S.W. Teofani
http://sastra-indonesia.com/
Kau menyambangiku ketika seluruh pintu puri telah kukunci. Kita bertukar kata di balik benteng yang lebih batu dari pualam. Tak ada lagi cekrama atau sesiah laksmi. Tinggal dinding murah pemahaman yang lebih agung dari rasa. Kita bukan lagi sepasang jiwa yang mendaki gigir takdir. Kau dan aku menjadi kumpulan keterbatasan yang luruh pada ketentuan Mahapasti. Tak ada lagi sesesap harap yang kita titipkan pada puing senyap. Sebab asa telah membumbung pada manzila yang lebih langit dari arasy.
Hati tak lagi mengeja kemungkinan beriringan mamasuki gapura. Telah kubangun puri jiwa yang melampaui wingitnya candi. Kutisik waktu dengan benang pengharapan yang lebih substil dari semua ingin.
Kusisir jalan sunyi yang melebihi kesenyapan nadir.
Kuikhlaskan semua jeda tanpa depa-depa yang disangka suka. Kupilih takdir-sebagaimana takdir mendekapku-untuk menjaga suhuf yang memuliakan Injil juga Tabut.
Kau pun telah memasuki sebuah gapura, bukan yang dulu kita tuju. Kau gandeng bidadari yang sudah memberimu sebocah peri.
Kemudian kita mengikhlaskan semua pengharapan seperti merelakan daun kering yang tanggal dan tertinggal. Tak kita pertanyakan lagi di mana dia terserak. Masing-masing diri mengeja bebatu waktu manjadi undakan yang kita daki tanpa tahu awal dan tepi. Menerima ketentuan Sang Hakim tanpa beban, sebagaimana tak pernah kita pertanyakan mengapa kita dilahirkan.
Kau menyapa saat aku mansyuk mengenyam benang waktu. Melupakan tapak-tapak jerih yang menjejak begitu duri. Mengais ingin sesungguh jiwa. Melompati tebing, manatah ngarai, menikmati cemas harap saat maksud hampir sampai. Tapi kita hanya pemain yang tak pernah tahu ke mana bola takdir berpihak. Kau dan aku hanya bisa berlapang jiwa saat semua ikhtiar maknanya tetap menjadi rahasia. Sedang maksud kita menjadi cita yang tak bernah mewujud.
Kau datang saat aku sempurna melupa semua tapak yang pernah kita jejak. Tak pernah tersisa penyesalan atas semua ingin yang tak sampai, karena kita hanya mengikuti sebuah kepastian. Seperti bintang-bintang yang patuh pada garis edar. Lintasan itu kadang bersejajar beberapa masa, seolah akan selalu sepanjang waktu.
Tapi mahluk tak punya hak atas keabadian, juga kepastian. Semua hanya kesementaraan dan selalu menyisakan pertanyaan. Kita pun tersadar tak berada pada satu lintasan takdir. Lintasan kita menjauh, segala yang kita maksud tertebar di kaki nasib. Lalu berjalan lagi pada garis hidup masing-masing. Menerima semua ketentuan dengan diam tanpa dendam.
Jangan ketuk pintu puriku, atau kau harap kubuka jendela. Karena aku tak menginginkan angin masuk mengusik segala mansyuk. Kau telah tahu aku tak menyesal pun mengharap. Aku pun faham jalan yang telah kau pilih. Maka biarlah hati kita saling tahu tanpa isyarat apa pun. Seperti gunung yang diam dengan segala beban yang dikandungnya. Dia tak pernah mengeluhkan lahar yang hendak keluar, pun magma membara. Tetap ditebarkannya kesejukan pada setiap yang memandang juga keindahan para pendaki. Maka biarlah kita menjadi paku-paku masa lalu yang mengukuhkan kesementaraan diri.
Di puri ini, kulolosi setiap huruf pada mushaf dari pengaitnya. Kujajar menjadi pagar. Lalu kupahat batu-batu puri dengan kukuku. Kuserupakan pahatan itu dengan setiap aksara mushaf hingga membentuk makna. Kubiarkan jari berdarah dengan warna merah menghitam. Huruf-huruf itu tak hanya terpahat, tapi juga bersinar dari setiap tetesnya. Jangan kau tanyakan pedih atau luka, karena aku tak lagi merasainya. Aku telah memilihnya. Apa yang lebih kokoh dari sebuah pilihan. Memilih berarti siap akibat dari setiap jalan yang dilaluinya. Begitu pun diriku.
Tak ku tolak dikatakan gila. Karena kewarasan tak memberiku apa pun selain kegilaan serupa. Biarlah kulalar jalan-jalan yang tak hendak dilalui siapa jua. Kan terus kupahat huruf-huruf ini hingga memenuhi bebatu puri. Puri yang membuatku tak akan berpaling pada apa pun. Tempat yang memberiku kehidupan dalam kediaman dan kebisuan. Yang menyelimutiku dengan ketenangan dalam luka dan kegilaan.
Bergumullah kau pada kewarasan yang menggilakanmu. Sedang aku memilih gila untuk mewaraskan jiwaku.
Jangan kau ucapkan kata kasihan padaku. Karena aku tak butuh kasih yang itu. Aku menggapai kasih Yang Satu. Yang mengilhami segala kasih, juga kasih yang dulu kau paparkan. Itu hanya sejentik dari seluruh kasih yang dihadiahkan Yang Satu.
Kini sepuluh kuku jariku telah mengelupas. Darahnya membasahi busana takdir yang kukenakan.
Tinggalkannlah aku. Jangan kau mematung di pintu puri. Aku tak ingin kau iba pada diriku. Karena aku tak pernah menginginkan itu. Aku tahu apa yang ku ingin, juga yang kumau. Dan itu, bukan mau kita dahulu. Aku telah memilih duri dari daging, menyukai lapar dari kenyang, mencintai senyap dari riang.
Apa lagi yang menundamu untuk pergi. Aku tak mengharapkanmu meski tak membencimu. Aku telah memilih pengharapan yang diharapkan sedikit orang. Pulanglah ke gapuramu. Jika kau ingin tahu tentangku, seluruhku telah menerangkannya padamu. Jangan kau membatu di halaman puriku. Aku khawatir seluruhmu-juga hatimu-benar-benar menjadi batu. Patung penghias puri yang tak mengenakanku.
Jika kau tak juga beranjak, ini yang terakhir untukmu. Kulit jariku telah mengelupas bergesek dengan huruf dan batu. Bukan lagi darah yang menabur bercak, juga sayatan daging tanganku hampir tandas. Kini aku menggoreskan huruf-huruh itu dengan tulang belulangkangku. Hingga gemeretak bunyi tulang dan batu. Kini bebatu puri tak lagi hitam. Telah kucipta lukisan abstrak dengan kuas daging dan cat darah. Jika itu masih kurang, kan kubiarkan satu per satu sambungan tulangku terberai, asal berpindah semua huruf dalam mushaf pada dinding, langit, juga lantai puri.
Jangan kau tanyakan tentang rasa sakit. Telah kuhapus seluruh rasa selain Cinta pada pengembus huruf-huruf itu. Satu per satu belulangku raras. Bermula dari tangan, kaki, kepala, bahkan tengkorakku tak lagi berupa. Semua tanggal, menyebar menjadi patahan yang menghantarkan setiap perpindahan huruf-huruf mushaf.
Kedua mataku pun tak lagi menyatu pada tengkorak kepala. Dia terbetot dari ceruk persembunyian. Semua kini menjadi pemindah huruf-huruf. Jari-jari, tangan, kaki, kerangka, daging, darah, usus, hati, jantung, semua beterbaran, hingga kupertanyakan di mana aku?
Semua tercecer, tapi tak menebar anyir, setiap bercak membawa wangi kesturi yang mengharumkan puri. Kulihat hatiku begitu ria, lebih ria saat kau dan aku menggapai jalan gapura. hati itu nyata merahnya, berkilau dengan bentuk yang lebih indah.
Ah…hatiku….seindah itu, hati yang menyatu dengan huruf-huruf mushaf.
Sekali lagi, aku tak akan menolak jika disebut gila, karena kegilaan ini sangat indah. Lebih indah dari laman-laman keindahan di sudut mana jua.
Sudah, aku telah katakan semua tentang halku. Kini kupinta, tinggalkan aku. Meski ku di dalam puri, kurasai dirimu yang mematung di terasnya. Apa lagi yang kau nanti. Tidakkah kau rasa cukup ceritaku?
“Maafkan aku, jika tak hendak meninggalkan purimu, meski aku telah memiliki gapura juga peri kecilnya,” suaramu patah-patah.
“Kenapa kau tak juga pergi.”
“Katakan padaku satu hal, setelah itu aku kan meninggalkan puri, juga seluruhmu, ” suaramu penuh harap.
“Katakanlah.”
“Apakah aku penyebab kegilaanmu, maafkan aku….?”
“Dengarkan, tak kan kuulangi, B u k a n!”
Bandar Lampung
Agustus—September 2010
S.W. Teofani, Lahir dan tinggal di Lampung.
Cerpennya dimuat di Lampung Post. Kini sedang menekuni karya sastra.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Jumat, 20 Januari 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Khoirul Anam
A. Khoirul Anam
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abd. Basid
Abdul Aziz
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar
Abdul Hadi W.M.
Abdul Rauf Singkil
Abdul Rosyid
Abdul Salam HS
Abdul Wachid B.S.
Abdullah Alawi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abu Nawas
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Ach. Tirmidzi Munahwan
Achmad Faesol
Adam Chiefni
Adhitya Ramadhan
Adi Mawardi
Adian Husaini
Aditya Ardi N
Ady Amar
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afrizal Malna
Afrizal Qosim
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus Buchori
Agus Fahri Husein
Agus Fathuddin Yusuf
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahmad Anshori
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Baso
Ahmad Fatoni
Ahmad Hadidul Fahmi
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Syafii Maarif
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rohim
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Sahal
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alang Khoiruddin
Alang Khoirudin
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Aliansyah
Allamah Syaikh Dalhar
Alvi Puspita
AM Adhy Trisnanto
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Amin Hasan
Aminullah HA Noor
Amir Hamzah
Ammar Machmud
Andri Awan
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjar Nugroho
Anjrah Lelono Broto
Antari Setyowati
Anwar Nuris
Arafat Nur
Ariany Isnamurti
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arifin Hakim
Arman AZ
Arwan
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Juanda
Asep S. Bahri
Asep Sambodja
Asep Yayat
Asif Trisnani
Aswab Mahasin
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Azizah Hefni
Azwar Nazir
B Kunto Wibisono
Babe Derwan
Badrut Tamam Gaffas
Bale Aksara
Bandung Mawardi
Bastian Zulyeno
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budiawan Dwi Santoso
Buku Kritik Sastra
Candra Adikara Irawan
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cawapres Jokowi
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abhsar
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
CNN Indonesia
Cucuk Espe
Cut Nanda A.
D Zawawi Imron
D. Dudu AR
Dahta Gautama
Damanhuri Zuhri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Danuji Ahmad
Dati Wahyuni
Dea Anugrah
Dea Ayu Ragilia
Dede Kurniawan
Dedik Priyanto
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Detti Febrina
Dewi Kartika
Dian Sukarno
Dian Wahyu Kusuma
Didi Purwadi
Dien Makmur
Din Saja
Djasepudin
Djauharul Bar
Djoko Pitono
Djoko Saryono
DM Ningsih
Doddy Hidayatullah
Donny Syofyan
Dr Afif Muhammad MA
Dr. Simuh
Dr. Yunasril Ali
Dudi Rustandi
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dyah Ratna Meta Novia
E Tryar Dianto
Ecep Heryadi
Edeng Syamsul Ma’arif
Edy A Effendi
Edy Susanto
EH Ismail
Eka Budianta
Ekky Malaky
Eko Israhayu
Ellie R. Noer
Emha Ainun Nadjib
Esai
Esha Tegar Putra
Evi Melyati
Fachry Ali
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faizal Af
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fazabinal Alim
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Furqon Lapoa
Fuska Sani Evani
Geger Riyanto
Ghufron
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
Gus Muwaffiq
Gusriyono
Gusti Grehenson
H Marjohan
H. Usep Romli H.M.
Habibullah
Hadi Napster
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hammam Fathulloh
Hamzah Fansuri
Hamzah Sahal
Hamzah Tualeka Zn
Hanibal W.Y. Wijayanta
Hanum Fitriah
Haris del Hakim
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Basri Marwah
Hasnan Bachtiar
Hasyim Asy’ari
Helmy Prasetya
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Heri Listianto
Heri Ruslan
Herry Lamongan
Herry Nurdi
Heru Kurniawan
Hilmi Abedillah
Hotnida Novita Sary
Hudan Hidayat
Husein Muhammad
I Nyoman Suaka
Ibn ‘Arabi (1165-1240)
Ibn Rusyd
Ibnu Sina
Ibnu Wahyudi
Idayati
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imadi Daimah Ermasuri
Imam Hamidi Antassalam
Imam Khomeini
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Nasri
Imron Tohari
Indonesia O’Galelano
Indra Kurniawan
Indra Tjahyadi
Inung As
Irma Safitri
Isbedy Stiawan Z.S.
Istiyah
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
J Sumardianta
Jadid Al Farisy
Jalaluddin
Jalaluddin Rakhmat
Jamal Ma’mur Asmani
Jamaluddin Mohammad
Javed Paul Syatha
Jaya Suprana
Jember Gemar Membaca
Jo Batara Surya
Johan Wahyudi
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K. Muhamad Hakiki
K.H. A. Azis Masyhuri
K.H. Anwar Manshur
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
Kabar Pesantren
Kafiyatun Hasya
Kanjeng Tok
Kasnadi
Kazzaini Ks
KH Abdul Ghofur
KH. Irfan Hielmy
Khansa Arifah Adila
Khoirul Anwar
Khoirur Rizal Umami
Khoshshol Fairuz
Kiai Muzajjad
Kiki Mikail
Kitab Dalailul Khoirot
Kodirun
Komunitas Deo Gratias
Koskow
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurtubi
Kuswaidi Syafi’ie
Kyai Maimun Zubair
Lan Fang
Larung Sastra
Leila S. Chudori
Linda S Priyatna
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP
Lukman Asya
Lukman Santoso Az
M Arif Rohman Hakim
M Hari Atmoko
M Ismail
M Thobroni
M. Adnan Amal
M. Al Mustafad
M. Arwan Hamidi
M. Bashori Muchsin
M. Faizi
M. Hadi Bashori
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Mustafied
M. Nurdin
M. Yoesoef
M. Yunis
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
M.S. Nugroho
M.Si
M’Shoe
Mahamuda
Mahdi Idris
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahrus eL-Mawa
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mansur Muhammad
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marjohan
Marsudi Fitro Wibowo
Martin van Bruinessen
Marzuki Wahid
Marzuzak SY
Masduri
Mashuri
Masjid Kordoba
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni el-Moezany
Matroni Muserang
Mbah Dalhar
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftahul Ulum
Mila Novita
Mochtar Lubis
Moh. Ghufron Cholid
Mohamad Salim Aljufri
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Yamin
Muh. Khamdan
Muhajir Arrosyid
Muhammad Abdullah
Muhammad Affan Adzim
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih AR
Muhammad Amin
Muhammad Anta Kusuma
Muhammad Ghannoe
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Kosim
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Mukhlisin
Muhammad Quraish Shihab
Muhammad Subhan
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yasir
Muhammad Yuanda Zara
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyiddin
Mujtahid
Muktamar Sastra
Mulyadi SA
Munawar A. Djalil
Munawir Aziz
Musa Ismail
Musa Zainuddin
Muslim
Mustafa Ismail
Mustami’ tanpa Nama
Mustofa W Hasyim
Musyafak
Myrna Ratna
N. Mursidi
Nasaruddin Umar
Nashih Nashrullah
Naskah Teater
Nasruli Chusna
Nasrullah Thaleb
Nelson Alwi
Nevatuhella
Ngarto Februana
Nidia Zuraya
Ninuk Mardiana Pambudy
Nita Zakiyah
Nizar Qabbani
Nova Burhanuddin
Noval Jubbek
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nur Fauzan Ahmad
Nur Wahid
Nurcholish
Nurel Javissyarqi
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Orasi Budaya
Pangeran Diponegoro
Parimono V / 40 Plandi Jombang
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
Pesantren Tebuireng
Pidato
Politik
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pramoedya Ananta Toer
Prof. Dr. Nur Syam
Profil Ma'ruf Amin
Prosa
Puisi
Puji Hartanto
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
Purwanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
PUstaka puJAngga
Putera Maunaba
Putu Fajar Arcana
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rakhmat Nur Hakim
Ramadhan Alyafi
Rameli Agam
Rasanrasan Boengaketji
Ratnaislamiati
Raudal Tanjung Banua
Reni Susanti
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Retno HY
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Rinto Andriono
Risa Umami
Riyadhus Shalihin
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rohman Abdullah
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifuddin Syadiri
Saifudin
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Salahuddin Wahid
Salamet Wahedi
Salman Faris
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra Pesantren
Sastrawan Pujangga Baru
Satmoko Budi Santoso
Satriwan
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra Boenga Ketjil
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siswanto
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slavoj Zizek
Snouck Hugronje
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sufyan al Jawi
Sugiarta Sriwibawa
Sulaiman Djaya
Sundari
Sungatno
Sunu Wasono
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susringah
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaiful Amin
Syaifullah Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syeikh Abdul Maalik
Syeikh Muhammad Nawawi
Syekh Abdurrahman Shiddiq
Syekh Sulaiman al Jazuli
Syi'ir
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tiar Anwar Bachtiar
Tjahjono Widijanto
Tok Pulau Manis
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tu-ngang Iskandar
Turita Indah Setyani
Umar Fauzi Ballah
Uniawati
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usep Romli H.M.
Usman Arrumy
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wa Ode Zainab Zilullah Toresano
Wahyu Aji
Walid Syaikhun
Wan Mohd. Shaghir Abdullah
Warung Boengaketjil
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Fei Hung
Y Alpriyanti
Yanti Mulatsih
Yanuar Widodo
Yanuar Yachya
Yayuk Widiati
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yopi Setia Umbara
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudi Latif
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zaenal Abidin Riam
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zakki Amali
Zehan Zareez
Tidak ada komentar:
Posting Komentar