Ahmad Zaini*
http://sastra-indonesia.com/
Di depan beranda rumah, nenek duduk santai sembari mengelus
rambut memutih yang disimpul menjadi sanggul. Sambil memandang suasana
sore iamengecapi sirih yang sudah hampir lembut. Ludah yang bercampur
dengan sirih, neneksemprotkan ke tanah. Warna merah seperti darah
menodai tanah di sekitar tempat duduknya.
“Ayo, Nek masuk ke rumah! Hari sudah senja,” seruku padanya.
“Nanti dulu. Saya masih menikmati suasana senja,” jawabnya sambil
tiada henti menyirih. Aku membiarkan dia yang sedang asyik menyirih di
tengah terpaan angin senja.
Usia selanjut dia memang tidakbaik berlama-lama duduk di beranda
rumah. Daya tahan fisiknya yang menurun akan memudahkan angin malam
menggerogoti tubuhnya. Dan biasanya akan masuk angin. Nah, jika sudah
masuk angin maka yang muda-muda akan kerepotan. Tapi itulah sifat orang
yang sudah tua. Ia akan kembali seperti anak kecil. Cengeng dan keras
kepala.
“Nek, besok sudah memasukibulan puasa. Jika nanti nenek masuk angin,
nenek tidak bisa melaksanakan ibadahpuasa. Mari masuk!” ajakku.
Kali ini permintaanku diadengarkan. Ia berdiri lantas meninggalkan
tempat duduknya sambil berpegangan pada dinding rumah. Tubuhnya yang
sudah reot tertatih-tatih merayap masuk kerumah. Aku bermaksud membantu
dengan memapahnya berjalan. Kedua tangan keriputnya menolak uluran
tanganku. Ia bersikeras berjalan sendiri masuk kedalam rumah.
“Eit, aku masih kuat,”katanya.
Menjelang bulan puasa, kitamengadakan selamatan. Kita memohon kepada
Allah mudah-mudahan kita diberi kesehatan jasmani dan rohani sehingga
dapat melaksanakan ibadah puasa dengan sempurna. Nenek malam itu duduk di
ranjang tidurnya. Dari dalam kamar iamemanggilku. Segera aku masuk ke
dalam kamarnya.
“Aku mau ikut selamatan,”katanya.
“Apa, ikut selamatan? Nenek,yang ikut selamatan itu laki-laki.
Perempuan seperti nenek ini cukup berdoa dari dalam kamar saja. Nenek
tidurlagi biar besok badannya segar dan bisa berpuasa.”
“Eit, tidak mau! Aku akan ikutselamatan!” sanggahnya dengan keras kepala.
Hati kecilku tertawa melihattingkah nenek yang seperti anak kecil.
Maka aku biarkan dia berjalansempoyongan keluar kamar mengikuti
selamatan.
“Begini saja, Nek! Selamatanini keliling dari satu rumah ke rumah
yang lain. Nenek ikut selamatan kalaugiliran di rumah kita, Nek!”
Dia diam tak meresponkata-kataku. Nenek lantasduduk sambil memandangi
serangga malam yang menari-nari mengitari lampu diruang tamu.
“Nek, usia seperti nenek initidak wajib berpuasa. Maka nenek besok tidak usah puasa, ya!” saranku kepadanenek.
“Eit, jangan menganggap saya tidak kuat puasa! Walaupun usiaku sudah
tua tetapi saya tidak kalah dengan yangmuda-muda,” katanya dengan nada
tinggi.
“Ya, sudahlah kalau begitu! Akantetapi, kalau nenek tidak kuat, ya, jangan memaksakan diri!”
Para warga yang akan selamatansudah berada di depan pintu. Kedatangan
mereka menghentikan pembicaraanku dengan nenek. Anakku yang mengikuti
selamatan langsung menghampiriku sambil menyodorkan jajan pasar ke
pangkuanku. Nenek yang asalnya diam tiba-tiba menggerakkan tangannya
menyambar jajan yang baru kuterima dari anakku. Anakku
tertawa terpingkal-pingkal melihat kelucuan sikap buyutnya.
“Ayo, mari masuk semua!” akumempersilakan para tetangga.
Mereka kemudian masuk dan duduk bersila membentuk lingkaran. Nenek
yang semula duduk manis sambil menikmati jajan dari anakku langsung
turun. Ia ikut duduk berbaur dengan para tetangga yang sedang melantunkan
doa-doa. Perilakunya yang seperti anak kecil membuat para tetangga
terusik kekhusukan doanya. Mereka menahan tawa ketika melihat nenek yang
menggeleng-nggelengkan kepalanya ketika berdoa. Mereka ingat sikap
anak-anaknya di rumah ketika mendengar bacaan tahlil.
Usai doa-doa dilantunkan,sebagai tuan rumah saya memberi shadaqah
kepada tetangga yang mengikuti acara selamatan. Sebungkus jajan pasar
kubagikan satu persatu. Ketika giliran nenek, jajannya sudah habis. Nenek
pun memperlihatkan sikap kekanak-kanakannya. Ia merengek meminta jatah
jajan kepadaku. Sontak para tetangga yang ada puntertawa semua. Anak
semata wayangku yang kebetulan berada di dekat buyutnya puntak
ketinggalan ikut tertawa terpingkal-pingkal melihat sikap buyutnya. Ia
pun mengambilkan sebungkus jajan yang ia dapatkan dari rumah tetangga
yang lain.
“Ini, Yut!” kata anakku denganmenyodorkan sebungkus jajan.
Nenek langsung berdirisempoyongan. Melihat buyutnya yang hampir
jatuh, anakku meraih tangan kanannenek hendak membantunya berdiri.
“Eit, jangan memegang tanganku! Aku masih mampu berdiri,” tolak nenek
yang disambut tawa oleh tetangga. Dan nenek pun menjauh dari tempat
tersebut untuk menikmati jajan yangdiberi oleh anakku.
Malam semakin larut. Riuh rendah suara orang tadarrus telah sepi. saya
dan anakku pun lelap dalam tidur pulas. Menjelang makan sahur aku bangun
terlebih dahulu untuk mempersiapkan makan sahur bagi anak dan nenekku.
Ketika aku menyalakan saklar lampu,tiba-tiba aku dikejutkan oleh wanita
tua renta yang sudah duduk di meja makan.
“Masya Allah, Nek! Sudah bangun?” tanyaku terkejut.
“Iya. Saya kuatir bangun kesiangan dan tidak sempat makan sahur,”jawabnya dengan rada-rada mengantuk.
Aku tertawa geli melihat nenek yang keras kepala seperti itu. Ia tidak
percaya kepadaku karena kuatir akutidak membangunkannya untuk makan
sahur. Sampai-sampai dia harus bangun lebih dahulu menunggu waktu makan
sahur di kursi ruang makan. Lalu aku memasak danmengahangatkan sayur
yang sudah kubuat sewaktu hari masih sore. Tak lupa anak semata wayangku-
yang sudah dua tahun tidak bisa menjalankan ibadah puasabersama ayahnya
yang pergi merantau ke negeri jiran- aku bangunkan.
“Buyut sudah dibangunkan?”tanya anakku.
“Lha, itu siapa?” jawabkusambil menunjuk ke arah nenek.
Anakku pun tersenyum simpulmenahan gelak tawa.
Seruan makan sahur yang bersahut-sahutan di penghujung malam membuat
suasana makan sahur menjadi mengasyikkan. Belum lagi tetabuhan anak-anak
yang berkeliling kampung membangunkan warga untuk makan sahur. Mendengar
tetabuhan anak-anak yang melintas di depan rumah, nenek pun langsung
berdiri dan memanggut-manggutkankepalanya mengikuti irama yang ia
dengar. Aku dan anakku tertawa terpingkal-pingkal.
“Sudah, Nek, sudah! Ayo berdoadan makan sahur bersama-sama!” ajakku.
Dengan lahap nenek menyantap menu makan sahur pertama di bulan puasa
tahun ini. Sayur yang masih mengepulkan asap tak ia hiraukan suhu
panasnya.
“Dibiarkan dulu, Nek biartidak panas!”
“Eit, nenek ini jago makanmasakan panas!”
Ketika sesendok nasi dan sayur yang masih mengepulkan asap dimasukkan
ke dalam mulut, nenek merasa kepanasan.Mulutnya dibuka lebar-lebar
sambil mendesis kepanasan.
“Apa kata saya? Makanya yangsabar!”
Nenek diam tak berani menunjukkan sikap keras kepalanya.
Fajar telah tiba. Makan dan minum sudah diharamkan bagi orang yang
melaksanakan ibadah puasa. Saat siang sudah mencapai puncaknya, aku tidak
tega melihat kondisi nenek yang lemah. Aku berusaha membujuknya agar
membatalkan puasanya.
“Eit, saya masih kuat!”tolaknya.
Akhirnya aku hanya diammemandangi nenek yang terkulai lemas di kursi depan rumah.
Menjelang berbuka menu bukapuasa sudah kusiapkan di meja makan. Waktu
berbuka puasa masih lima belas menit. Kami sudah berkumpul di ruang
makan. Tiba-tiba tangan nenek meraih semangkokkolak kacang hijau yang
sudah kuhidangkan di meja makan.
“Eit, belum waktunya!”larangku yang ditertawakan oleh anakku.
Dia spontan menghentikan niatnya yang akan menyeruput kolak kacang
hijau. Nenek pun duduk lagi sambilmemandangi menu yang sudah siap makan.
Ketika hari sudah petang danwaktu buka puasa telah tiba, kami pun
berbuka puasa dengan menu yang telah akusiapkan. Minum-minuman manis
kami dahulukan kemudian memakan nasi secukupnya.Usai berbuka kami pun
bersiap-siap menunaikan shalat maghrib di mushallaterdekat.
“Lho, buyutmu mana?” tanyaku pada anakku.
Saat kucari kesana kemari ternyata dia masih berada di meja makan
menghabiskan kolak kacang hijau yang masih tersisa. Kami pun tertawa
terpingkal-pingkal melihat sikap nenekku yanglucu.
Wanar, 1 Ramadlan1431 H
*) Cerpenis lahir di Lamongan, 7 Mei 1976. Karya-karyanya pernah dimuat
di beberapa media cetak seperti Tabloid Telunjuk, Majalah MPA dan Radar
Bojonegoro. Beberapa puisinya juga dimuat dalam Antologi Puisi Bersama
seperti Bulan Merayap (DKL, 2004), Lanskap Telunjuk (DKL, 2004),
Absurditas Rindu (SastraNesia Lamongan, 2006), Khianat Waktu, Antologi
Penyair Jawa Timur (DKL, 2006). Selain menulis, juga sebagai tanaga
edukatif di SMA Raudlatul Muta’allimin Babat Lamongan. Sekarang
beralamat di Sanggar Sastra ”Telaga Biru”, Wanar, Pucuk, Lamongan.
e-mail: ilazen@yahoo.co.id.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Minggu, 22 April 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Khoirul Anam
A. Khoirul Anam
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abd. Basid
Abdul Aziz
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar
Abdul Hadi W.M.
Abdul Rauf Singkil
Abdul Rosyid
Abdul Salam HS
Abdul Wachid B.S.
Abdullah Alawi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abu Nawas
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Ach. Tirmidzi Munahwan
Achmad Faesol
Adam Chiefni
Adhitya Ramadhan
Adi Mawardi
Adian Husaini
Aditya Ardi N
Ady Amar
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afrizal Malna
Afrizal Qosim
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus Buchori
Agus Fahri Husein
Agus Fathuddin Yusuf
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahmad Anshori
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Baso
Ahmad Fatoni
Ahmad Hadidul Fahmi
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Syafii Maarif
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rohim
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Sahal
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alang Khoiruddin
Alang Khoirudin
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Aliansyah
Allamah Syaikh Dalhar
Alvi Puspita
AM Adhy Trisnanto
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Amin Hasan
Aminullah HA Noor
Amir Hamzah
Ammar Machmud
Andri Awan
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjar Nugroho
Anjrah Lelono Broto
Antari Setyowati
Anwar Nuris
Arafat Nur
Ariany Isnamurti
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arifin Hakim
Arman AZ
Arwan
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Juanda
Asep S. Bahri
Asep Sambodja
Asep Yayat
Asif Trisnani
Aswab Mahasin
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Azizah Hefni
Azwar Nazir
B Kunto Wibisono
Babe Derwan
Badrut Tamam Gaffas
Bale Aksara
Bandung Mawardi
Bastian Zulyeno
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budiawan Dwi Santoso
Buku Kritik Sastra
Candra Adikara Irawan
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cawapres Jokowi
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abhsar
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
CNN Indonesia
Cucuk Espe
Cut Nanda A.
D Zawawi Imron
D. Dudu AR
Dahta Gautama
Damanhuri Zuhri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Danuji Ahmad
Dati Wahyuni
Dea Anugrah
Dea Ayu Ragilia
Dede Kurniawan
Dedik Priyanto
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Detti Febrina
Dewi Kartika
Dian Sukarno
Dian Wahyu Kusuma
Didi Purwadi
Dien Makmur
Din Saja
Djasepudin
Djauharul Bar
Djoko Pitono
Djoko Saryono
DM Ningsih
Doddy Hidayatullah
Donny Syofyan
Dr Afif Muhammad MA
Dr. Simuh
Dr. Yunasril Ali
Dudi Rustandi
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dyah Ratna Meta Novia
E Tryar Dianto
Ecep Heryadi
Edeng Syamsul Ma’arif
Edy A Effendi
Edy Susanto
EH Ismail
Eka Budianta
Ekky Malaky
Eko Israhayu
Ellie R. Noer
Emha Ainun Nadjib
Esai
Esha Tegar Putra
Evi Melyati
Fachry Ali
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faizal Af
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fazabinal Alim
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Furqon Lapoa
Fuska Sani Evani
Geger Riyanto
Ghufron
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
Gus Muwaffiq
Gusriyono
Gusti Grehenson
H Marjohan
H. Usep Romli H.M.
Habibullah
Hadi Napster
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hammam Fathulloh
Hamzah Fansuri
Hamzah Sahal
Hamzah Tualeka Zn
Hanibal W.Y. Wijayanta
Hanum Fitriah
Haris del Hakim
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Basri Marwah
Hasnan Bachtiar
Hasyim Asy’ari
Helmy Prasetya
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Heri Listianto
Heri Ruslan
Herry Lamongan
Herry Nurdi
Heru Kurniawan
Hilmi Abedillah
Hotnida Novita Sary
Hudan Hidayat
Husein Muhammad
I Nyoman Suaka
Ibn ‘Arabi (1165-1240)
Ibn Rusyd
Ibnu Sina
Ibnu Wahyudi
Idayati
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imadi Daimah Ermasuri
Imam Hamidi Antassalam
Imam Khomeini
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Nasri
Imron Tohari
Indonesia O’Galelano
Indra Kurniawan
Indra Tjahyadi
Inung As
Irma Safitri
Isbedy Stiawan Z.S.
Istiyah
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
J Sumardianta
Jadid Al Farisy
Jalaluddin
Jalaluddin Rakhmat
Jamal Ma’mur Asmani
Jamaluddin Mohammad
Javed Paul Syatha
Jaya Suprana
Jember Gemar Membaca
Jo Batara Surya
Johan Wahyudi
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K. Muhamad Hakiki
K.H. A. Azis Masyhuri
K.H. Anwar Manshur
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
Kabar Pesantren
Kafiyatun Hasya
Kanjeng Tok
Kasnadi
Kazzaini Ks
KH Abdul Ghofur
KH. Irfan Hielmy
Khansa Arifah Adila
Khoirul Anwar
Khoirur Rizal Umami
Khoshshol Fairuz
Kiai Muzajjad
Kiki Mikail
Kitab Dalailul Khoirot
Kodirun
Komunitas Deo Gratias
Koskow
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurtubi
Kuswaidi Syafi’ie
Kyai Maimun Zubair
Lan Fang
Larung Sastra
Leila S. Chudori
Linda S Priyatna
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP
Lukman Asya
Lukman Santoso Az
M Arif Rohman Hakim
M Hari Atmoko
M Ismail
M Thobroni
M. Adnan Amal
M. Al Mustafad
M. Arwan Hamidi
M. Bashori Muchsin
M. Faizi
M. Hadi Bashori
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Mustafied
M. Nurdin
M. Yoesoef
M. Yunis
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
M.S. Nugroho
M.Si
M’Shoe
Mahamuda
Mahdi Idris
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahrus eL-Mawa
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mansur Muhammad
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marjohan
Marsudi Fitro Wibowo
Martin van Bruinessen
Marzuki Wahid
Marzuzak SY
Masduri
Mashuri
Masjid Kordoba
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni el-Moezany
Matroni Muserang
Mbah Dalhar
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftahul Ulum
Mila Novita
Mochtar Lubis
Moh. Ghufron Cholid
Mohamad Salim Aljufri
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Yamin
Muh. Khamdan
Muhajir Arrosyid
Muhammad Abdullah
Muhammad Affan Adzim
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih AR
Muhammad Amin
Muhammad Anta Kusuma
Muhammad Ghannoe
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Kosim
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Mukhlisin
Muhammad Quraish Shihab
Muhammad Subhan
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yasir
Muhammad Yuanda Zara
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyiddin
Mujtahid
Muktamar Sastra
Mulyadi SA
Munawar A. Djalil
Munawir Aziz
Musa Ismail
Musa Zainuddin
Muslim
Mustafa Ismail
Mustami’ tanpa Nama
Mustofa W Hasyim
Musyafak
Myrna Ratna
N. Mursidi
Nasaruddin Umar
Nashih Nashrullah
Naskah Teater
Nasruli Chusna
Nasrullah Thaleb
Nelson Alwi
Nevatuhella
Ngarto Februana
Nidia Zuraya
Ninuk Mardiana Pambudy
Nita Zakiyah
Nizar Qabbani
Nova Burhanuddin
Noval Jubbek
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nur Fauzan Ahmad
Nur Wahid
Nurcholish
Nurel Javissyarqi
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Orasi Budaya
Pangeran Diponegoro
Parimono V / 40 Plandi Jombang
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
Pesantren Tebuireng
Pidato
Politik
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pramoedya Ananta Toer
Prof. Dr. Nur Syam
Profil Ma'ruf Amin
Prosa
Puisi
Puji Hartanto
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
Purwanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
PUstaka puJAngga
Putera Maunaba
Putu Fajar Arcana
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rakhmat Nur Hakim
Ramadhan Alyafi
Rameli Agam
Rasanrasan Boengaketji
Ratnaislamiati
Raudal Tanjung Banua
Reni Susanti
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Retno HY
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Rinto Andriono
Risa Umami
Riyadhus Shalihin
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rohman Abdullah
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifuddin Syadiri
Saifudin
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Salahuddin Wahid
Salamet Wahedi
Salman Faris
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra Pesantren
Sastrawan Pujangga Baru
Satmoko Budi Santoso
Satriwan
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra Boenga Ketjil
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siswanto
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slavoj Zizek
Snouck Hugronje
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sufyan al Jawi
Sugiarta Sriwibawa
Sulaiman Djaya
Sundari
Sungatno
Sunu Wasono
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susringah
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaiful Amin
Syaifullah Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syeikh Abdul Maalik
Syeikh Muhammad Nawawi
Syekh Abdurrahman Shiddiq
Syekh Sulaiman al Jazuli
Syi'ir
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tiar Anwar Bachtiar
Tjahjono Widijanto
Tok Pulau Manis
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tu-ngang Iskandar
Turita Indah Setyani
Umar Fauzi Ballah
Uniawati
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usep Romli H.M.
Usman Arrumy
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wa Ode Zainab Zilullah Toresano
Wahyu Aji
Walid Syaikhun
Wan Mohd. Shaghir Abdullah
Warung Boengaketjil
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Fei Hung
Y Alpriyanti
Yanti Mulatsih
Yanuar Widodo
Yanuar Yachya
Yayuk Widiati
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yopi Setia Umbara
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudi Latif
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zaenal Abidin Riam
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zakki Amali
Zehan Zareez
Tidak ada komentar:
Posting Komentar