Jumat, 20 Januari 2012

Fragmen Cinta; Rumi – Rabia

Javed Paul Syatha
http://sastra-indonesia.com/

Segmen /1/

Di sini, baik cahaya maupun bayang-bayang adalah tarian cinta. Cinta tak bersebab; ialah pengukur ketinggian rahasia sepasang kekasih; seperti puisi cinta yang tak mengenal waktu, dimana kesuatu tempat yang tak terlukiskan. Sampai-sampai setiap saat menjadi penuh kemegahan oleh cahaya cinta.

Tapi tubuh siapa gemulai dalam daun cahaya dalam terang warna bunga-bunga dengan gairah yang memancar dari segala sudut cahaya; mengelilingi dengan tarian seonggok batin yang beku terbelenggu yang fana.

Rabia: bulan telah menjadi penari
dalam puisi cinta ini
tarian cahaya ini
oh, mata penuh gairah
tengah membakar diri sendiri
aku bercinta dalam cahaya
dalam keagungan cinta
lantas berdansalah dalam dadamu
dimana tak seorang pun melihatnya

Rumi: (Dalam lingkar kebutaan yang memasung segala hasrat merantai)
teruslah menari kekasihku, sebrangkan rindu kita dari perangkap
batin yang menyesatkan diri pada lingkar kefanahan ini.
Lepaslah, lepaslah wahai kekasih. Engkaulah hakikat penawar racun cinta ini.

Rabia: Aku tengah melihat taman bunga kekasihku, aku melihat
diriku bersamamu menjadi sepasang simbul ketiadaan yang melampaui keyakinan demi keyakinanku.

Rumi: Ya, biarkan ia menjadi roh dari segala cinta yang rindu akan keabadian. Biarkan perih ini juga untuk mereka yang datang sebagai pecinta di hadapan matahari.

Rabia: Maka apakah kau ingin aku tertawa untuk membunuh segala kecemasan. Segala kecemasan untuk mencintai, untuk memelihara nestapa ini? oh, hatiku telah terbakar oleh cahaya matahari dari kehendakmu itu dan cinta telah menjadi saksi nyala apinya.

Rumi: Tapi inilah aku dalam bilik para pecinta, aku dapat melihat dengan mata terpejam keindahan yang menari; mabuk karena cinta. (langkah kecil pada jejak lingkaran yang merantai) akupun menarikan irama dari dunia yang terus berputar; sampai aku telah kehilangan akalku dalam dunia percintaan ini.

Rabia: Jadi, maksudmu aku hanya mencintai diriku sendiri, tak sanggup membunuh keakuanku, lenyapkan diri dari segala mahadaya cinta!
Oh, hatiku telah terbakar dalam ketidakkuasaan nyala api gairahku sendiri.

Rumi: Tidak! Teriakan kerinduan, lolongan kepedihanmu, telah melebur segala jiwa ini.

Rabia: Sebenarnya aku tengah menanti dengan penuh keihlasan, menatap dalam matamu yan terbius, dalam malam-malam sujudku.

Rumi: Wahai, dekaplah gairahku dengan ketenangan segala cinta, karena hanya engkaulah kekasihku dari keberadaan yang sesungguhnya.

Rabia: akulah dari segala cintamu
datang dan tinggal bersamamu
dan kita telah hidup bersebelahan
dengan bintangbintang

tapi engkau telah bersembunyi sekian lama
terhanyut tak tentu arah
dalam lautan cintaku

aku telah senantiasa bersentuhan denganmu
dalam ketakberwujudan

kitalah tawanan cinta itu sendiri
wahai, datang dan menyatulah denganku
rentangkan tangan cintamu
duhai kekasih

Maka matilah cinta, mati dalam cinta itu sendiri, mati dalam kesunyian sekian cinta. Maka hanya cinta pula yang sanggup menghadirkan kepada segenap kehidupan melampaui laut kebijakan.

Segmen /2/

Seberkas cahaya adalah penyaksian, oleh karenanya yang menggumpal menjadikan berhala yang licik dalam keberadaan cinta, dan siapa kan memujanya. Sedang pemuja tak lain adalah ketiadaan yang hampa dari dunianya sendiri.

Maka pertautan itu; antara cinta dan berhala, adalah lebih buruk dari segala keberadaan cinta. Suatu realitas yang musti di tanggung oleh setiap babak dalam bercinta.

Rumi: Wahai kekasih, hadapkan wujudmu dari penyangkalan keberadaanku, jadikan keyakinan dari pikiranku sendiri. melenyapkan diri dari dunia bentuk yang akan binasa dan tidak di lahirkan kembali.

Rabia: Hai, seruan ini aku belum pernah mendengarnya!

Rumi: Ya, karena hati kita senantiasa terjebak keadaan yang fana; maka tak ada jalan lain selain kita berpulang dari ketiadaan untuk memenuhi seruan kekasih.

Rabia: Tapi aku akan meniupkan nafas cinta ini sebelum segalanya usai. Maka diamlah, tengarai waktu-waktu kedatangan itu; renggut nafas itu sebagai ruh bagi setiap kehendak kita.

Rumi: Lantas seperti jiwa peroleh roh, apakah nafsu api pun menemukan nyala dalam hembusan itu?

Rabia: Andai saja jiwa itu tidak mati, ia akan terlatih mencari cahaya dalam tiupan, tanpa harus mengawali dan mengahirinya.

Rumi: (Dengan peringai wajah secercah cahaya) hiburlah aku duhai kekasih, dengan rindu dijiwamu akan cahaya!

Rabia: Tapi, bukankah rindu dan jiwa sama-sama rahasia tersembunyi dalam cinta.
Rumi: Tapi, ia telah berbisik padaku.
Rabia: Apakah engkau yang menaruh kerikil di atas daun kering itu?
Rumi: Aku juga telah mengubur garam dalam tanah.
Rabia: Maka bukalah matamu pada cahaya benderang, kan kau temukan penawar bagi rindu itu; terapung di lautan.

Seperti sekuntum bunga berduri yang tergeletak di bumi berdebu dan tak tersentuh; demikianlah pengingkaran, dan penempatan cinta di hadapan selain cinta. Karena itu mereka tengah memulangkan muka di pancaran cahaya. Mereka benar-benar memulangkan muka meski mereka tak mengetahui. Lantas kemana?

Mereka tenggelam dalm lautan yang mereka ciptakan sendiri dan menempatkan dirinya pada rahasia cinta di seberang gelombang yang dahsyat. Mereka menjadi jembatan yang melintasi waktu yang mempertautkan rindu paling rindu.

Jeda; derita para pecinta
terbakar dalam tarian api hasrat
para pecinta tinggalkan jejak
keberadaan mereka
lolongan orangorang patah hati
adalah jalan menuju tuhan

Segmen /3/

Baik Rumi atau Rabia, sesungguhnya mereka tidak tahu apa-apa mngenai jiwa. Mereka berucap cinta namun tidak menemukan tali kendali bagi nafsunya yang menjalar. Bukankah di sisih Tuhan, hawa nafsu menjelma musim kemarau sedang akal dan ruh merupakan esensi musim semi yang terus menerus.

Maka alirkanlah mata air kehidupan untuk memperbarui kehidupan bagi taman jiwa, karena sesungguhnya di dalam dada ada laut penutur yang di penuhi ribuan mutiara. Satu bisikan yang belum pernah terdengar pada daun-daun; menjadi saripati wujud yang meredakan berbagai cinta yang menggelisahkan.

Rumi: (Menangkap cahaya). Wahai jiwa yang terperangkap di dalam api kegalauan, inikah malapetaka kesiaan itu? Kesia-siaan yang akan mendera jiwa tak berkesudahan! Aku akan mengusirmu. (meniup cahaya itu hingga padam seperti mengusir nafsu keerakahan manusia akan cinta dan semua menjadi gulita).

Rabia: Inilah penglihatan kita yang sesungguhnya. Kegelapan ini tak kan berkesudahan. Dan kita akan kembali kemuasal (dalam penyatuan wujud) keindahan bagaimana yang abadi dalam semesta ini yang tak di renggut angin musim kemarau? Langit macam apa yang tak akan meneteskan hujan dan merontokkan daun-daun kering yang menjadikannya tersungkur ke tanah?

Rumi: Semua akan binasa dan menjadi reruntuhan; kecuali bisikan kalbu para kekasih. Duhai yang menguasai segala cinta.

Wujud mereka yang fana adalah tombak sandaran bagi wujud kita. Wujud yang berangkat dari keinginan jasmaniah dan perihnya dunia menuju semesta maha luas. Menembus batas-batas alam jiwa yang jauh.

Cinta datang dari alam wujud ke alam ketiadaan. Inilah jawaban itu; dan batu-batu, daun-daun air pun cahaya telah mengetahuinya sejak lama sejak panggilan angin terpahami oleh kesunyian surga.

Lamongan, 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez