Jumat, 20 Januari 2012

Gapura-Puri

S.W. Teofani
http://sastra-indonesia.com/

Kau menyambangiku ketika seluruh pintu puri telah kukunci. Kita bertukar kata di balik benteng yang lebih batu dari pualam. Tak ada lagi cekrama atau sesiah laksmi. Tinggal dinding murah pemahaman yang lebih agung dari rasa. Kita bukan lagi sepasang jiwa yang mendaki gigir takdir. Kau dan aku menjadi kumpulan keterbatasan yang luruh pada ketentuan Mahapasti. Tak ada lagi sesesap harap yang kita titipkan pada puing senyap. Sebab asa telah membumbung pada manzila yang lebih langit dari arasy.

Hati tak lagi mengeja kemungkinan beriringan mamasuki gapura. Telah kubangun puri jiwa yang melampaui wingitnya candi. Kutisik waktu dengan benang pengharapan yang lebih substil dari semua ingin.

Kusisir jalan sunyi yang melebihi kesenyapan nadir.
Kuikhlaskan semua jeda tanpa depa-depa yang disangka suka. Kupilih takdir-sebagaimana takdir mendekapku-untuk menjaga suhuf yang memuliakan Injil juga Tabut.

Kau pun telah memasuki sebuah gapura, bukan yang dulu kita tuju. Kau gandeng bidadari yang sudah memberimu sebocah peri.
Kemudian kita mengikhlaskan semua pengharapan seperti merelakan daun kering yang tanggal dan tertinggal. Tak kita pertanyakan lagi di mana dia terserak. Masing-masing diri mengeja bebatu waktu manjadi undakan yang kita daki tanpa tahu awal dan tepi. Menerima ketentuan Sang Hakim tanpa beban, sebagaimana tak pernah kita pertanyakan mengapa kita dilahirkan.

Kau menyapa saat aku mansyuk mengenyam benang waktu. Melupakan tapak-tapak jerih yang menjejak begitu duri. Mengais ingin sesungguh jiwa. Melompati tebing, manatah ngarai, menikmati cemas harap saat maksud hampir sampai. Tapi kita hanya pemain yang tak pernah tahu ke mana bola takdir berpihak. Kau dan aku hanya bisa berlapang jiwa saat semua ikhtiar maknanya tetap menjadi rahasia. Sedang maksud kita menjadi cita yang tak bernah mewujud.

Kau datang saat aku sempurna melupa semua tapak yang pernah kita jejak. Tak pernah tersisa penyesalan atas semua ingin yang tak sampai, karena kita hanya mengikuti sebuah kepastian. Seperti bintang-bintang yang patuh pada garis edar. Lintasan itu kadang bersejajar beberapa masa, seolah akan selalu sepanjang waktu.
Tapi mahluk tak punya hak atas keabadian, juga kepastian. Semua hanya kesementaraan dan selalu menyisakan pertanyaan. Kita pun tersadar tak berada pada satu lintasan takdir. Lintasan kita menjauh, segala yang kita maksud tertebar di kaki nasib. Lalu berjalan lagi pada garis hidup masing-masing. Menerima semua ketentuan dengan diam tanpa dendam.

Jangan ketuk pintu puriku, atau kau harap kubuka jendela. Karena aku tak menginginkan angin masuk mengusik segala mansyuk. Kau telah tahu aku tak menyesal pun mengharap. Aku pun faham jalan yang telah kau pilih. Maka biarlah hati kita saling tahu tanpa isyarat apa pun. Seperti gunung yang diam dengan segala beban yang dikandungnya. Dia tak pernah mengeluhkan lahar yang hendak keluar, pun magma membara. Tetap ditebarkannya kesejukan pada setiap yang memandang juga keindahan para pendaki. Maka biarlah kita menjadi paku-paku masa lalu yang mengukuhkan kesementaraan diri.

Di puri ini, kulolosi setiap huruf pada mushaf dari pengaitnya. Kujajar menjadi pagar. Lalu kupahat batu-batu puri dengan kukuku. Kuserupakan pahatan itu dengan setiap aksara mushaf hingga membentuk makna. Kubiarkan jari berdarah dengan warna merah menghitam. Huruf-huruf itu tak hanya terpahat, tapi juga bersinar dari setiap tetesnya. Jangan kau tanyakan pedih atau luka, karena aku tak lagi merasainya. Aku telah memilihnya. Apa yang lebih kokoh dari sebuah pilihan. Memilih berarti siap akibat dari setiap jalan yang dilaluinya. Begitu pun diriku.

Tak ku tolak dikatakan gila. Karena kewarasan tak memberiku apa pun selain kegilaan serupa. Biarlah kulalar jalan-jalan yang tak hendak dilalui siapa jua. Kan terus kupahat huruf-huruf ini hingga memenuhi bebatu puri. Puri yang membuatku tak akan berpaling pada apa pun. Tempat yang memberiku kehidupan dalam kediaman dan kebisuan. Yang menyelimutiku dengan ketenangan dalam luka dan kegilaan.
Bergumullah kau pada kewarasan yang menggilakanmu. Sedang aku memilih gila untuk mewaraskan jiwaku.

Jangan kau ucapkan kata kasihan padaku. Karena aku tak butuh kasih yang itu. Aku menggapai kasih Yang Satu. Yang mengilhami segala kasih, juga kasih yang dulu kau paparkan. Itu hanya sejentik dari seluruh kasih yang dihadiahkan Yang Satu.

Kini sepuluh kuku jariku telah mengelupas. Darahnya membasahi busana takdir yang kukenakan.

Tinggalkannlah aku. Jangan kau mematung di pintu puri. Aku tak ingin kau iba pada diriku. Karena aku tak pernah menginginkan itu. Aku tahu apa yang ku ingin, juga yang kumau. Dan itu, bukan mau kita dahulu. Aku telah memilih duri dari daging, menyukai lapar dari kenyang, mencintai senyap dari riang.

Apa lagi yang menundamu untuk pergi. Aku tak mengharapkanmu meski tak membencimu. Aku telah memilih pengharapan yang diharapkan sedikit orang. Pulanglah ke gapuramu. Jika kau ingin tahu tentangku, seluruhku telah menerangkannya padamu. Jangan kau membatu di halaman puriku. Aku khawatir seluruhmu-juga hatimu-benar-benar menjadi batu. Patung penghias puri yang tak mengenakanku.

Jika kau tak juga beranjak, ini yang terakhir untukmu. Kulit jariku telah mengelupas bergesek dengan huruf dan batu. Bukan lagi darah yang menabur bercak, juga sayatan daging tanganku hampir tandas. Kini aku menggoreskan huruf-huruh itu dengan tulang belulangkangku. Hingga gemeretak bunyi tulang dan batu. Kini bebatu puri tak lagi hitam. Telah kucipta lukisan abstrak dengan kuas daging dan cat darah. Jika itu masih kurang, kan kubiarkan satu per satu sambungan tulangku terberai, asal berpindah semua huruf dalam mushaf pada dinding, langit, juga lantai puri.

Jangan kau tanyakan tentang rasa sakit. Telah kuhapus seluruh rasa selain Cinta pada pengembus huruf-huruf itu. Satu per satu belulangku raras. Bermula dari tangan, kaki, kepala, bahkan tengkorakku tak lagi berupa. Semua tanggal, menyebar menjadi patahan yang menghantarkan setiap perpindahan huruf-huruf mushaf.

Kedua mataku pun tak lagi menyatu pada tengkorak kepala. Dia terbetot dari ceruk persembunyian. Semua kini menjadi pemindah huruf-huruf. Jari-jari, tangan, kaki, kerangka, daging, darah, usus, hati, jantung, semua beterbaran, hingga kupertanyakan di mana aku?

Semua tercecer, tapi tak menebar anyir, setiap bercak membawa wangi kesturi yang mengharumkan puri. Kulihat hatiku begitu ria, lebih ria saat kau dan aku menggapai jalan gapura. hati itu nyata merahnya, berkilau dengan bentuk yang lebih indah.

Ah…hatiku….seindah itu, hati yang menyatu dengan huruf-huruf mushaf.

Sekali lagi, aku tak akan menolak jika disebut gila, karena kegilaan ini sangat indah. Lebih indah dari laman-laman keindahan di sudut mana jua.

Sudah, aku telah katakan semua tentang halku. Kini kupinta, tinggalkan aku. Meski ku di dalam puri, kurasai dirimu yang mematung di terasnya. Apa lagi yang kau nanti. Tidakkah kau rasa cukup ceritaku?

“Maafkan aku, jika tak hendak meninggalkan purimu, meski aku telah memiliki gapura juga peri kecilnya,” suaramu patah-patah.

“Kenapa kau tak juga pergi.”

“Katakan padaku satu hal, setelah itu aku kan meninggalkan puri, juga seluruhmu, ” suaramu penuh harap.

“Katakanlah.”

“Apakah aku penyebab kegilaanmu, maafkan aku….?”

“Dengarkan, tak kan kuulangi, B u k a n!”

Bandar Lampung
Agustus—September 2010

S.W. Teofani, Lahir dan tinggal di Lampung.
Cerpennya dimuat di Lampung Post. Kini sedang menekuni karya sastra.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez