Kamis, 19 Januari 2012

REVOLUSI SUNYI SANG PENYAIR; IQBAL

Nurel Javissyarqi*
http://pustakapujangga.com/2009/09/quiet-revolution-of-the-poet-muhammad-iqbal/

Ah, betapa gembira mereka yang hendak memuja apiku!
Tapi aku tak menghendaki telinga zaman sekarang
Akulah suara penyair dari dunia masa depan
Karena zamanku tak pernah memahami maksudku (Iqbal, Rahasia Pribadi).

Di sana, saya melihat betapa malang seorang penyair yang seolah gagal menyuarakan hati nuraninya, dalam kancah usianya mereguk masa melahirkan karya-karya. Sejenis keputusasaan yang menyimpan harapan, entah mimpi bolong atau bergelayutnya awan yang enggan menurunkan hujan. Kala kehidupan membutuhkan seteguk tirta pengusir dahaga di tengah kembaranya.

Tampak jelas penyair itu takkan bisa merangkai kata-kata, memuntahkan isi jiwanya ke dalam lelembaran karya, selain setelah menyetubuhi pengalaman hayatnya. Kesendirianya bukan kedahagaan tanpa guna, serupa pengharapan yang ngambang. Namun sungguh perjuangan itu melahirkannya, meski nampak tidak seberapa, ketika dirinya masih menghirup udara -nyawa.

Sang penyair menuangkan kata-kata, melewati pertimbangan daya simpan, demi masa-masa mendatang –terpenting, sebab takkan sampai hatam waktu memaknai hasratnya. Karena itulah kegagalan masa hidup, kesunyian di saat menjalani kesehariannya, bukanlah tanpa alasan tidak bermakna paripurna. Tetapi ini jalan yang harus ditempuh, kalau menginginkan keabadian kisah hayatnya dikenang sepanjang masa, sejauh kalimah-kalimahnya menyungguhi keyakinan juang.

Sedang yang datang hendak mengenyamnya, mengunyah usianya demi deretan kalimah nilai-nilai kelestarian yang dibangunnya. Seakan embun selalu menghiasi mata fajar, begitu dalam kalbu insan, saat-saat meneguk nuansa nilai yang dihadirkan penyair di setiap malam-malamnya, yang penuh permenungan.

Pada jamannya, melihat sosok penyair laiknya gelandangan tanpa kerjaan, selintas tiada manfaat dirinya, apalagi bagi umat. Namun tidakkah makna jatuh di akhir kalimah, pucuk peristiwa. Dan perasaan itu menghidupkan kalimatnya, hadir lebih nyata, manakala sudah tidak terbebani jasad fana.

Seorang penyair laksana prajurit yang selalu melatih ketangkasan bathin, ketika waktu memanggilnya, ia hadir dengan penuh kesiapaan, mengejawantah jiwanya serupa kalimah tunggal, yang menggerahkan dirinya demi selalu dibahas dikemudian. Ini manfaat, lebih dari sebuah realitas kerja, sebab sudah menjelma energi pergerakan. Ketika kalimah-kalimah yang diutarakan penyair berlesatan, datanglah ruh penunggu kalimah itu seperti bara menyimpan api, sekali tiup menyalakan percik perjuangan.

Siapa yang mampu memahami maksudnya? Sang penyair itu mengutarakan yang terpendam di kala masih bernafas dalam usia ruang-waktu yang sedang dikenyam. Hasratnya sungguh bertubi-tubi melesat tanpa bayangan. Tidakkah kita sadar, mata panah tidak memiliki telinga, tetapi yang mendesing di teling. Matanya melesat ke masa depan, yakni sasaran yang dituju. Dan jarak tempuh yang terlaksana itu dari himpunan nafas-nafas yang disetiai, dirawat melewati nalar merasai. Sehingga dalam lipatan gerak merupakan kesadaran murni, ini lebih jauh dari parade kesadaran, laksana lecutan kilat menghujam, secepat cahaya menembus rambatan udara penciptaan.

Hanya dalam dada penyair
Keindahan dan selubung tabir akan terbuka
(Iqbal, Pesan Bagi Para sastrawan Islam).

Sentakan hebat dari keindahan, berasal dari kelembutan perasaan yang membuka tabir, menyembulkan segala rahasia hayat ke permukaan yang mengagumkan. Kekaguman terbagi dua; yang membawa mati sebuah hasrat sebab tersedot atas apa yang dikagumi. Dan kedua; kekaguman yang semakin meningkatkan suatu kerja, memaknai dengan perasaan wah, yang hadir dengan sendiri sebagaimana kebenaran tanpa suara. Dan saya menempatkan keindahan itu hadir dari sebuah kesunyian pribadi, seperti sapaan dari seorang yang belum kita kenal akrab, dimana tenggang-rasa menempati posisinya sebagi kerahasiaan rasa.

Lewat kelembutan perasaan inilah tabir mulai terbuka, menerobor melewati sela-sela jeruji penjara kesunyian penyair. Iqbal pun berkata dalam lembaran lain, “Gairah penciptaan dia curi dari ruhmu.” Di sini, ia menempati nilai-nilai kehidupannya, semisal makna mendatang. Wajah yang disapa kali ini menemui raut yang sama di lain tempat-waktu perjamuan.

Namun tidakkah perwakilan dari karakter itu lahan di mana penyair mengambil gairah. Bebuah penelitian dari kedekatan yang mengundang ribuan tanya kesunyian. Dan kecurigaan yang tampak itu suatu waktu berbalik menjadi keyakinan, ketika masa-masa ditinggalkan. Sebab manusia takkan mampu berdiam diri tanpa angin sapaan. Maka meski kecurigaan hadir, rindu tetap timbul, kala benar-benar dalam kedamaian, yakni berkah waktu melewati periodenya. Ini kehawatiran yang menghadirkan rindu sebab perasaan ingin diperturutkan. Padahal makna rindu dan hawatir masih remang akan cahaya kepastian, letak masa meminta jatah dimaknai sebagai tempat bekerja.

Kendati selalu terinjak, rumput tak pernah punah
Dan berkali diusapnya kantuk maut dari mata
(Iqbal, Pengingkaran Terhadap Pribadi).

Meskipun bagaimana, ketidakpedulian mereka terhadap kesunyian, rumput tetap hidup dan mereka tak bisa membedakan makna rumput yang berdiri tegak dengan yang ambruk sebab langkah sepatu. Yang jelas kita dapat memetiknya, ia terus hidup takkan punah meski banjir ketidak percayaan atau kemarau penguasa menghabiskan, di suatu waktu tentu berbalik penuh dengan kesegaran jiwa merdeka. Sungguh rerumputan menyungguhi hidupnya, telah siap tidak berdaya mengayomi manusia, namun hewan-gembawa sangat membutuhkannya.

Inilah kekayaan jiwa terambil lewat membungkukkan dirinya, demi mengunyah kesunyian dan makhluk penjaga kantuk atau rerumputan sunyi itu senantiasa tegak di malam segar. Dan angin membisikkan kidungan permai pada telinga wengi, sedangkan manusia takkan mendengarkan nyanyian itu, selain yang mampu membuka tabir seperti merunduknya rerumputan menghadiahkan embun. Embun yang hadir di mata kantuk adalah penjaga kalbu yang tiada wasangka lepas dari kesadaran daun-daun, sampai lidah mentari menghisapnya kembali.

*) Pengelana dari desa Kendal-Kemlagi, Karenggeneng, Lamongan, JaTim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez