Selasa, 31 Januari 2012

Sinai, Gunung Batu Yang Sangat Eksotis

Khoirul Anwar *
http://www.kompasiana.com/khoirul-anwar

Nama Sinai sebenarnya sangat tak asing dalam pengetahuanku. Apalagi di dalam al qur’an surat at tin nama ini di sebut dengan jelas dan bahkan banyak sejarah yang kuketahui juga terjadi di gunung ini. Dalam pandangan kasat mata Sinai adalah gunung batu yang gersang, hanya sesekali saja terlihat tumbuhan yang berdaun kecil-kecil dan rerumputan yang kelihatan pucat akan mengering.

Sabtu, 21 Januari 2012

Merayakan Lebaran di Jerman

Yusri Fajar
http://www.surya.co.id/

Bagi mayoritas masyarakat Indonesia, berlebaran di kampung halaman selalu dinantikan. Selain menjadi tradisi sakral, mudik juga bagian dari upaya menjaga ikatan dengan daerah asal. Apalagi jika sanak saudara dan keluarga berada di kampung. Para pendatang yang tinggal di kota-kota besar, ketika mudik ke kampung yang jauh dari keramaian, secara tidak langsung menegaskan identitas sebagai pendatang yang menggantungkan harapan di kota. Mereka berbondong-bondong mudik, meninggalkan wilayah metropolitan, menuju wilayah-wilayah pinggiran. Dengan ritual mudik, kota dan desa terhubung dalam jalinan silaturahmi. Meski pasca mudik, desa seringkali termarjinalkan dan tetap mendapat julukan ‘udik’.

Jumat, 20 Januari 2012

Gapura-Puri

S.W. Teofani
http://sastra-indonesia.com/

Kau menyambangiku ketika seluruh pintu puri telah kukunci. Kita bertukar kata di balik benteng yang lebih batu dari pualam. Tak ada lagi cekrama atau sesiah laksmi. Tinggal dinding murah pemahaman yang lebih agung dari rasa. Kita bukan lagi sepasang jiwa yang mendaki gigir takdir. Kau dan aku menjadi kumpulan keterbatasan yang luruh pada ketentuan Mahapasti. Tak ada lagi sesesap harap yang kita titipkan pada puing senyap. Sebab asa telah membumbung pada manzila yang lebih langit dari arasy.

Fragmen Cinta; Rumi – Rabia

Javed Paul Syatha
http://sastra-indonesia.com/

Segmen /1/

Di sini, baik cahaya maupun bayang-bayang adalah tarian cinta. Cinta tak bersebab; ialah pengukur ketinggian rahasia sepasang kekasih; seperti puisi cinta yang tak mengenal waktu, dimana kesuatu tempat yang tak terlukiskan. Sampai-sampai setiap saat menjadi penuh kemegahan oleh cahaya cinta.

Kapak Berhala Namrud

Rodli TL
http://sastra-indonesia.com/

Nyanyian latar mengisi kesunyian ruang. Bergerak menyusup pada tiap gelap pada tiap mimpi.

Mimpi, Mimpikah aku, Aku punya mimpi, Mimpi
Seseorang yang sudah lanjut usianya tiduran di atas altar, diselimuti remang malam. Diantara patung-patung sesembahan yang hancur, Ia mendengkur, dan kadang mengigau. Ia seakan terjaga, lalu menemui orang-orang yang sedang menungguhinya.

SASTRA PESISIR JAWA TIMUR DAN SULUK-SULUK SUNAN BONANG•

Abdul Hadi W. M.
http://www.icas-indonesia.org/

Jawa Timur adalah propinsi tempat kediaman asal dua suku bangsa besar, yaitu Jawa dan Madura, dengan tiga sub-etnik yang memisahkan diri dari rumpun besarnya seperti Tengger di Probolinggo, Osing di Banyuwangi dan Samin di Ngawi. Dalam sejarahnya kedua suku bangsa tersebut telah labih sepuluh abad mengembangkan tradisi tulis dalam berkomunikasi dan mengungkapkan pengalaman estetik mereka.

Kamis, 19 Januari 2012

Menemukan Rumi Lewat Matsnawi

Liza Wahyuninto
http://sastra-indonesia.com/

Sosok Maulana Jalaluddin Rumi kini mulai sering dibahas di seluruh penjuru dunia. Ketokohannya dalam bidang sufi dan sastra mulai menjadi perbincangan yang seolah tiada mengenal kata “lawas”. Tidak salah jika pada pertemuan pertama Fariduddin al-Attar dengan Rumi, dengan optimis ia meramalkan: “hari akan datang, dimana anak ini akan menyalakan api antusiasme ketuhanan ke seluruh dunia”. Dan hari yang diramalkan oleh sang penulis karya agung “Musyawarah Burung” tersebut telah lama datang dan hingga kini masih dinikmati oleh kalangan pengkaji Rumi dan karya-karyanya.

REVOLUSI SUNYI SANG PENYAIR; IQBAL

Nurel Javissyarqi*
http://pustakapujangga.com/2009/09/quiet-revolution-of-the-poet-muhammad-iqbal/

Ah, betapa gembira mereka yang hendak memuja apiku!
Tapi aku tak menghendaki telinga zaman sekarang
Akulah suara penyair dari dunia masa depan
Karena zamanku tak pernah memahami maksudku (Iqbal, Rahasia Pribadi).

MUHAMMAD DI TIMUR DAN BARAT

Haris del Hakim
http://forum-sastra-lamongan.blogspot.com/

Bagi orang muslim, Muhammad dengan agama Islam adalah nabi dan penyelamat di dunia dan akhirat. Karena itu, menodai citra Muhammad adalah menodai agama mereka. Terlepas dari itu, fenomena penodaan citra Muhammad ternyata bukan hal baru. Dunia Barat mengenal Muhammad jauh berbeda dengan Muhammad yang dikenal oleh dunia Timur. Contoh citra Muhammad ada dalam karya Dante, The Divine Comedy.

Jalinan Sejarah Sastra Iran dan Indonesia

Mohammad Kh. Azad
http://www.koran-jakarta.com/

Kebudayaan Iran dan Indonesia memiliki jalinan sejarah. Salah satu bukti yang mendukung hubungan sejarah itu adalah adanya persamaan sastra dan bahasa yang saling memengaruhinya. Keberadaan lebih dari 400 kata dari bahasa Persia pada bahasa Melayu yang masih digunakan dalam kehidupan sehari-hari membuktikan eratnya hubungan ini.

PERSENTUHAN DENGAN TUHAN LEWAT SEMESTA*

Maman S. Mahayana *

Dalam sejarah peradaban umat manusia, hubungan manusia dengan Tuhan selalu diwujudkan lewat berbagai cara; melalui berbagai saluran. Lihatlah masyarakat Yunani kuno yang melakukan pemujaan kepada para dewa melalui pementasan-pementasan drama; perhatikan pula gita puja (hymn; hymne) mereka yang mengagungkan para dewa lewat nyanyian-nyanyian pemujaan; simak pula seruan rohani (invocation) para pujangga yang mengawali karyanya dengan puja-puji dan penghormatan pada kesucian ilahi. Inilah gambaran, betapa hubungan manusia dengan Tuhan atau dengan sesuatu yang Agung menjadi bagian penting dalam refleksi kreatifnya.

Aku, Iqbal dan Konsepsi-Konsepsi Soal Tuhan?

Pergulatan Panjang Menuju Tuhan
Salman Rusydie Anwar*
http://airbeningkehidupan.blogspot.com/

Bagi sebagian masyarakat yang sudah merasa bahwa pemahaman merekaselama ini tentang konsep “Tuhan” sudah mapan, barangkali judul tulisan di atas terkesan sangat dan terlalu janggal. Bagaimana mungkin mereposisi (memposisikan kembali) keberadaan Tuhan jika selama ini sudah jelas bahwa Tuhan adalah Dzat yang harus diyakini keberadaannya serta sekaligus harus disembah oleh mereka yang meyakininya.

Tempat, Non-Tempat: Pergulatan Al-Hallaj dan Nietzsche

Asarpin *
http://sastra-indonesia.com/

Nietzsche adalah al-Hallaj yang diasingkan orang dalam negerinya. Ia lolos dari tangan para mullah, tapi terjerambab ke tangan para dokter!
–Mohammad Iqbal, Javid Namah (Kitab Keabadian), terj.Mohamad Sadikin, Panjimas, 1987, h. 80

Ia seorang sufi, yang dalam riwayat dicatat sebagai yang paling berani, dan karena itu ia dihukum mati. Para periwayat menyebutkan, ia seorang keturunan Persia dari garis kakeknya, tapi tentu saja ia bukan orang Persia tulen, atau orang Arab asli. Ia mungkin seorang hibrid. Tempatnya ada di mana-mana sekaligus tak di mana-mana. Tanah airnya seluas benua.

Jejak Langkah Dr. Ali Syariati: Sebuah Biografi Perjuangan

Ahmad Y. Samantho
http://www.al-shia.org/

“Sebentar lagi SBY akan jadi gubenur jendral AS negara bagian ke-51. Parpol-parpol Islam ibarat negara teluk yang diperas kekayaan minyaknya. Yang genting sekarang ialah masalah pengkhianatan, bahkan pelacuran intelektual. Diam-diam kita merindukan orang seperti Ali Syariati dan Morales. Bravo mustad’afin.” (Abdul Hadi WM)

Muhammad Iqbal, Cermin yang Tak Pernah Buram

Djauharul Bar *
http://jtopan.blogspot.com/

Muqaddimah

Legenda yang tak akan pernah habis dibicarakan, Muhammad Iqbal sosok fenomenal abad 21 telah meninggalkan banyak sekali catatan pemikirannya. Siapa yang tak mengangkat topi kepadanya, nama besar dari keluarga kecil banyak menorehkan tinta emas dalam perjuangannya menindas ketidakadilan. Melawan kekuatan penjajah, mengahabisi tipu daya kapitalis, menghiasi hari-hari dengan alunan kata puitis semuanya merupakan ciri dari sosok Iqbal.

Allamah Sir Muhammad Iqbal: Penyair Yang Pemikir

Ekky Malaky
http://ummahonline.wordpress.com/

Muhammad Iqbal adalah sosok besar dalam khazanah kebudayaan Islam. Pemikirannya dikemasnya dalam bentuk puisi, dan itu membuatnya abadi. Muhammad Iqbal, lahir 9 November 1877. Dia adalah seorang filsuf, pemikir, cendekiawan, ahli perundangan, reformis, politikus, dan yang terutama: penyair. Dia berjuang untuk kemahuan umat Islam dan menjadi “bapa spiritual” Pakistan.

Penyair dan Politikus

Yanuar Yachya
Jawa Pos, 18 Mei 2008

KETIKA eks Presiden Amerika Serikat Richard Nixon dijatuhkan dari kursi panas White House karena skandal Watergate 1974 yang menggetarkan, politikus ini berkata “Politik itu ibarat puisi….”

Selaksa tafsir tercurah dari ungkapan mendadak menjadi bijak dari mulut seorang politikus. Lalu, orang pun bisa meraba ke arah mana ungkapan itu ditujukan. Juga kepada siapa, arah labuh dari ungkapan yang bisa jadi sebuah refleksi kekecewaan itu. Ada sesuatu yang tersirat saat seorang politikus terpaksa berbicara mengenai puisi.

Warisan Abul Kalam Azad (1) (11 November 1888-24 Februari 1958)

Ahmad Syafii Maarif
http://onetea.multiply.com/

Nama lengkapnya adalah Maulana Abul Kalam Muhiyuddin Ahmad Azad. Azad adalah tambahan belakangan sebagai nama penanya yang berarti bebas ( free). AKA (Abul Kalam Azad) kelahiran Makkah pada 1888, ibunya seorang Arab, ayahnya punya darah Afghanistan. Dalam usia 13 tahun AKA sudah dikawinkan dengan seorang gadis bernama Zuleikha Begum.

Warisan Abul Kalam Azad (2) (11 November 1888-24 Februari 1958)

Ahmad Syafii Maarif
http://onetea.multiply.com/

Saat terjadi perang saudara yang berdarah-darah antara wilayah barat dan timur Pakistan pada 1971, AKA sudah tidak ada lagi. Sekiranya masih hidup, tentu akan menangis, sekalipun dalam hati dia merasa benar, agar tidak berpisah dengan India. Inggris sebagai bekas penjajah India telah meninggalkan bom waktu dalam bentuk wilayah sengketa Kashmir dengan penduduk mayoritas Muslim. Sudah berlangsung 64 tahun, sengketa India-Pakistan tentang Kashmir ini belum juga menemukan titik terang.

Rabu, 04 Januari 2012

Menjewer Kuping Taufiq Ismail

Membaca ‘kedangkalan’ logika Dr. Ignas Kleden? (bagian X kupasan ketiga dari paragraf keduanya)
Nurel Javissyarqi
http://sastra-indonesia.com/

Sebelum masuk bagian ini, izinkan menulis perihal keheranan saya pada penyair atau yang mengakuinya, namun ungkapannya telah melampaui batas sejarah kodrat iradat insani. Oleh sangking keterlaluan menggumuli kata, seakan ‘kata’ menjelma sekutu terbaik, seolah gerak hasratnya mampu memerintah kalimat, bahasa sedari kekuasaan hidup dengan pandangan sebelah mata, tidak menengok profesi lain juga memakainya. Atau hilaf tak merasai gerakan terlembut kehidupan dari Sang Maha Hidup yang senantiasa mengatur segenap indra, mengurus planet-planet beserta peredaranya, tak terkecuali menghadiahi nafas bagi tukang-tukang syair.

Tasawuf Cinta dalam Sastra Sufi

Abdul Wachid BS
http://www.kr.co.id

MAHABBAH menjadi tingkat keruhanian penting setelah digali berdasarkan pengalaman mistik dari ahli tasawuf Ja’far al-Shidiq yang dianggap sebagai pencetusnya, lalu dikembangkan oleh Syaqiq al-Balkhi, dan Harits al-Muhasibi. Namun, di antara tokoh sufi tersebut yang mendalam dan luas pengaruh konsep mahabbah-nya ialah Rabi’ah al-Adawiyah, yang berprinsip bahwa cinta merupakan landasan ketaatan dan ketakwaan kepada Tuhan. Pandangannya tersebut terlihat dari doanya yang terkenal (via Abdul Hadi WM, 2002:41):

Merebut Wacana Agama dan Seksualitas

Hasnan Bachtiar
http://sastra-indonesia.com/

Book Review: Agama, Seksualitas, Kebudayaan. Esai, Kuliah dan Wawancara Terpilih Michel Foucault; Michel Foucault, disunting oleh Jeremy R. Carrette; Jalasutra; Cetakan I, 2011; xxvi + 366 halaman.

TEKS FILSAFAT itu seperti hantu yang mengejutkan, terus berlari tanpa henti, mengejar manusia-manusia pemberani maupun yang ketakutan. Itulah kali ini, terbit satu karya yang sangat penting dalam khazanah filsafat, “Agama, Seksualitas, Kebudayaan. Esai, Kuliah dan Wawancara Terpilih Michel Foucault” (2011).

Pergulatan Sastra Pesantren; Sebuah Harapan

M. Arwan Hamidi*
http://ind.lakpesdam-ponorogo.org/

Prof. Drewes, sarjana bahasa Jawa, Melayu dan Arab dari Leiden, dalam bukunya Javanese Poems Dealing wuth, or Atributed to the Stain of Bonang (1968), pernah mengkritik sangat tajam ahli antropologi dari Amerika, Clifrord Geertz mengenai pengamatannya tentang Islam di Jawa: “kalau kita membaca pengamatan Geertz mengenai Islam di Jawa, maka kita akan mendapat kesan seolah bangsa Jawa adalah bangsa yang buta huruf. Karya sastra Islam sama sekali tidak disebut: tidak satu kitab kuningpun yang disebut dan juga karya sastra Islam dalam bahasa Jawa dibaitkan secara total….” (Karel A. Steenbrink, 1988).

Malam Seribu Bulan

Ahmad Zaini*
http://sastra-indonesia.com/

Kilatan lampu menembus celah pepohonan di depan rumah. Bias sinarnya tidak teratur terganggu dedaunan yang bergoyang diterpa angin. Bayang-bayangnya melukis dinding rumah yang cerah oleh cahaya lampu. Pada meja makan telah berjajar berbagai menu berbuka puasa. Istriku sengaja menghidangkan menu yang tidak seperti biasanya. Hari ini ia membuat menu istimewa yang penuh gizi agar nutrisinya mampu mengganti tenagaku yang semalam tercurah demi ibadah di bulan suci.

Dendam Rembulan

S.W. Teofani
http://sastra-indonesia.com/

Adalah masa di mana kebenaran menyatakan halnya. Kejujuran menunjukan adanya. Tak ada yang mampu menutupi meski pintu dari baja. Tak ada tempat tersembunyi meski ceruk paling ciut. Aku ingin bertanya, pernahkah kau menyimpan dusta? Kemudian mencari pembenaran-pembenaran untuk menipiskan dosa. Merangkai kelopak-kelopak makna yang bisa menutupinya. Bersembunyi pada diri supaya tak ada yang melihatnya.

Sastra Pesantren dan Kosmopolitanisme Islam

Syarif Hidayat Santoso
Kompas Jawa Timur, 2005

Terdapat problem dalam merumuskan apa yang dimaksud dengan sastra pesantren. Disatu sisi, sastra pesantren dimaknai sebagai alur keislaman profetik dalam bersastra ria pada masa Arab klasik, sementara ada pula yang memberi limitasi sastra pesantren hanyalah karya yang dihasilkan para santri (Kompas Jatim, 6/9/2005). Tapi, kedua tataran ini jelas menunjukkan bahwa sastra pesantren merupakan kesusasteraan yang diikat dalam nuansa Arab-Islam plus penambahan area dari lingkungan pesantren atau minimal bagi kalangan yang dekat dengan pesantren.

Spiritualitas Waktu

Asarpin
http://sastra-indonesia.com/

Spiritualitas Waktu adalah pertarungan hidup mati umat manusia. Masalah sastra menyangkut masalah paling eksistensial tentang bagaimana mengolah ladang waktu, menguasai ladang waktu, dan manusia bisa jaya terhadap waktu. Jika kalian gagal melawan sang Waktu, berarti kalian mengalami kekalahan terhadap maut. Inilah pertanyaan religius paling gawat, kata Romo mangun dalam Sastra dan Religiusitas, tapi juga problem si atheis yang paling sulit dijawab. Setelah manusia membunuh Waktu, hidupnya terasa lebih ringan, karena seolah-olah ia telah lepas dari beban sang Waktu, tetapi sekaligus hidupnya lebih berat, karena dia sendiri harus menjadi Waktu.

Demokrasi Lain Dulu Lain Sekarang

KH. Abdurrahman Wahid
seputar-indonesia.com, 19 Mei 2009

Ketika bangsa Indonesia berdiri, ada sebuah hal yang sangat menarik,yaitu istilah “merdeka”. Dengan kata yang digunakan dalam penggunaan berbeda-beda,maka didapat beberapa arti dan makna. Kata merdeka berarti lepas atau bebas.

Sekarang ini, kata merdeka itu juga digunakan oleh pihak keamanan, seperti merdeka dari penahanan atau bisa diartikan bebas. Namun,kata merdeka lebih dari bebas. Bagi sebuah bangsa, merdeka berarti lepas dari penjajahan. Kata ini digunakan untuk menunjukkan kepada kemandirian politik, ekonomi,maupun lain-lainnya.

Membongkar Tradisionalisme Pendidikan Pesantren; “Sebuah Pilihan Sejarah”

Hammam Fathulloh
http://hammamsastra.blogspot.com/

Pendidikan di tengah medan kebudayaan (culture area), berproses merajut dua substansi aras kultural, yaitu di samping terartikulasi pada upaya pemanusiaan dirinya, juga secara berkesinambungan mewujud ke dalam pemanusiaan dunia di sekitarnya (man humanizes himself in humanizing the world around him) (J.W.M. Bakker, SJ; 2000: 22). Kenyataan ini nampaknya amat begitu diinsafi oleh para designer awal dan founding fathers bangsa ini, hingga kemudian cita-cita yang megkristal dalam tujuan pendidikan nasional (Mukaddimah UUD ’45) kita, betul-betul terarah ke pengertian seperti itu.

Sastra Pesantren dalam Pergulatan

K. Ng. H. Agus Sunyoto
http://pesantrenbudaya.com/?id=28

KH Abdurrahman Wahid (1973) memberikan abstraksi tentang sastera pesantren dalam dua definisi, pertama, karya-karya sastera yang mengeksplorasi kebiasaan-kebiasaan di pesantren,. Kedua, adanya corak psikologi pesantren dengan struktur agama (warna religius) yang kuat. Sementara Ahmad Tohari (2003) menegaskan bahwa sastera pesantren adalah sastera yang membawa semangat budaya dan tradisi pesantren, yaitu sastera yang membawa spirit religius ala pesantren dan ditulis oleh komunitas pesantren sendiri.

Robohnya Dunia Santri

Fachry Ali *
Gatra Nomor 25, 8 Mei 2008

“Saya heran,” kata Abdurrahman Wahid ketika menyambut acara peluncuran website Akbar Tandjung, bulan lalu, “Kenapa setiap orang berpidato selalu menyatakan: ‘Mari kita panjatkan syukur’….” Hadirin terdiam karena tidak mengerti ke mana arah ucapan tersebut. Dan struktur “psikologi massa” semacam inilah yang menjadi “makanan” Kiai Wahid. Sebagaimana biasanya, dengan tangkas ia menjawab teka-teki itu: “Memangnya (si) Syukur tidak bisa panjat sendiri?”

Masriyah Amva, Pesantren, dan Sastra

Mila Novita
Sinar Harapan, 7 Feb 2009

“Sejak kecil orang pesantren sudah dekat sekali dengan puisi, nazam. Orang menghafal nama-nama nabi atau nama-nama Allah dengan nazam sehingga otomatis akan mudah dihafal. Di pesantren, orang belajar kitab, bahkan gramatikal bahasa Arab juga dengan rumus-rumus sastrawi. Mengapa? Karena pesantren (sejak-red) zaman dahulu tidak boleh mengabaikan keindahan,” ujar Masriyah Amva di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Depok, Rabu (4/2).

SYI’IR ERANG-ERANG SEKAR PANJANG : SEBUAH KARYA SASTRA JAWA PESISIR KARYA KYAI SIRAJ

(Suatu Tinjauan Eskatologis)
Dr. Muhammad Abdullah, M.A.
http://lembahsastra.blogspot.com/

ABSTRAK

Salah setunggaling karya budaya Jawi ingkang kalebet karya Sastra Jawa Pesisir inggih punika Sastra Syi’ir. Wonten ing lingkungan pesantren syi’ir kalebet satunggaling karya sastra pesantren ingkang taksih kathah ingkang remen maos utawi midhangetaken waosanipun. Bab punika saget dipun pahami sebab Syi’ir menika suraosipun kathah manfaatipun kagem sanak kadang santri ingkang remen kaliyan budaya Jawi pesisir punika.

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez