Kamis, 19 Juli 2012

Cerita Unik dari ”Negeri Terong”

Judul : The Terong Gosong; Ketawa Secara Serius
Penulis : Yahya C. Staquf
Penerbit : Mata Air Publishing
Cetakan : I, Juli 2011
Tebal : xx + 156 hal
Harga : Rp. 30.000,00
ISBN : 978-979-18405-4-5
Peresensi : Fathurrahman Karyadi *
__Majalah Terbuireng edisi XIV Jan-Feb 2012

Cerita Unik dari ”Negeri Terong”

Di Inggris, buah terong sering disebut eggplant dan di Jerman (die) Aubergine. Di sana terong banyak di jumpai di toko-toko Asia, sedangkan di supermarket ada meski agak jarang. Ternyata terong juga dimasak layaknya sayur-sayur lainnya, ia menjadi sayur lodeh hanya kuahnya agak sedikit. Warga Turki yang banyak tinggal di Jerman juga menjadikan terong sebagai salah satu menu favorit mereka. Petani terong memang jarang dijumpai, tapi banyak sayur dan buah yang diimpor dari negeri tetangga seperti Spanyol dan Itali.

Agak berbeda dengan Eropa, di Korea terong sering digunakan sebagai ramuan obat-obatan khususnya penyakit jantung. Konon, Rasulullah Muhammad SAW juga pernah bersabda terkait kasiat terong (al-batinjan) sayangnya hadits itu tidak popular karena diklaim dhaif alias lemah kevaliditasannya oleh mayoritas ulama (jumhur).

Nah, di Indonesia ”terong” sudah tak asing lagi. Bentuknya yang oval panjang—ada juga yang bulat, berwarna hijau dan ungu cerah menjadi santapan idaman bagi rakyat nusantara. Di samping ada yang digoreng, disayur dan disambal, tak kalah gurihnya ia bisa langsung dimakan sebagai lalapan bersama daun kemangi, mentimun, kubis dan kacang panjang.

Yang membuat lebih menarik ialah nama ”terong” ternyata menjadi sebuah komunitas besar yang digemari belasan ribu orang, lebih lengkapnya ”Terong Gosong”. Ia adalah group di situs jejaring sosial Facebook (http://www.facebook.com/TerongGosong) yang pertama kali diliris pada 13 Mei 2009 oleh KH. Yahya Cholil Tsaquf atau lebih akrab disapa Gus Yahya. Group tersebut senantiasa meng-upload catatan-catatan unik seputar dunia pesantren dan hiruk-pikuk negeri ini lewat humor khas kaum sarungan. Sudah pasti cerita yang disuguhkan orisinil dan nyata bukan sekedar fiktif atau lelucon belaka. Banyak yang mengaku mendapat pelajaran berharga (expensive knowledge) dari notes tersebut karena memang nila-nilai kearifan terasa betul di dalamnya.

Catatan Gus Yahya memiliki karakteristik tersendiri. Di awal tulisan, pembaca disuguhi sejarah masa lalu, potret keteladanan seorang pemimpin serta fenomena hangat di negeri ini, kemudian pada ending cerita ada saja kalimat-kalimat yang membuat semua pembaca tertohok untuk tertawa. Hingga tak heran, ketika resensi ini ditulis member yang bergabung di group dirian putra KH. Moh. Cholil Bisri yang juga mantan juru bicara Presiden KH. Abdurrahman Wahid itu sudah mencapai lebih dari 13.0000 orang. Uniknya lagi, mereka terdiri dari berbagai macam kalangan seperti kiai dan santri, dosen dan mahasiswa, dokter dan pasien, sampai pejabat dan rakyat yang berasal dari dalam maupun luar negeri di antaranya Arab, Mesir, Libya, Amerika, Kanada, Taiwan dan Jepang.

Karena desakan para penggemar, akhirnya Gus Yahya terdorong untuk menjadikan catatan-catatannya itu sebagai buku kompilasi. Maka pada bulan Juli 2011 buku yang berjudul ”The Terong Gosong” itu terbit dengan jumlah 156 halaman.

Nama ”Terong Gosong”

Banyak yang bingung dan bertanya-tanya mengapa nama komunitas yang begitu banyak penggemarnya itu bernama Terong Gosong? Sampai bukunya pun bernama demikian? Apa tidak ada nama lain yang lebih familiar agar visi dan misinya terasa memiliki wibawa besar?

Susah untuk menjawabnya. Gus Yahya sendiri—sebagaimana yang tertulis dalam pengantar buku tersebut—mengaku bahwa dinamai ”Terong Gosong” nyaris tanpa alasan tertentu, apalagi filosofi yang mulia-mulia. Satu-satunya yang bisa disebut sebagi sumber inspirasi bagi nama itu adalah bahwa terong telah menjadi makanan yang paling populer sepanjang sejarah di lingkungan santri-santri pesantren. Biasanya, terong dibakar hingga gosong, untuk kemudian dikupas dan dipecelkan sambal terasi, selanjutnya disebut ”sambal terong”, untuk dijadikan lauk makan sehari-hari.

Karena alasan itulah Gus Yahya lebih memilih nama Terong Gosong daripada nama-nama lain yang terlalu muluk-muluk. Menurut hemat penulis pribadi—yang agak sering bergelut bahasa Arab—Terong Gosong bisa diimplementasikan sebagai ”taraw ghadan” yang bermakna melihat masa depan. Ini sebuah pengejahwantahan firman Allah SWT dalam surat al-Hasyr ayat 18 yang berbunyi wal tanzhur nafsun ma qaddamat lighad—[Hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok].

Inilah yang menjadi tujuan utama sejarah. Tidak hanya sekedar dikaji dan diteliti secara mendalam, tetapi juga dipraktikkan sehingga keburukan tempo dahulu tidak kembali terjadi di masa kini dan mendatang. Begitu pula kejayaan yang telah dicapai bisa terulang kembali atau bahkan melebihi yang telah lampau.

Dalam antologi syair al-Qashidah al-Haiyyah, Syaikh Syihabuddin al-Suhrawardi menuturkan, ”Jika kalian bukan orang hebat maka tirulah kesuksesan serta keteladanan para tokoh pendahulu, karena meniru langkah mereka adalah suatu kebanggaan tersendiri.”

Humor dan Urgensinya

Humor adalah kebutuhan manusia, bagi yang merasa manusia pasti membutuhkannya, demikian ungkap Mudhfar Maruf penulis buku Guyon Cak Jahlun. Ia menambahkan, banyak ahli kesehatan dan psikolog yang percaya kalau tertawa sangat baik untuk kesehatan dan bikin awet muda. Sekali saja seseorang tertawa maka akan menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) sebesar 26%. Jadi, jika ingin awet muda dan panjang umur, maka tertawalah sebelum anda ditertawakan!

Ada sebuah slogan ”Senyum itu Sehat”. Ini bukan sekedar bualan belaka, tetapi benar-benar nyata. Rasulullah SAW pun pernah bersabda bahwa senyum termasuk dari pada sedekah. Dengan begitu, humor memiliki porsi penting dalam kehidupan ini. Sehingga bukan hanya emosi, kecewa, cemas, tangis dan sedih saja yang tergambar di wajah semua orang, tawa dan senyum pun harus ada.

Di manapun dan kapanpun seseorang berada di situlah ia dapat tertawa, karena yang menjadi objek untuk ditertawakan sangat universal dan kompleks. Pada umumnya, humor terjadi karena interaksi secara langsung, seperti kejadian “salah sapa” yang banyak dialami setiap orang. Di terminal seorang suami tiba-tiba saja menggandeng tangan seorang gadis yang dikira itu istrinya ternyata bukan. Akibatnya sarapan berupa tamparan terpaksa mampir di muka orang itu. Atau kisah seorang santri yang berteriak tak sabar meminta orang yang di dalam kamar mandi segera keluar untuk bergiliran, eh ternyata orang di dalam itu adalah kiainya sendiri.

Ada juga humor yang terjadi karena bukan interaksi secara langsung, seperti melihat ulah orang lain di seberang jalan, menonton tayangan lawak maupun membaca buku humor. Lebih ekstrim lagi, saya pernah menerima pesan singkat dari seorang kawan. Bunyinya demikian ”Menu buka puasa hari ini: Mienya Megawati, Esnya SBY, jusnya Gus Dur, Susunya Soeharto, pesan mana?”

Dengan bijaksananya, Gus Yahya memberi selogan komunitas Terong Gosong dengan kalimat ”ketawa secara serius”. Lebih lanjut beliau memberi ilustrasi bukunya itu dengan prolog ”(Buku) The Terong Gosong itu tentang dunia pesantren. Murid-murid dan guru-gurunya. Gagasan-gagasan dan canda tawa. Kearifan dan kesalahpahaman. The Terong Gosong itu tentang proses belajar, memetik pelajaran adalah tujuannya. Tapi namanya proses, kadang mendapatkan hasil kadang tidak.The Terong Gosong itu tentang ketawa. Bisakah belajar melalui ketawa? Kalau beruntung, bisa. Kalau tidak, ketawa saja sudah meyenangkan toh?”

Di bulan Ramadhan kemarin, Terong Gosong cukup gencar meng-upload status-status humornya di Facebook. Seperti ”Bagaimana pun keadaannya, Syukur tetap harus dipanjatkan. Karena Syukur nggak bisa manjat sendiri!” Tak kalah kocaknya, di hari berikutnya mucul lagi ”Apa pengaruh Ramadan pada diri kita? Di bulan istimewa ini, bertambah kuat rasa rindu kita dan bertambah menggelora penantian kita; adzan Magrib!”

*) Fathurrahman Karyadi, Bergiat di Pustaka Tebuireng
Dijumput dari: http://hiburan.kompasiana.com/humor/2012/02/16/cerita-unik-dari-%E2%80%9Dnegeri-terong%E2%80%9D/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez