Minggu, 22 April 2012

Nenek, Oh, Nenek

Ahmad Zaini*
http://sastra-indonesia.com/

Di depan beranda rumah, nenek duduk santai sembari mengelus rambut memutih yang disimpul menjadi sanggul. Sambil memandang suasana sore iamengecapi sirih yang sudah hampir lembut. Ludah yang bercampur dengan sirih, neneksemprotkan ke tanah. Warna merah seperti darah menodai tanah di sekitar tempat duduknya.

“Ayo, Nek masuk ke rumah! Hari sudah senja,” seruku padanya.

“Nanti dulu. Saya masih menikmati suasana senja,” jawabnya sambil tiada henti menyirih. Aku membiarkan dia yang sedang asyik menyirih di tengah terpaan angin senja.

Usia selanjut dia memang tidakbaik berlama-lama duduk di beranda rumah. Daya tahan fisiknya yang menurun akan memudahkan angin malam menggerogoti tubuhnya. Dan biasanya akan masuk angin. Nah, jika sudah masuk angin maka yang muda-muda akan kerepotan. Tapi itulah sifat orang yang sudah tua. Ia akan kembali seperti anak kecil. Cengeng dan keras kepala.

“Nek, besok sudah memasukibulan puasa. Jika nanti nenek masuk angin, nenek tidak bisa melaksanakan ibadahpuasa. Mari masuk!” ajakku.

Kali ini permintaanku diadengarkan. Ia berdiri lantas meninggalkan tempat duduknya sambil berpegangan pada dinding rumah. Tubuhnya yang sudah reot tertatih-tatih merayap masuk kerumah. Aku bermaksud membantu dengan memapahnya berjalan. Kedua tangan keriputnya menolak uluran tanganku. Ia bersikeras berjalan sendiri masuk kedalam rumah.

“Eit, aku masih kuat,”katanya.

Menjelang bulan puasa, kitamengadakan selamatan. Kita memohon kepada Allah mudah-mudahan kita diberi kesehatan jasmani dan rohani sehingga dapat melaksanakan ibadah puasa dengan sempurna. Nenek malam itu duduk di ranjang tidurnya. Dari dalam kamar iamemanggilku. Segera aku masuk ke dalam kamarnya.

“Aku mau ikut selamatan,”katanya.

“Apa, ikut selamatan? Nenek,yang ikut selamatan itu laki-laki. Perempuan seperti nenek ini cukup berdoa dari dalam kamar saja. Nenek tidurlagi biar besok badannya segar dan bisa berpuasa.”

“Eit, tidak mau! Aku akan ikutselamatan!” sanggahnya dengan keras kepala.

Hati kecilku tertawa melihattingkah nenek yang seperti anak kecil. Maka aku biarkan dia berjalansempoyongan keluar kamar mengikuti selamatan.

“Begini saja, Nek! Selamatanini keliling dari satu rumah ke rumah yang lain. Nenek ikut selamatan kalaugiliran di rumah kita, Nek!”

Dia diam tak meresponkata-kataku. Nenek lantasduduk sambil memandangi serangga malam yang menari-nari mengitari lampu diruang tamu.

“Nek, usia seperti nenek initidak wajib berpuasa. Maka nenek besok tidak usah puasa, ya!” saranku kepadanenek.

“Eit, jangan menganggap saya tidak kuat puasa! Walaupun usiaku sudah tua tetapi saya tidak kalah dengan yangmuda-muda,” katanya dengan nada tinggi.

“Ya, sudahlah kalau begitu! Akantetapi, kalau nenek tidak kuat, ya, jangan memaksakan diri!”

Para warga yang akan selamatansudah berada di depan pintu. Kedatangan mereka menghentikan pembicaraanku dengan nenek. Anakku yang mengikuti selamatan langsung menghampiriku sambil menyodorkan jajan pasar ke pangkuanku. Nenek yang asalnya diam tiba-tiba menggerakkan tangannya menyambar jajan yang baru kuterima dari anakku. Anakku tertawa terpingkal-pingkal melihat kelucuan sikap buyutnya.

“Ayo, mari masuk semua!” akumempersilakan para tetangga.

Mereka kemudian masuk dan duduk bersila membentuk lingkaran. Nenek yang semula duduk manis sambil menikmati jajan dari anakku langsung turun. Ia ikut duduk berbaur dengan para tetangga yang sedang melantunkan doa-doa. Perilakunya yang seperti anak kecil membuat para tetangga terusik kekhusukan doanya. Mereka menahan tawa ketika melihat nenek yang menggeleng-nggelengkan kepalanya ketika berdoa. Mereka ingat sikap anak-anaknya di rumah ketika mendengar bacaan tahlil.

Usai doa-doa dilantunkan,sebagai tuan rumah saya memberi shadaqah kepada tetangga yang mengikuti acara selamatan. Sebungkus jajan pasar kubagikan satu persatu. Ketika giliran nenek, jajannya sudah habis. Nenek pun memperlihatkan sikap kekanak-kanakannya. Ia merengek meminta jatah jajan kepadaku. Sontak para tetangga yang ada puntertawa semua. Anak semata wayangku yang kebetulan berada di dekat buyutnya puntak ketinggalan ikut tertawa terpingkal-pingkal melihat sikap buyutnya. Ia pun mengambilkan sebungkus jajan yang ia dapatkan dari rumah tetangga yang lain.

“Ini, Yut!” kata anakku denganmenyodorkan sebungkus jajan.

Nenek langsung berdirisempoyongan. Melihat buyutnya yang hampir jatuh, anakku meraih tangan kanannenek hendak membantunya berdiri.

“Eit, jangan memegang tanganku! Aku masih mampu berdiri,” tolak nenek yang disambut tawa oleh tetangga. Dan nenek pun menjauh dari tempat tersebut untuk menikmati jajan yangdiberi oleh anakku.

Malam semakin larut. Riuh rendah suara orang tadarrus telah sepi. saya dan anakku pun lelap dalam tidur pulas. Menjelang makan sahur aku bangun terlebih dahulu untuk mempersiapkan makan sahur bagi anak dan nenekku. Ketika aku menyalakan saklar lampu,tiba-tiba aku dikejutkan oleh wanita tua renta yang sudah duduk di meja makan.

“Masya Allah, Nek! Sudah bangun?” tanyaku terkejut.

“Iya. Saya kuatir bangun kesiangan dan tidak sempat makan sahur,”jawabnya dengan rada-rada mengantuk.
Aku tertawa geli melihat nenek yang keras kepala seperti itu. Ia tidak percaya kepadaku karena kuatir akutidak membangunkannya untuk makan sahur. Sampai-sampai dia harus bangun lebih dahulu menunggu waktu makan sahur di kursi ruang makan. Lalu aku memasak danmengahangatkan sayur yang sudah kubuat sewaktu hari masih sore. Tak lupa anak semata wayangku- yang sudah dua tahun tidak bisa menjalankan ibadah puasabersama ayahnya yang pergi merantau ke negeri jiran- aku bangunkan.

“Buyut sudah dibangunkan?”tanya anakku.

“Lha, itu siapa?” jawabkusambil menunjuk ke arah nenek.

Anakku pun tersenyum simpulmenahan gelak tawa.

Seruan makan sahur yang bersahut-sahutan di penghujung malam membuat suasana makan sahur menjadi mengasyikkan. Belum lagi tetabuhan anak-anak yang berkeliling kampung membangunkan warga untuk makan sahur. Mendengar tetabuhan anak-anak yang melintas di depan rumah, nenek pun langsung berdiri dan memanggut-manggutkankepalanya mengikuti irama yang ia dengar. Aku dan anakku tertawa terpingkal-pingkal.

“Sudah, Nek, sudah! Ayo berdoadan makan sahur bersama-sama!” ajakku.

Dengan lahap nenek menyantap menu makan sahur pertama di bulan puasa tahun ini. Sayur yang masih mengepulkan asap tak ia hiraukan suhu panasnya.

“Dibiarkan dulu, Nek biartidak panas!”

“Eit, nenek ini jago makanmasakan panas!”

Ketika sesendok nasi dan sayur yang masih mengepulkan asap dimasukkan ke dalam mulut, nenek merasa kepanasan.Mulutnya dibuka lebar-lebar sambil mendesis kepanasan.

“Apa kata saya? Makanya yangsabar!”

Nenek diam tak berani menunjukkan sikap keras kepalanya.
Fajar telah tiba. Makan dan minum sudah diharamkan bagi orang yang melaksanakan ibadah puasa. Saat siang sudah mencapai puncaknya, aku tidak tega melihat kondisi nenek yang lemah. Aku berusaha membujuknya agar membatalkan puasanya.

“Eit, saya masih kuat!”tolaknya.

Akhirnya aku hanya diammemandangi nenek yang terkulai lemas di kursi depan rumah.

Menjelang berbuka menu bukapuasa sudah kusiapkan di meja makan. Waktu berbuka puasa masih lima belas menit. Kami sudah berkumpul di ruang makan. Tiba-tiba tangan nenek meraih semangkokkolak kacang hijau yang sudah kuhidangkan di meja makan.

“Eit, belum waktunya!”larangku yang ditertawakan oleh anakku.

Dia spontan menghentikan niatnya yang akan menyeruput kolak kacang hijau. Nenek pun duduk lagi sambilmemandangi menu yang sudah siap makan.

Ketika hari sudah petang danwaktu buka puasa telah tiba, kami pun berbuka puasa dengan menu yang telah akusiapkan. Minum-minuman manis kami dahulukan kemudian memakan nasi secukupnya.Usai berbuka kami pun bersiap-siap menunaikan shalat maghrib di mushallaterdekat.

“Lho, buyutmu mana?” tanyaku pada anakku.

Saat kucari kesana kemari ternyata dia masih berada di meja makan menghabiskan kolak kacang hijau yang masih tersisa. Kami pun tertawa terpingkal-pingkal melihat sikap nenekku yanglucu.

Wanar, 1 Ramadlan1431 H

*) Cerpenis lahir di Lamongan, 7 Mei 1976. Karya-karyanya pernah dimuat di beberapa media cetak seperti Tabloid Telunjuk, Majalah MPA dan Radar Bojonegoro. Beberapa puisinya juga dimuat dalam Antologi Puisi Bersama seperti Bulan Merayap (DKL, 2004), Lanskap Telunjuk (DKL, 2004), Absurditas Rindu (SastraNesia Lamongan, 2006), Khianat Waktu, Antologi Penyair Jawa Timur (DKL, 2006). Selain menulis, juga sebagai tanaga edukatif di SMA Raudlatul Muta’allimin Babat Lamongan. Sekarang beralamat di Sanggar Sastra ”Telaga Biru”, Wanar, Pucuk, Lamongan. e-mail: ilazen@yahoo.co.id.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez