Minggu, 10 Juni 2012

Analisis Nilai Islami dalam Cerpen

Irma Safitri *
http://www.riaupos.co/

Sastra merupakan karya seni yang mengandung nilai-nilai kehidupan dan nilai-nilai religius sebagai pedoman hidup dalam masyarakat. Atmosuwito (1989: 126) berpendapat, sastra merupakan cermin dari agama pengarangnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra dapat dijadikan manusia sebagai salah satu alat untuk memberi penuntunan dalam kehidupan. Menurut Mangunwijaya (1994: 11), pada mulanya, semua sastra adalah religius. Dari pendapat ini, sastra dan religius akan bertemu pada satu titik karena ada peran kurang lebih sama antara kitab suci dan sastra. Yaitu keduanya memberi perenungan, pencerahan spiritual, kemerdekaan dan pembebasan manusia dari penindasan. Religius dan sastra membawa nikmat dan hikmat, memanusiawikan dan mereligiuskan manusia.

Sastra tak hanya memberi kesenangan tapi memberi pemahaman tentang kehidupan dan nilai-nilai kehidupan termasuk nilai religius. Sebuah karya sastra mengandung nilai-nilai kehidupan suatu kelompok masyarakat atau seseorang yang diwujudkan pengarang lewat gambaran watak tokoh-tokohnya maupun setting/latar ceritanya. Nilai-nilai ini dapat berpengaruh baik secara individual terhadap nilai-nilai religius. Pengaruh secara individual terlihat dalam bentuk-bentuk perubahan sikap, kepribadian, pola hidup, perilaku dan pandangan hidup.

Berdasar uraian di atas, penulis coba menganalisis nilai-nilai religius dalam cerpen ‘’Telekung buat Emak’’ karya Musa Ismail. Cerpen ini mengisahkan usaha Kahar dan keluarganya untuk membantu Emaknya yang telah lama keluar dari kaidah Islam. Seingatnya, sejak remaja hingga usianya yang sudah kepala tiga, ia tak pernah melihat Emak-nya salat lima waktu. Kahar merasa wajib menyadarkan Emaknya untuk mengerjakan salat. Awalnya Kahar sempat merasa tak ada celah di hati Emaknya untuk melaksanakan salat. Karena Ayahnya juga sudah berusaha keras membuka mata hati itu dengan untaian kalimat yang menyentuh perasaan. Namun tetap jawabannya selalu sama. ‘’Hatinya belum mau.’’ Kahar juga takut durhaka dan menyinggung hati Emaknya. Namun mengingat usia Emaknya sudah makin tua, Ia bertekad menemukan cara untuk menyentuh ceruk di hati Emaknya. Karena Kahar tahu betul, pengamalan agama pasti berhubungan dengan sekeping hati. Maka Kahar membawa Emak ke rumahnya, mengharapkan lingkungan masyarakat yang agamis dapat memberi renjisan sejuk di hati Emaknya. Melalui kegiatan wirid, yasinan dan santapan rohani, istri Kahar rajin membawanya ke kegiatan tersebut. Namun, masih saja hati Emak bersikeras tak tersentuh sedikitpun. Khawatir dengan sikap Emaknya, Kahar dan istrinya pun berusaha bicara dengan kata-kata yang baik agar tak menyinggung perasaan Emak.

Seperti dugaan Kahar sebelumnya, Emak sulit diajak untuk membuka pikirannya mengenai kewajiban salat. Malah Emak membantahnya dan mengatakan dia sudah tahu kewajiban salat dan sudah pernah melaksanakan salat waktu gadis dulu. Hanya sekarang hatinya seperti tertutup tak tergugah melasanakan salat. Malam itu jadi malam yang menegangkan. Kahar dan istrinya hanya mampu saling pandang dalam kekalutan saat Emak memasuki kamar dengan wajah yang suram. Mereka tak tahu apa yang berkecambuk di pikiran Emak. Sebulan kemudian, Emak dapat paket dari Kahar sebagai kado ulang tahunnya. Saat membuka paket Emak tertegun, ternyata isinya telekung. Mak langsung membawa telekung itu ke kamarnya. Pintunya di kunci rapat.

Dalam cerpen ini Musa menyampaikan pesan religius yang sedarhana, namun memiliki makna luar biasa. Karena dalam cerpen ini secara tak langsung Musa menyampaikan kebenaran yang ada dalam Alquran. Musa juga memberi pencerahan dengan coba membuka pikiran pembaca melalui dialog antar tokoh. Berikut kutipan yang menyentuh hati pembaca, menurut penulis:

‘’Kita mesti yakin. Mungkin inikah yang termasuk perjuangan? Banyak di antara kita kecundang dengan hati sendiri. Hati kita telah terlalu banyak menerima permainan-permainan duniawi. Padahal, itu cuma senda gurau yang hanya menggelitik hati. Itu cuma cara-Nya untuk menguji apakah hati kita masih tetap bersih dalam kontaminasi kehidupan gila ini. Atau, terlenakah kita dalam permainan kejaran gelombang kehidupan yang menciptakan buih-buih itu. Ingat, hati kita harus diberikan sempadan pada setiap jengkal perubahan.’’ ( Ayah Kahar)

Dari kutipan di atas lewat tokoh Ayah Kahar, Musa menyampaikan pesan religius. Bahwa hidup ini perlu perjuangan untuk mempertahankan iman dan ketakwaan. Hanya orang-orang yang kalah dan tak bisa memegang keteguhan imannya yang akan terlena dengan permainan dunia. Ini semua Allah beri sebagai ujian. Agar Allah dapat menilai, siapa di antara umatnya yang tetap di jalan yang benar.

‘’Tidak ada tapi-tapi. Jika menghidupkan salatmu, maka nyawa dan cahaya hatimu akan kembali bergairah dan cerah bersinar di mata siapa saja.’’ (Ayah Kahar)

Dari kutipan ini, Musa telah memberi suatu pencerahan pikiran dan menenteramkan jiwa pembaca. Apalagi direnungkan dengan makna dan hikmah dalam mengerjakan salat. Kita akan menyadari hanya dengan salatlah hati manusia akan kembali bergairah dalam menjalani hidup. Karena dengan salat manusia dapat terhindar dari perbuatan keji dan munkar, lebih tabah menjalani kehidupan, ikhlas menghadapi cobaan dan menenteramkan hati yang gundah. Dalam salah satu firman-Nya Allah juga menegaskan nilai positif dari salat: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Ar Ra’d 28).

‘’Bang, benar kata Allah bahwa nasib, kita sendirilah yang mengubahnya.’’ ( Istri Kahar)

Dari kutipan ini lewat tokoh Istri Kahar, Musa menyampaikan pesan bahwa sesungguhnya Allah Maha Bijaksana memberi sesuatu wewenang istimewa pada manusia dibanding makhluk lain dan keistimewaan itu berupa pilihan yang kita buat untuk menentukan takdir kita di dunia. Ini sesuai firman Allah dalam Al Quran: ‘’Sesungguhnya Allah takkan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka.’’ (Q.S. Al-Anfal 8:53).

Kita sebagai manusia diberi kekuasaan oleh Allah untuk memilih jalan mana yang akan kita tempuh dalam kehidupan. Hanya Allah tak memberi wewenang pada kita tentang akibat dari pilihan yang kita ambil, karena itu adalah hak dan kekuasaan Allah.

‘’Tapi, ini hakikatnya, Emak. Kematian pasti jadi teman dekat kita.’’ (Kahar)

Lewat tokoh Kahar, Musa menyampaikan pesan atau teguran mengenai kematian yang pasti akan dirasa tiap manusia dan semua mahluk hidup di dunia. Karena sesungguhnya tiap detik, umur manusia akan berkurang dan kematian akan makin dekat. Betapa sebuah nasihat yang luar biasa bermakna, sangat menyentuh dan tentunya sarat ilmu illahi yang sangat dalam untuk digali lebih lanjut. Sebuah perjalanan panjang yang akan saya hadapi nanti, Anda juga akan menghadapinya. Sama seperti firman Allah dalam Alquran (QS Ali Imran : 185) “Setiap yang berjiwa, pasti akan merasakan mati.” Demikianlah Allah menegaskan tentang keberadaan kematian. Sebuah pernyataan yang tak bisa dibantah dengan teori manapun. Itulah kekuasaan Allah.

‘’Kematian hati ada kaitannya dengan kematian salatmu.’’ ( Ayah Kahar)

Setelah merenung makna yang terkandung dalam kutipan ini, kita akan menyadari bahwa apa yang disampaikan Musa dalam kutipan ini adalah suatu fakta yang dapat kita temukan dan rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Hati adalah raja dalam tubuh manusia. Hati memiliki kekuasaan yang mengatur semua perbuatan baik gerakan, maupun perkataan berasal dari perintahnya, lalu ia gunakan dengan sekehendaknya sehingga semua berada dibawah kekuasaan dan perintahnya. Dari hati seseorang meniti jalan istiqamah atau kesesatan, serta dari hati pula niat itu termotivasi atau malah pudar. Sesuai sabda Nabi SAW: “ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Apabila ia baik, maka baik pula seluruh tubuhnya. Dan apabila ia buruk, maka buruk pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.” Dari sini kita tahu begitu pentingnya peran hati dalam tubuh manusia. Maka jagalah hati dari segala hasutan setan, dengan berbanyak zikir, mendekat dan minta pertolongan-Nya agar kita selalu dalam lindungan-Nya dan tetap memiliki hati dan jiwa istiqamah.

‘’Alangkah bahagianya jika keluarga kita sentiasa menghidupkan salat. Abang yakin bahwa angkasa akan melihat rumah kita ini seperti cahaya bintang yang kita saksikan dari bumi. Terang menyinari dengan keabadian.’’ (Ayah Kahar)

Pada kutipan ini Musa selain menyampikan pesan, juga menyampaikan harapannya. Yaitu semua umat Islam dapat menghidupkan salatnya. Walau yang diungkapkannya dalam dialog ini tertuju pada keluarga Kahar, namun pesan dan harapan ini sebenarnya ditujukan pada seluruh umat Islam. Suatu harapan yang tak semua orang memilikinya. Karena jika semua orang memilikinya, dunia ini adalah surga. Penuh dengan orang-orang yang bertakwa pada-Nya. Alangkah indahnya dunia ini yang selalu diselimuti cahaya Ilahi yang abadi di sisi-Nya.

‘’Padahal, kita sadar bahwa pada hakikatnya kita di dunia ini sentiasa menginginkan kebaikan dan kebenaran untuk menuju matlamat sejati.’’ (Ayah Kahar)

Apa yang disampaikan Musa dalam kutipan ini membuat kita menyadari, dari hati manusia yang paling dalam sebenarnya senantiasa menginginkan kebaikan dan kebenaran. Tak ada manusia yang hidup dengan hati yang tenang dan kebahagiaan yang hakiki, jika menjalani sesuatu yang membawanya ke perbuatan yang hanya memberinya kebahagiaan yang bersifat sementara. Walau kenyataannya hati kita selalu saja ego mempertahankan apa yang sudah kita jalani dalam hidup ini sudah melakukan kebaikan dan kebenaran.

Kesimpulan yang dapat saya ambil terhadap analisis nilai religius dalam cerpen ‘’Telekung buat Emak’’ karya Musa Ismail ini ialah, ia ingin menyampaikan pesan atau nasehat religius yang dikemas dalam konflik adanya pertentangan yang kuat antar tokoh. Dalam mempertahankan pendirian dan keikhlasan hati dalam mendirikan salat. Pesan Musa dalam cerpen ini: pertama , perlunya menjaga hati sebagai raja dalam tubuh manusia. Karena segala perbuatan yang dilakukan manusia berawal dari perintahnya. Kedua, pentingnya menegakkan salat. Sebagai tiang agama, peneduh hati dan sebagai ketakwaan pada-Nya. Ketiga, hikmah dalam mendirikan salat, yaitu dapat melindungi manusia dari berbuatan yang keji dan munkar dan mencapai ketentraman jiwa yang sesungguhnya. Keempat, sesungguhnya kematian itu akan pasti dirasakan setiap jiwa yang bernyawa. Kelima, tak ada kata terlambat untuk bertobat selagi ajal belum menjemput.***

*) Irma Safitri, Mahasiswa semester IV, Bahasa Indonesia STKIP Pelita Bangsa Bengkalis. Selain menulis esai, juga menyuka sastra. Bermastautin di Bengkalis. /27 Mai 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez