Sabtu, 16 Juni 2012

Mengenang Gus Zainal Arifin Thoha

Saiful Amin Ghofur
http://www.jurnalismewarga.com/

“SEORANG filsuf Yunani pernah berkata bahwa nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tetapi mati muda, dan tersial adalah umur tua. Bahagialah mereka yang mati muda,” tulis Shoe Hok Gie dalam Catatan Seorang Demonstran. Ungkapan Gie ini kiranya tepat untuk mengenangkan Gus Zainal Arifin Thoha yang meninggal di usia yang relatif muda, 35 tahun.

Tanpa isyarat apapun, Gus Zainal pamit kepada semua yang mencintainya dan segala yang dicintainya selepas salat Isya berjamaah pada Rabu (14/3) lalu. Gema zikir yang meraung dari aula pesantren Hasyim Asy’ari bersama puluhan santri seolah-olah ritual penyambutan Izrail yang datang untuk segera mengajaknya mikraj seraya membisikinya, “Kekasihmu yang sejati telah menanti di alam keabadian.”

Gus Zainal pun berangkat dengan sangat damai. Saya yang dipercaya ikut memandikannya merasa seakan-akan Gus Zainal tidak ke mana-mana. Dalam lubuk hati yang paling dalam, saya yakin ia masih di sini. Ia seperti tidur saja melepas penat. Wajahnya sangat teduh. Seutas senyum menggantung di bibirnya. Aura kewibawaan terus melekat. Tubuhnya tak kunjung dingin, tetapi masih hangat.

Selama hidupnya, Gus Zainal telah menorehkan prestasi luar biasa, terutama dalam ranah kepenulisan dan melahirkan para penulis muda berbakat. Muhammadun AS, Ahmad Mukhlish Amrin, Salman Rusydie Anwar, Gugun el-Guyanie, M. Yunus BS, A. Yusrianto Elga, Bernando J. Sujibto, adalah sedikit tamsilnya. Mereka dengan penuh kesabaran dibimbing Gus Zainal dalam Pesantren Hasyim Asy’ari. “Kalau kau bukan anak raja, kalau kau bukan anak pejabat, maka jadilah penulis,” demikian pesan Gus Zainal dengan mengutip al-Gazali yang terus terngiang.

Obsesi Gus Zainal memang ingin mengangkat kembali dunia kepenulisan di pesantren. Pesantren Hasyim Asy’ari sendiri yang dirintisnya bersama D. Zawawi Imron adalah proyek akbar untuk merealisasikan obsesi itu—sebagaimana dikisahkan Zawawi di Kediri setelah prosesi pemakaman Gus Zainal. Maka tak heran bila Gus Zainal memberi apresiasi yang istimewa kepada para santrinya yang berhasil menembus media massa, baik berupa opini, puisi, esai sastra, cerpen, dan resensi buku.

Karena itulah, iklim kompetisi kepenulisan tumbuh sangat dinamis. Apalagi Gus Zainal pun mengikhlaskan segudang bukunya “diacak-acak” para santri untuk menggali ide dan inspirasi sewaktu menulis. Bahkan Gus Zainal juga menyediakan fasilitas komputer untuk kepentingan itu. Hasilnya sungguh mengagumkan. Hampir setiap minggu tulisan mereka muncul di berbagai media massa di seluruh Indonesia.

Obsesi Gus Zainal diwujudkan juga dalam kegiatan kampanye kepenulisan ke berbagai pesantren. Ketika mendampinginya touring ke berbagai pesantren yang tersebar di sejumlah kota di Jawa Timur bersama Ahmad Tohari, Cak Munif, dan Evi Idawati, saya tahu persis betapa berapi-apinya semangat Gus Zainal membakar ghirrah para santri untuk menekuni lagi tradisi menulis yang mulai diabaikan. Dengan kesadaran penuh, Gus Zainal merekam seluruh proses kreatif kepenulisannya dalam buku Aku Menulis Maka Aku Ada.

Bisa dikata, buku itu adalah manifesto Gus Zainal untuk menggelorakan potensi menulis. Di sana Gus Zainal memaparkan dengan sangat gamblang kenapa ia harus menulis. Bagi Gus Zainal, tulisan itu abadi, sementara lisan cepat berlalu bersama derai angin (scripta manent verba volant). Tapi yang paling inti, semua yang dilakukan Gus Zainal adalah untuk mengangkat citra pesantren. Hal ini dipertegas saat ia menghadiahi saya buku Runtuhnya Singgasana Kiai dengan menorehkan pesan: “Ful, mari kita angkat dunia pesantren!”.

Keberhasilan Gus Zainal dalam menuntaskan obsesi itu memang tidak terlepas dari eksistensinya sendiri sebagai seorang penulis yang sangat produktif. Tak kurang dari 50-an buku telah dipublikasikan. Belum lagi tulisan-tulisan, baik berbentuk opini, cerpen, dan puisi yang tercecer di berbagai media massa tak terhitung lagi berapa jumlahnya. Pikiran-pikirannya yang nakal namun arif bijaksana kerapkali menyurukkan pembacanya untuk berinstrospeksi sekaligus merefleksikan diri sendiri di tengah carut marut kehidupan.

Hal serupa juga terasa ketika membaca cerpen-cerpennya, seperti Kanjeng Sunan, Kiai Anom, Kiai Wangi, Mbah Imam, Mbah Bilal, Mbah Kiai Fa’ala, Mbah Wo Ethek, Mbah Wo Juki, Piaraan Kiai Hamid, dan Pertemuan Mistis. Dalam menulis cerpen, Gus Zainal tidak sekadar bermain-main dengan imajinasi. Ide cerpennya diangkat dari kisah-kisah nyata yang dialami sendiri. Bahkan ia menuturkan sendiri kepada saya, acapkali ia harus mengendapkan suatu ide sebab mesti menunggu teka-teki pengalamannya akan terjawab kelak. Setelah itu, baru mengabadikan dalam sebuah cerpen. Karenanya proses permenungan yang dibutuhkan sangat panjang. Sebab ia berharap pembaca cerpen nanti bisa berjamaah bersamanya dalam proses pencarian hakikat makna kehidupan yang agung.

Proses permenungan inilah yang diajarkan Gus Zainal. Bukan saja kepada seluruh santri tetapi juga kepada para jamaah dan setiap orang yang datang bersilaturrahmi kepadanya. Sikap bersahaja dan senantiasa membuka diri terhadap pergaulan dari pelbagai lapisan masyarakat telah menjadikan Gus Zainal termasuk sedikit figur yang layak dicintai dari beragam perspektif. Gus Zainal tak enggan berbagi, meski untuk hal sepele seperti segelas kopi dan sebatang rokok yang diminum dan dihisap bergantian.

Gus Zainal telah mewariskan jejak kearifan dan keteladanan yang mulia. Tradisi menulis harus terus dipancangkan dan kesediaan untuk berbagi mesti dikencangkan. Itulah secuil wasiat yang belum sempat dikatakan, namun bisa diterjemahkan dari seluruh pengabdian selama hidupnya.

Pergilah dengan tenang. Para santrimu ini akan berada di barisan terdepan melanjutkan perjuanganmu: ya ayyatuhan nafsul muthmainnah. Irji’i ila rabbiki radliatan mardliyah.Fadkhuli fi ibadi. Wadkhuli jannati.

Selamat jalan, Gus Zainal!

29/10/2009
*) Penulis adalah Saiful Amin Ghofur, Guszainalian, tinggal di Krapyak, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez