Jumat, 23 Maret 2012

Pluralisme, Persuasi, Ndeso

Intelektuil “Ndeso“ Emha Ainun Nadjib
Riyadhus Shalihin
http://www.kompasiana.com/Riyadh

Emha, Sosok Islam Berbudaya
Emha adalah salah seorang pribadi yang cukup unik juga eksentrik, dapat kita ketahui dengan baik dalam perilakunya di seputar wilayah keagamaan maupun dalam wilayah kesenimanannya, Emha adalah salah satu tokoh yang mempunyai separuh mata pendakwah dan separuh mata seniman, sehingga beliau selalu saja mempunyai gagasan baru juga menarik dalam menghasilkan berbagai celotehan islami yang segar, unik dan tidak terasa dogmatis.

Terkadang obrolan yang dia lontarkan pun membuat kita mesti mengernyitkan kening lebih dalam, sejenak kita terpaksa mesti menimang dan menimbang – nimbang dari apa yang di ucapkannya, baru kemudian kita dapat memahami betul apa yang sebenarnya ingin dia utarakan.

Emha merupakan seorang santri jebolan Pondok Pesantren Gontor, Jawa Timur, meskipun secara resmi dia sendiri tidak sempat menuntaskan pendidikannya, sebab pada tahun ke 3 pembelajarannya dia nekad mengajak seluruh santri yang mukim di sana untuk bersama – sama melakukan demonstrasi menurunkan rezim Soeharto, walhasil beliau pun didepak oleh Pondok Pesantren Modern terbesar se – Jawa Timur tersebut.

kini Emha telah menjadi salah seorang ajengan ternama, Emha adalah sosok cendekiawan muslim dari jawa tengah yang barang tentu telah khatam, faham dan juga fasih dengan berbagai kajian Ushul Fiqh, kaidah Bulughal Marram, Nahwu Sharaf serta bermacam subtil keislaman yang rumit lainnya, namun Emha adalah seorang sosok yang selalu gelisah, dia tidak hanya melulu bergulung dengan dunia keagamaan semata, berbagai Kolom, Artikel dan kumpulan essai kebudayaan hasil buah pemikirannya tersebar luas di berbagai media lokal maupun nasional, Beliau pun produktif dalam melahirkan karya – karya Puisi, sebagai murid dari Penyair Sufi kenamaan Umbu Landu Paranggi, Emha tekun melahirkan beberapa karya antologi puisi, di antaranya adalah :

“M” Frustasi (1976),
Sajak-Sajak Sepanjang Jalan (1978),
Sajak-Sajak Cinta (1978),
Nyanyian Gelandangan (1982),
102 Untuk Tuhanku (1983),
Suluk Pesisiran (1989),
Lautan Jilbab (1989),
Seribu Masjid Satu Jumlahnya ( 1990),
Cahaya Maha Cahaya (1991),
Sesobek Buku Harian Indonesia (1993),
Abacadabra (1994),
Syair Amaul Husna (1994)

Beliau pun dikenal luas akrab dengan dunia kesenian, Emha aktif menggeluti ranah kesenian Drama/Seni Peran/Teater sebagai salah satu media dakwahnya di masyarakat.

Bersama Halim HD sebagai networker Teater Indonesia, Emha kerap mementaskan pertunjukan Teater yang menggabungkan ranah Estetika barat yang dipadu padankan bersama keintiman religiusitas Islam namun tetap saja akan terasa hadir sebuah nuansa “ Nyeleneh “ yang khas dari seorang Emha, beliau pun tak jarang dalam beberapa karya nya menampilkan corak corak sosial masyarakat yang terpinggirkan, beberapa karya Teater yang pernah di pentaskan oleh alumnus Teater Dinasti dan Teater Salahudin Pondok Pesantren Gontor, di antaranya adalah :

Geger Wong Ngoyak Macan (1989, tentang pemerintahan ‘Raja’ Soeharto),
Patung Kekasih (1989, tentang pengkultusan seorang kyai).
Keajaiban Lik Par (1980, tentang eksploitasi rakyat oleh berbagai institusi modern).
Mas Dukun (1982, tentang gagalnya lembaga kepemimpinan modern).
Bersama Teater Salahudin mementaskan Santri-Santri Khidhir (1990, di lapangan Gontor dengan seluruh santri menjadi pemain, serta 35.000 penonton di alun-alun madiun)
Lautan Jilbab (1990, dipentaskan secara massal di Yogya, Surabaya dan Makassar)
Kiai Sableng dan Baginda Faruq (1993).
Perahu Retak (1992, tentang Indonesia masa Orde Baru)
Sidang Para Setan
Pak Kanjeng
Duta Dari Masa Depan.
Ceramah Sang Penyair “ Lebih Baik Anda Menjadi Kafir “

Seniman yang pernah mengikuti lokakarya Seni Teater di Filipina (1980), Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda (1984) ini pun acapkali memberikan wejangan dan ceramah kebudayaan di berbagai kesempatan, saya pun tertarik untuk memberikan sedikit ulasan mengenai “ majelis nyeleneh “ nya ini, saya sendiri telah mendengar berkali – kali dan hafal betul karakteristik wejangan – wejangan Emha, terutama saya mempelajarinya dengan intens pada saat ketika saya menempuh pendidikan di Pondok Pesantren, dan mulai “ Ngeyel “ menyentuh dunia kesenian yang merambah menjadi hobi tulis menulis, saya akan kupas sedikit beberapa petikan ceramah yang coba beliau kemukakan

Pada suatu sore di saat Emha sedang berada di pekarangan padepokan nya, bersantai sembari menyeduh Kopi panas hitam nan legit , salah seorang dari sohib karib Emha terlihat datang dengan wajah yang kusut masam, tanpa basa – basi dia menyatakan keprihatinannya, dia mengeluh akan keadaan Indoneisa pada saat ini, bahwasanya di Indonesia seringkali terjadi banjir, di sana – sini bencana bagai air bah yang siap menenggelamkan manusia kapanpun juga, bom berhamburan menghancurkan berbagai macam tempat peribadatan, Kobaran api sungguh merajalela diberbagai tempat, lalu akhirnya dia pun bertanya.

Penanya: Emha bagaimana ya agar Allah tidak Marah?
Lalu seperti biasa dengan penuh misteri dan kontroversi Emha menjawabnya.
Emha : Saya kira lebih baik, seluruh penduduk Indonesia menjadi KAFIR saja !

Bagi yang mendengarnya sesaat tentu akan merasa jengkel dan ingin rasanya mendebat ucapan Emha tersebut, namun Emha menjawab
Emha : Lebih baik anda menjadi kafir semur hidup dengan dosa yang hanya terhitung satu kali, daripada anda menjadi muslim seumur hidup namun hanya bermain – mati. Anda kira dengan membunuh ummat beragama lain, meledakkan tempat peribadatannya, anda mendapatkan tiket gratis menuju surga.

Sungguh menarik, dalam konsep analogi yang diberikan Emha sendiri mengingatkan saya akan konsep Mistikal islam / Spritualisme tasawuf seperti yang diajarkan oleh Syekh Siti Jenar, dan dalam ilmu kebatinan jawa kita pun mengenal suatu hakikat “ Sangkan Paraning Dumadi / Manunggaling Kawula Gusti “ ( bersatunya ruh mikro kosmos dengan makro kosmos ) dalam hal ini tidak dapat diartikan bahwa tubuh manusia dapat menjadi tuhan dan ataupun sebaliknya, namun ini adalah proses peleburan ruh manusia yang telah mencapai suatu tingkatan di mana nafsu yang membelenggu dan angkara yang meliputi hatinya telah luluh dan lenyap, sehingga hijab dirinya sebagai manusia dan tuhan telah mencapai peleburan, dia pun sejatinya kembali pada ke esa an . Tentu dalam hal ini kita mesti lelah bertahun – tahun melakukan tirakat, menyepi juga ber semadi dengan khusyu, menjauh dari keramaian manusia, bermeditasi dengan diri sendiri, dalam keutamaan Budhha kita pun dapat mengenal hakikat Mukswa ataupun Moksa, yaitu menghilang dalam ketenangan dalam keharibaan menuju ilahi.

Sederhananya dalam ilmu laku kebatinan kita harus mampu melewati 4 tingkatan utama keimanan, yaitu :

Syariat
Tirakat
Hakikat
Ma’krifat

Emha pun dengan tenang memutarbalikkan perkataan si penannya tersebut yang ingin menebak juga menerka – nerka Allah agar menjadi tidak marah, menganggap Tuhan adalah suatu wujud materialisme-realis yang bukan merupakan suatu zat rohani-metafisis, sehingga seakan – akan kemauan Allah sebagai Pencipta Manunggal dapat ditebak juga diantisipasi apa yang akan dilakukannya, memperlakukan Tuhan seperti membuat peruntungan dan pertaruhan dengan kondisi yang dapat kita ancang – ancang sebelumnya.

Apabila syekh Siti Jenar mengatakan dunia adalah kematian dan setelah kematian adalah kehidupan yang sebenar – benar nya, maka Emha memberikan anjuran wujud konsep yang lebih mudah yaitu berimanlah kepada Allah tanpa harus menimbang – nimbang apa yang akan allah berikan, apapun bentuk yang tampak di bumi ini janganlah membuat kita bertanya – tanya apalagi menyelidiki apa maksud serta tujuan Allah.

Jika Syekh Siti Jenar mengatakan bahwa tidak penting memikirkan Surga dan Neraka karena Surga dan Neraka hanya berada di alam pikiran manusia, maka Emha memberikan anjuran yang lebih mudah yaitu beribadah saja tanpa terbebani dengan apakah bencana ataupun berkah yang akan Allah tunjukkan kepada kita, sebab Tuhan adalah Spirit – Metafisis yang tidak bisa di andai – andai ataupun di kira – kira , satu hal yang essensial dan jangan sampai terlupakan dari ajaran Syekh Siti Jenar maupun Emha adalah peringatan untuk tidak menggangu berbagai macam kekhusuan laku ibadat agama lain, karena sejatinya semua ummat ber agama berserah diri menuju ke esa an yang sama, hanya dalam “ Wujud “, “ Bentuk “ , dan juga ,“ nama “ yang berbeda sahaja.

_______________________24 September 2011
Riyadhus Shalihin, Lahir dan dibesarkan di Kota Bandung, pada tanggal 10 Desember 1989. Sempat kuliah di Jurusan Jurnalistik, Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Bandung. Kini Mahasiswa Seni Teater, Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung. Alumnus Pondok Pesantren Islamic Centre Muhammadiyah, di kaki gunung Hutan Cibodas, Bogor. Bergiat di Forum Pemahaman Nilai – Nilai Islam, STSI Bandung.

Dijumput dari: http://sosok.kompasiana.com/2011/09/24/pluralisme-persuasi-ndeso/

1 komentar:

  1. EAN adalah slh satu pemikir favorit sy, tp setiap kata2nya harus diendpkan dulu seblum dipahami dan diparktekkan

    BalasHapus

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez