Selasa, 31 Januari 2012

Sinai, Gunung Batu Yang Sangat Eksotis

Khoirul Anwar *
http://www.kompasiana.com/khoirul-anwar

Nama Sinai sebenarnya sangat tak asing dalam pengetahuanku. Apalagi di dalam al qur’an surat at tin nama ini di sebut dengan jelas dan bahkan banyak sejarah yang kuketahui juga terjadi di gunung ini. Dalam pandangan kasat mata Sinai adalah gunung batu yang gersang, hanya sesekali saja terlihat tumbuhan yang berdaun kecil-kecil dan rerumputan yang kelihatan pucat akan mengering.
Melihat bongkahan batu-batu yang ada di sana dan sedikit pasir akibat lapukan batu yang terkikis sebab panasnya matahari di siang hari dan dinginnya suhu ketika malam hari – perubahan hawa yang sangat ekstrim – dalam bayangan, sulit sekali hidup di sana. Apalagi air, yang merupakan sumber kehidupan, sangat sulit di temukan disana. Tak ada tanda-tanda ada pancuran mata air yang mampu keluar dari sana. Air yang ada saat ini merupakan kiriman dari daerah lain yang jauh. Daerahnya gersang dan sepi. Tak banyak orang mampu bertahan lama di daerah itu kecuali penduduk asli saja.

Terlepas dari kegersangan dan suasananya yang lengang, Sinai merupakan daerah yang menawan. Batu-batu penyusun gunung Nuh atau secara luas di kenal dengan nama Sinai, adalah batu-batu alam yang indah, bermacam-macam warna dan bentuknya dan bermacam-macam pula jenisnya. Ada yang berwarna merah, kuning, coklat, hitam, agak kehijau-hijauan. Dan sedikit pengamatan saya kebanyakan batu yang ada disana banyak yang tersusun dari bahan yang persis seperti mutiara. Terlihat bersinar ketika terkena sinar matahari. Sungguh bebatuan yang indah yang pernah kujumpai.

Kalaupun banyak kita jumpai dibanyak pegunungan dan gunung-gunung di Indonesia banyak bebatuan. Namun pada umumnya batu-batu itu halus dan jika kebanyakan dilewati semakin halus dan mudah memelesetkan orang. Bebatuan di Sinai berbeda, meski jalan batu yang tiap harinya di lalui ribuan pendaki naik turun, batu-batu itu tak licin. Mungkin di beberapa titik ada yang licin itu bukan karena batunya melainkan di atas batu itu ada sedikit pasir yang berceceran. Jadi proses naik dan turunnya pendakian tak terlalu berbahaya. Apalagi jalan yang di lalui bukan jalan liar. Jalannya sudah tertata baik dan di beberapa titik berbahaya telah di susun batu pembatas dan terpasang juga seruan agar tak melalui tempat yang di anggap berbahaya “Attention, This pleace danger !!”. Resiko-resiko pendakian menjadi sangat kecil jika kita benar memperhatikan seruan yang ada dan mau memperhatikan guide yang mendampingi selama pendakian.

Karena menjadi objek wisata internasional, Sinai merupakan salah satu objek wisata yang sangat banyak dan sering dikunjungi turis dari berbagai negara. Bukan hanya sekedar objek wisata yang digunakan menikmati keindahan alamnya,puncak Sinai juga diyakini sebagai tempat yang harus dikunjungi oleh agama tertentu – kalau tak salah informasi yang kuterima mungkin agama Kristen ortodok – sebagai penyempurna agama yang dianut. Seperti halnya haji bagi umat muslim. Maka dari itu tujuan pendakian mereka di gunung yang berketinggian kurang lebih 2000 m tak hanya menikmati keindahan gunung, batu-batu penyusannya dan keindahan moment sun rise ketika pagi hari sebelum kembali turun ke kaki gunung melainkan ada tujuan tertentu yaitu ibadah dan berdoa setra menyanyikan lagu-lagu pujian kepada tuhan yang mereka percayai. Maka ketika orang-orang yang memiliki keyakinan seperti itu sampai di puncak suara nyanyian yang berisi pujian-pujian kepada tuhan mereka bersahut-sahutan sampai momen indah berupa sinar kuning keemas-emasan muncul di daerah timur sebelum moment yang paling indah yang di tunggu-tunngu semua pendaki, sun rise.

Nah ketika sinar kuning mulai nampak di ufuk sebelah timur, mereka sejenak berhenti menikmati keindahan alam saat matahari mulai menampakkan diri dari persembunyiannya semalam. Di detik-detik itu, puncak tertinggi yang dipenuhi kurang lebih seribu orang pendaki itu diam, memfokuskan pandangannya ke arah matahari terbit sambil mengabadikan momen indah itu. Ada yang mengabadikan dalam bentuk gambar. Mereka ini menjepret kejadian yang indah ini berkali-kali sampai-sampai terlihat seakan-akan bannyak sinar halilintar yang menyambar sebelum guntur benar-benar menggelegar memekakkan telinga. Selain itu banyak juga yang merekam moment itu dalam bentuk video. Saat momen-momen indah matahari terbit hampir semua pendaki sibuk memegang kamera meski hawa dingin menusuk sampai ke sum-sum tulang. Banyak sekali yang merasa sangat kedinginan bahkan sampai benar-benar menggigil, apalagi kita yang berasal dari negara tropis. Saya sendiri memakai dua jaket tebal dan dua kaos serta berselimut sarung tapi rasa dingin masih sangat leluasa menembus kulit bahkan sampai ke dalam sum-sum tulang. Benar-benar dingin. Hanya beberapa orang barat yang merasa enjoy dengan hawa yang ada. Ya mungkin mereka dari negara yang lebih sering bersalju dan jarang kena sinar matahari. Temperatur udaranya selalu rendah. Tapi hawa dingin yang menyiksa itu seketika hilang saat sinar kuning keemas-emasan tadi mulai muncul. Semua mata terfokus ke timur. Jarang yang bermalas-malasan hanya sekedar duduk tak mau menikmati keindahan sun rise.

Sun rise adalah moment puncak yang di tunggu-tunggu semua pendaki. Setelah moment itu berlalu dan matahari telah naik ke atas memancarkan sinarnya dan menghangatkan suhu dingin yang sangat menyiksa itu kita mulai turun sambil menyaksikan gunung-gunung yang lain di sekeliling yang masih samar-samar ketika mendaki semalam. Oh, ternyata indahnya bukan main. Meski di pegunungan Indonesia juga banyak batu dan bermacam-macam pula namun batu yang ada di Sinai sungguh memikat hati. Bentuknya sangat indah. Dalam penafsiran saya, batu-batu itu ada yang seperti fosil-fosil dinosaurus, taring hewan yang mengerikan tapi sekarang terlihat indah, ada yang serupa mulut binatang yang sedang menganga, masih banyak lagi yang tak mampu kugambarkan di tulisan ini.

Turun dari puncak adalah hal yang berat. Sebenarnya mendaki adalah pekerjaan yang berat dan memerlukan banyak energy, tapi proses turun kembali kekaki gunung tempat bus parkir adalah perjuangan yang tak kalah beratnya. Turun di jalan yang sangat curam dan terjal butuh lutut yang kuat kalau kuarng kuat membahayakan bagi lutut. Perjalanan kembali turun ini kaki saya bergetar hebat bahkan sampai seperti orang bergoyang. Kaki terasa sakit. Tak hanya saya, teman-teman yang lain ketika saya Tanya juga mengalami hal yang sama tapi saya lebih parah mungkin fisik saya kurang baik. Untuk memulihkan getaran kaki yang luar bisa itu, saya lebih sering istirahat agar tubuh terasa lebih baik.

***

Sepanjang jalan kembali turun banyak sekali anak-anak kecil – kalau dilihat-lihat kayaknya masih di bangku sekolah dasar – menjajakan dangan mereka berupa bermacam-macam bebatuan yang indah. Ada porselin, permata dan banyak lagi yang tak ku ketahui namanya. Mereka merayu setiap yang lewat agar bersedia membeli batu-batu dagangan mereka. Kasihan sekali mereka, seharusnya masa emas usia mereka digunakan untuk menikmati lezatnya ilmu malah digunakan untuk berdagang demi beberapa pound mesir saja. Tapi itu lah yang bisa mereka lakukan saat ini. Merasa kasihan dan tertarik batu porselin yang ditawarkan saya membeli segelondong batu indah yang berharga lima pound. Untuk kenang-kenangan dan satu harapan, semoga dia bisa menikmati sedikit kesenangan karena dagangannya laku.

Tak lama melangkah setelah membeli batu porselin, dataran luas jauh di bawah nampak di mata. Terlihat orang-orang sebesar semut yang lagi berjalan menuju tempat parkir bus. Meski kaki bergetar semakin hebat dan kaki semakin sakit, terus ku langkahkan kaki dan akhirnya nyampai kebawah. Perasaan senang luar biasa karena berhasil menaklukkan gunung hanya berbatu dan bisa kembali dengan selamat meski masih menysakan rasa capai yang luar bisa dan mungki baru hilang setelah seminggu. Tapi itu tak masalah, karena pengalaman indah telah kudapat dan tak semua orang bisa mendapatkan pengalaman yang sama dengan yang kudapat selama ini.

Cairo,18 September 2011
*) Salah seorang mahasiswa yang kini tengah menimba ilmu di Universitas Al Azhar,Cairo,Mesir.
Dijumput dari: http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2011/09/19/sinaigunung-batu-yang-sangat-eksotis/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez