasa sekali hingga hilang rasa pegal-pegalnya.

Hujan masih mengguyur arena pasar malam. Ia tiada henti mengecup wajah bumi yang hitam kelam ini. Ketika Yasak mendongak ke atas dan melihat langit yang masih pekat, dia lalu memutuskan mengemasi kereta kelincinya. Ia yakin bahwa hujan malam ini tak akan reda sampai pagi. Satu persatu kereta kelincinya dimasukkan ke lapak dengan dibantu anaknya. Kemudian kereta kelinci sebagai sumber penghasilan mereka selama ini yang sudah terbungkus terpal mereka serahkan kepada tukang jasa penitipan barang di lapak itu. Mereka pun berangkat pulang menembus jari-jari gerimis yang belum juga reda.

Faizin, anak pertamanya berangkat dulu. Ia memacu motornya menggilas aspal yang licin akibat diguyur hujan. Temaram lampu motornya menerpa kilauan genangan-genangan air di depannya. Percikan genangan air itu sampai membasahi celananya. Terkadang ia pun meliukkan motornya menghindari samar lubang yang menganga karena tertutup oleh genangan air pula. Tubuh anak yang baru tumbuh remaja itu menggigil kedinginan. Kedua tangannya yang memegang kemudi bergetar hingga kedua bibirnya pun bergetar saling beradu. Tatapan matanya tajam menghalau gangguan cahaya lampu kendaraan yang datang dari arah berlawanan yang menyorot wajahnya.

Sesampai di pertigaan tempat keramain warung-warung yang berjajar di pinggir jalan, tempat para sopir memarkirkan truk sekedar beristirahat sambil makan malam, anak pertama Yasak ini tetap melajukan motor melintasi jalan yang licin. Dia ingin cepat sampai ke rumah. Tanpa disadari Faizin, di depannya ada truk parkir yang memakan sebagian bahu jalan tanpa ada rambu apa-apa. Ia kaget dan tak mampu menghindari truk tersebut. Motor yang dikendarai Faizin pun menghantam bagian belakang truk hingga tubuh Faizin terpental dan terhempas di bawah garden truk itu.

Tubuh remaja yang perkasa itu tak berdaya bersimbah darah. Luka mengaga di bagian kaki, tangan hingga kepala. Darah segar terus mengalir membanjiri jalan raya yang berselimut air hujan. Anyir bau darahnya menyengat hidung para sopir dan para pengguna jalan lain yang memberikan pertolongan. Mereka membopong tubuh anak berbakti ini beramai-ramai ke teras warung. Salah seorang pengguna jalan yang ikut memberikan pertolongan itu tiba-tiba berteriak histeris.

“Anakku…! Dia anakku,” kata orang tadi.

Ternyata orang tersebut adalah Yasak, ayah kandung dari korban yang berjuang melawan maut.

“Sabar, Pak! Mungkin dia bukan anak Bapak!” ucap salah seorang sopir yang berkerumun di situ.

“Dia anakku. Itu sepeda yang ringsek…itu sepeda anakku. Ini anakku..!” kata Yasak sambil menangis. Wajah yang berlumuran darah dengan tangan serta kaki yang patah tiada lain adalah anak Yasak. Anak kandungnya yang baru saja izin pulang terlebih dahulu setelah membantunya bekerja di pasar malam.

“Ya, Allah, anakku…Anakku! Jangan mati Anakku..! Ini Bapakmu. Bangun, Nak! Buka matamu, Nak!” kata Yasak meratap.

Ratap tangis tak berarti apa-apa karena Faizin, anak yang menjadi tumpuan dan harapannya telah tiada.Ternyata ia hanya bisa membaktikan diri pada orang tuanya sampai di malam itu. Di usia yang masih belia.

***

Senandung doa malam ketujuh telah selesai. Yasak dan keluarga serta handai taulan hanya bisa berharap kemurahan dari Tuhan semoga Faizin diberikan tempat yang layak di sisiNya serta keluarga yang ditinggalkannya sabar dan tabah menghadapi musibah ini.

“Terima kasih semuanya! Terima kasih semuanya!” kata sambutan terakhir Yasak kepada para keluarga serta tetangga yang sudah meluangkan waktunya ikut mendoakan anaknya yang telah tiada dari malam pertama hingga malam ketujuh ini.

Lamongan, Maret 2011
*) Cerpenis lahir di Lamongan, 7 Mei 1976. Karya-karyanya pernah dimuat di beberapa media cetak seperti Tabloid Telunjuk, Majalah MPA dan Radar Bojonegoro. Beberapa puisinya juga dimuat dalam Antologi Puisi Bersama seperti Bulan Merayap (DKL, 2004), Lanskap Telunjuk (DKL, 2004), Absurditas Rindu (SastraNesia Lamongan, 2006), Khianat Waktu, Antologi Penyair Jawa Timur (DKL, 2006). Selain menulis, juga sebagai tanaga edukatif di SMA Raudlatul Muta’allimin Babat Lamongan. Sekarang beralamat di Sanggar Sastra ”Telaga Biru”, Wanar, Pucuk, Lamongan. e-mail: ilazen@yahoo.co.id.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez