Rabu, 09 November 2011

MEMBINCANG TASAWUF FALSAFI DI INDONESIA

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

Saya bersyukur sebab dilibatkan di dalam seminar internasional yang diselenggarakan oleh ICAS, ISIP dan UI dalam rangka membincang tentang “Melacak Tasawuf Falsafi di Indonesia”. Acara ini sangat menarik sebab banyak narasumber yang memiliki otoritas yang berbicara tentang dunia tasawuf dari sisi historis, sosiologis, teks dan kajian sastra suluk di Indonesia.

Di antara penyaji makalah tersebut adalah Prof. Dr. Azyumardi Azra, Prof. Abdul Hadi WM, Prof. Kautsar Azhari, Dr. Oman Fathurrahman, Dr. Haidar Bagir, Agus Sunyoto, MPd., Husein Hariyanto, MA dan beberapa lainnya. Sebagai seminar internasional, maka bahasan yang disajikan tentu sangat menarik dalam kapasitas kajian ilmiah-akademis tentang tasawuf di Indonesia.

Saya menyajikan makalah tentang “Tasawuf Dalam pergulatan Dunia: Dari Tasawuf Falsafi ke Tasawuf Amali”. Sayangnya bahwa saya harus tergesa kembali sebab ada sesuatu hal yang harus saya tunaikan, sehingga sessi tanya jawab dengan sangat terpaksa saya tinggalkan. Tetapi saya yakin bahwa ketidakhadiran saya di dalam sessi tanya jawab tidak akan mengurangi makna seminar internasional ini.

Di dalam seminar ini, saya sampaikan beberapa hal. Ada tiga hal yang menurut saya sangat penting untuk diperhatikan terkait dengan pertanyaan, mengapa tasawuf falsaf i mengalami stagnasi di tengah dinamika kehidupan social keagamaan dewasa ini. Pertama, adalah gerakan kaum Sunni-Tradisional yang melakukan pendangkalan terhadap pemikiran dan praktik keagamaan kaum tasawuf falsafi. Kaum Sunni ini menganggap bahwa kaum tasawuf falsafi telah melakukan pemurtadan terhadap pemeluk tasawuf falsafi. Ajaran tentang wahdatul wujud yang dikembangkan oleh Ibnu Arabi di Timur Tengah merupakan penyimpangan terhadap ajaran Islam yang genuine.

Ajaran wahdatul wujud yang menyatakan bahwa dzat Tuhan dan dzat manusia bisa menyatu tentu merupakan kesalahan doktrin utama di dalam Islam. Kaum sunni-tradisional beranggapan bahwa pemikiran kemenyatuan antara Tuhan dan manusia atau pantheisme adalah kekeliruan teologis yang sangat membahayakan terhadap umat islam. Makanya ajaran ini harus dilarang dan dimusnahkan. Mereka bukan hanya perlu dikafirkan, akan tetapi harus dibunuh dan dienyahkan dari Islam.

Kemudian ajaran Hulul yang dikembangkan oleh al Hallaj di Timur Tengah dan Syekh Siti Jenar di Jawa. Ajartan ini menyatakan bahwa manusia dan Tuhan bisa menyatu di dalam sifat-sifatnya. Sebab sifat Tuhan dan sifat manusia bisa menyatu. Kemenyatuan tersebut kemudian mengantarkan manusia bisa memasuki sifat ketuhanan dan Tuhan bisa memasuki sifat kemanusiaan. Jika manusia telah menyatu dengan Tuhan, maka manusia bisa menyatakan “ana al haq” atau “aku adalah Tuhan”. Mereka menyatu di dalam alam nasut atau alam lahut. Di dalam konsepsi Jawa disebut “manunggaling kawulo lan gusti”.

Lalu ada juga yang bercorak ittihad, yaitu pandangan kaum tasawuf falsafi yang menyatakan bahwa manusia adalah pancaran Tuhan, makanya antara dzat yang memancarkan dan dzat yang dipancari tentu merupakan sesuatu yang bisa menyatu. Tokoh di dalam hal ini adalah Abu Yasid al Bustami yang berpadangan ittihad ini.

Pandangan seperti ini menurut kaum Sunni-tradisional merupakan kesalahan teologis yang tidak terampuni. Pemikiran dan praksis keagamaan ini bisa merusak teologi Islam yang bercorak transcendental. Tuhan memiliki dzat, sifat dan af’al yang berbeda dengan makhluk. Laisa kamislihi syaiun. Tuhan tidak bisa dipersamakan dengan makhluknya.

Kedua, gerakan ortodoksi tarekat yang dilakukan oleh NU. Pada tahun 1960-an, NU membuat organisasi Jam’iyah Ahlu Thaoriqoh Mu’tabaroh Nahdhiyah (JATMAN) yang menjadi semacam instrument untuk menyatakan mana tarikat yang absah atau mu’tabaroh dan mana tarekat yang tidak absah atau ghairu mu’tabaroh. Maka melalui rambu-rambu, yaitu sanad kemursyidan yang harus bersambung kepada nabi Muhammad saw baik melalui Sayyidina Ali maupun Abu Bakar Ash-shidiq, ajarannya sesuai dengan ajaran Islam yang benar, dan mengajarkan akhlak mahmudah, maka semua tarekat yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut, maka dianggapnya tidak absah. Di dalam hal ini termasuk tarekat Akmaliyah yang dibangsakan kepada Syekh Abdul Jalil atau Syekh Lemah Bang atau Syekh Sidi Jenar. Ada sebanyak 42 tarekat yang dianggap mu’tabar sesuai dengan yang diungkapkan di dalam Kitab Jami’u ushulil auliya. Sementara itu KH. Azis Masyhuri menyatakan ada sebanyak 22 tarekat yang mu’tabar berdasarkan bukunya yang baru saja terbit (2011).

Ketiga, semakin banyaknya orang yang mengamalkan tarekat secara tidak terstruktur. Di dalam hal ini, banyak orang yang mengamalkan tarekat dengan caranya sendiri. Misalnya, ketika macet di jalan, maka mereka lakukan dzikir “Allahumma yassir wa la tu’assir” atau “Allah mudahkanlah dan jangan dipersukar”. Pengamalan tarekat secara non organisatoris ini kemudian juga berakibat terhadap kenyataan pengalaman agama yang lebih praksis dan bukan yang teoretis. Pengamalan agama secara esoteric yang bercorak individual dan bukan organisasional. Akibatnya, ajaran agama yang esoteric tersebut menjadi lebih dominan. Inilah yang menghasilkan konsep tasawuf perkotaan atau Urban Sufism dan sebagainya.

Melihat bahwa tasawuf falsafi memiliki konstribusi penting di dalam pengembangan pemikiran Islam keindonesiaan, maka saya menyatakan bahwa harus ada gerakan untuk memurnikan kembali pemikiran keagamaan kita, yaitu dengan cara melakukan kajian dalam coraknya yang pos-kolonialisme. Yaitu melakukan kajian untuk menganalisis kembali apakah tuduhan tentang tasawuf falsafi itu sesat atau bukan. Misalnya yang dilakukan oleh Zainul Milal Bizawi, tentang Kyai Haji Mutamakin. Beliau dituduh sebagai orang yang mengajarkan kesesatan beragama, padahal di dalam kajian yang dilakukan terhadap Kitab Muwahhidun, ternyata bahwa ajaran Syekh Mutamakin ternyata berada di dalam kategori Islam Sunni dan bukan Islam yang sesat. Hanya memang terdapat ajarannya yang berciri khas sebagai tasawuf falsafi.

Melalui kajian seperti ini, maka ke depan akan didapatkan bacaan yang benar tentang tasawuf falsafi di dalam masyarakat kita. Dan sebagaimana kenyataan bahwa tasawuf falsafi merupakan tasawuf yang benar dan orisinal di dalam Islam, maka harus ada reevaluasi terhadap pemikiran keagamaan yang menentangnya bahkan mengkafirkannya. Hanya saja memang harus ada kehati-hatian di dalam melakukan analisis ini agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan berikutnya.

Wallahu a’lam bi al shawab.
 http://nursyam.sunan-ampel.ac.id/?p=3016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez