Pesantren Darussalam Menuju Pesantren Berkualitas Internasional

Pondok Pesantren Darussalam Ciamis - Jawa Barat
www.republika.co.id

Demi mewujudkannya, mulai tahun ajaran 2008/2009 pesantren mengadopsi konsep sekolah sehari penuh (full day school) dan mengubah metode pengajaran pada kurikulum berbasis kompetensi (KBK).

Memasuki lingkungan Pesantren Modern Darussalam di Desa Pamalayan Kec Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, udara sejuk langsung menyergap. Pepohonan rindang memayungi pesantren tertua di Ciamis itu, yang kini menjadi salah satu “supermarket” pendidikan Islam terlengkap di kabupaten itu.

Betapa tidak? Jenjang pendidikan mulai yang terendah hingga perguruan tinggi ada di kompleks pesantren yang cukup luas itu. Selain Raudhatul Athfal (TK), Madrasan Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyyah (MTs), ada juga Madrasah Aliyyah Keagamaan (MAK) Negeri Darussalam, SMA Islam Darussalam, dan Institut Agama Islam Darussalam (IAID).

Sejarah panjang Pesantren Darussalam tidak bisa dilepaskan dari masa penjajahan Belanda di Indonesia. Dulu, Darussalam berdiri di Dusun Cidewa di Desa Dewasari, Kecamatan Cijeungjing. Dusun tersebut jaraknya sekitar 5 km dari lokasi sekarang.

Rintisan pendirian Pesantren Darussalam di Cidewa dilakukan oleh KH Ahmad Fadhil. Saat itu, pada 1929, (alm) kyai yang terkenal kharismatik itu merasa prihatin dengan rendahnya pendidikan kegamaan yang dimiliki warga di sekitar tempat tinggalnya. Saat itu, kyai menggagas pendirian lembaga pesantren yang sebelumnya sudah banyak tersebar di berbagai daerah di Jawa Barat.

Dengan tekad kuat dan pantang menyerah, kyai berhasil mendirikan pesantren pada tahun itu juga. Namun, karena pengaruh jajahan Belanda masih sangat kuat, saat itu perkembangan pesantren tidak terlalu menggembirakan. Bahkan, cenderung stagnan alias berjalan di tempat.

Menurut cerita Pimpinan Umum Pesantren Darussalam saat ini, Kh Irfan Hielmy, saat itu Belanda memberlakukan undang-undang Ordonansi yang mengharuskan lembaga pendidikan agama dan pesantren membatasi pemberian materi keagamaan dengan bahasa lokal kepada seluruh santrinya.’’Akibatnya, santri pun saat itu pengetahuannya hanya dalam bahasa Arab saja,’’jelas dia.

Namun ajaibnya, meskipun pesantren harus menerapkan batasan dalam pemberian teks materi, saat itu pertumbuhan santri terus meningkat secara signifikan bahkan hingga 400 orang. Jumlah tersebut, menurut Irfan, termasuk sangat banyak untuk ukuran saat itu.’’Mungkin yang terbanyak jika dibandingkan dengan pesantren lainnya di Jawa Barat,’’tutur dia.

Perkembangan yang sangat cepat itu memaksa pengelola pesantren memindahkan lokasi ke Desa Pamalayan. Di lokasi baru itu, bangunan pesantren berdiri diatas lahan seluas 6 hektare. Dengan luas lahan seperti itu, pesantren dengan leluasa membangun dan menambah berbagai fasilitas kampus yang dibutuhkan semua santri dan mahasiswanya.

Pengakuan Pesantren Darussalam sebagai lembaga pendidikan berkualitas tidak hanya datang dari masyarakat saja, pemerintah RI pun mengakuinya. Bentuk pengakuan itu diantaranya diperlihatkan dengan mengubah status MA Darussalam menjadi MA Negeri di Kab Ciamis.

‘’Alhamdulillah, sejak MA berubah menjadi negeri, masyarakat semakin antusias untuk menyekolahkan anak-anaknya disini,’’ucap Irfan. Selanjutnya, karena animo juga terus meninggi, pesantren akhirnya membuka kembali MA yang kemudian menjadi MA Keagamaan (MAK) yang terpisah dari MAK Negeri.

Jenjang pendidikan modern dan gradual yang ada di Pesantren Darussalam, menurut Irfan, mulai dibuka sejak 1967. Tepatnya, sejak RA didirikan dan terbuka untuk umum. Sejak itu, secara berturut-turut, didirikanlah MTs, MA dan IAID. Pendirian IAID sendiri pada 1970 itu menjadi kebanggan sendiri karena menjadi satu-satunya perguruan tinggi yang ada di Kab Ciamis saat itu.

Santrinya datang tak hanya dari Jawa Barat saja. ‘’Sejak beberapa windu terakhir, santri bahkan banyak berasal dari luar Jawa. Termasuk, dari Kawasan Timur Indonesia seperti Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara,’’jelas Irfan rinci. Pesantren itu kini menjadi rumah belajar bagi 2.500 santri.

Meskipun sudah berkembang dengan pesat, Irfan mengaku kalau pesantren saat ini terus mengembangkan diri menjadi lebih baik. Salah satunya, dengan mengadopsi konsep sekolah sehari penuh (full day school). Rencananya, mulai tahun ajaran 2008/2009, konsep tersebut sudah bisa diterapkan.

Bukan hanya itu, konsep kurikulum nasional yang saat ini berlaku di Pesantren Darussalam, rencananya mulai 2010 akan berganti menjadi kurikulum berbasis kompetensi (KBK).’’Dan mulai tahun 2013, mimpi pesantren adalah menjadikan lembaga pendidikan bertaraf internasional yang ada di Ciamis,’’ujar Irfan.

Melihat perkembangan yang sangat bagus dari Pesantren Darussalam saat ini, rasanya tidak salah jika mimpi-mimpi dan berbagai rencana pesantren akan bisa terwujud sesuai targetnya. Bahkan, bukan tidak mungkin waktunya akan lebih cepat dari sasaran yang ditetapkan. mus/Yto

09 Oktober 2008