Kiki Mikail, SQ.
http://ipi2010.blogspot.com/
Pendahuluan
Telaah ilmiah terhadap perkembangan pemikiran islam dalam kehidupan sosial dan pendidikan Indonesia kontemporer tentunya tidak dapat kita pisahkan dari pemikiran dan perjuangan KH. Hasyim Asyari dan KH. Ahmad Dahlan. Dua sosok penting ini, selain berhak menyandang gelar pahlawan nasional juga berhak menyandang gelar sebagai bapak pendidikan Islam di tanah Air Indonesia. kiprah dan perjuangannya yang begitu sentral, utamanya di dalam bidang pendidikan telah menentukan arah pendidikan di tanah air, sebuah pendidikan yang berbasis keislamaan namun tetap sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman (al-muhafazhah alal qadim as-Shalih wal akhdu al-jadid al-aslah).
Demikian juga, apabila kita telaah lebih mendalam, sosok yang sangat kharismatik dan dikenal tak pernah menyerah ini juga memiliki peran yang amat penting dalam pergolakan-perjuangan dan penjemputan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan kolonial Belanda dan Jepang.
Untuk mengapresiasi setinggi-tingginya perjuangan dan pemikiran kedua tokoh diatas, penulis akan berusaha sebaik mungkin, namun ringkas dalam mengupas sepak terjang dan perjuangan kedua tokoh tersebut dalam mewarnai dan menentukan arah pendidikan, keagamaan dan perpolitikan di tanah air Indonesia.
KH. Hasyim Asyari
Melukiskan sosok besar sekaliber KH. Hasyim Asyari serta pemikirannya yang sangat brilian tentunya bukanlah suatu hal yang mudah, karena ada kekhawatiran akan mereduksi gambaran sang tokoh dan karya-karyanya. Namun penulis berharap, semoga kekurangan-kekurangan yang ada dalam tulisan ini dapat merangsang dan memotivasi kita semua untuk terus menggali lebih dalam, baik seputar kelahiran, sosio-kultural, gagasan-gagasan besar dan peninggalan yang harus dirawat, serta pemikiran beliau yang dituangkan dalam karya kitab-kitanya yang monumental dan tersebar ditanah air.
Hadrat Asy-syaikh KH. Hasyim Asyari (lahir Jombang, Jawa Timur 14 Februari 1871 dan meninggal 25 Juli 1947) selain konseptor khittah perjuangan NU juga adalah pendiri organisasi massa Islam terbesar di Indonesia dan dunia[1]. Pemikiran dan perjuangannya yang tertuang dalam khittah perjuangan NU terlihat jelas dalam mewarnai pendidikan, perpolitikan dan syariat Islam di Tanah air. Tokoh penting yang telah meninggalkan kita berpuluh-puluh tahun yang silam ini juga telah melakukan gebrakan yang amat dahsyat dan telah meninggalkan warisan peradaban pemikiran yang amat berharga di tanah air. Kitabnya yang berjudul Al-‘Alim wa Al-Muta’allimin yang beliau konsep sebagai batu dasar pendidikan Islam dan didasari oleh kesadaran akan perlunya literatur yang membahas tentang etika (adab) dalam mencari ilmu pengetahuan. Sehingga menurut beliau menuntut ilmu itu merupakan pekerjaan agama yang sangat mulia dan luhur sehingga orang yang mencarinya harus memperlihatkan etika-etika kesucian yang luhur pula.[2]
Gebrakan-gebrakannya dalam dimensi sosio kultural, keagamaan dan perpolitikan serta dalam mencetak ulama-ulama dan pemimpin Indonesia seperti : KH. Wahid Hasyim (Mantan Menteri agama RI, dan pendiri UIN Yogyakarta dan UIN Ciputat),[3] KH. Mustofa Bishri (Kiayi dan Budayawan), KH. Sahal Mahfuz (ketua rais am NU), KH. Abdur Rahman Wahid (Mantan Ketua PB NU dan Presiden RI) Prof. Dr. KH. Said Agil Siradz (Ketua Tanfidziah PB NU dan pemikir pembaharuan Islam) telah mengantarkan Indonesia menjadi negara yang berbasis Muslim terbesar namun tetap terlihat dihargai dan disegani diseluruh pelosok penjuru bumi.
Karya-karya dan pemikiran KH. Hasyim Asyari banyak yang dijadikan acuan dalam menjawab pelbagai persoalan dan problematika yang dihadapi masyarakat Indonesia. Misalnya, ketika umat Islam banyak yang belum faham persoalan tauhid atau aqidah, Kiai Hasyim lalu menyusun kitab tentang aqidah, diantaranya Al-Qalaid fi Bayani ma Yajib min al-Aqaid. Sebagai seorang ulama besar dan bapak pendidikan Islam Indonesia, K. H. Hasyim Asy’ari tentunya telah menyumbangkan banyak hal yang berharga bagi pengembangan peradaban di Indonesia, diantaranya adalah sejumlah sumbangan literatur yang berhasil ditulisnya seperti: (1) Adab Al-‘Alim wa Al-Muta’allimin, (2) Ziyadat Ta’liqat, (3) Al-Tanbihat Al-Wajibat Liman, (4) Al-Risalat Al-Jami’at, (5) An-Nur Al-Mubin fi Mahabbah Sayyid Al-Mursalin, (6) Hasyiyah ‘Ala Fath Al-Rahman bi Syarh Risalat Al-Wali Ruslan li Syekh Al-Isam Zakariya Al-Anshari, (7) Al-Durr Al-Muntatsirah fi Al-Masail Al-Tis’i Asyrat, (8) Al-Tibyan Al-Nahy’an Muqathi’ah Al-Ikhwan, (9) Al-Risalat Al-Tauhidiyah, (10) Al-Qalaid fi Bayan ma Yajib min Al-‘Aqaid.
Selain aktif dalam bidang dakwah, KH Hasyim Asyari juga aktif dalam perpolitikan nasional, itu terlihat ketika beliau terpilih sebagai ketua umum partai politik Masyumi pada tahun 1945. Dan Berdasarkan keputusan Presiden No. 29/1964, KH Hasyim Asyari diakui sebagai seorang pahlawan kemerdekaan nasional, suatu bukti nyata bahwa beliau bukan hanya tokoh utama agama, melainkan juga sebagai tokoh nasional Republik Indonesia.
KH. A. Dahlan
KH. Ahmad Dahlan (lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868 M dan Meninggal di Yogyakarta, 23 Februari 1923 M pada umur 54 tahun) adalah Pendiri organisasi massa Islam yang kemudian di sebut Muhammadiyah, yang konon memiliki anggota terbesar, di seantero dunia Islam. Beliau adalah seorang ulama besar tanah air, yang teguh dengan ketinggian ilmu dan keluhuran pribadinya, seorang reformis yang cerdas dan fenomenal. Beliau juga adalah pahlawan Nasional sesuai dengan surat keputusan Presiden RI no. 657 tahun 1961 dan apabila kita lihat dari silsilah keturunan, beliau termasuk keturunan yang kedua belas dari syeikh Maulana Malik Ibrahim (salah seorang yang terkemuka di antara walisongo), pelopor penyebaran agama Islam di tanah Jawa[4].
Sebetulnya, pada awal-awal penyebaran pemahaman dan gagasannya, KH. Ahmad Dahlan mendapat tantangan dan ujian yang sangat berat dengan ditolaknya ajaran beliau, karena pada waktu itu memang gagasan dan pemikirannya belum mampu diterima oleh masyarakat Indonesia yang masih “kolot”. Namun, berkat kesabaran dan keuletannya dalam mensyiarkan ajaran Islam, ajaran dan pemahaman ini mulai diterima terutama oleh keluaraga, karib kerabat dan teman sejawat beliau.
Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan (dengan nama kecil Muhammad Darwisy) mendirikan organisasi massa Islam untuk melaksanakan cita-cita pembaharuan Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaharuan dalam cara berpikir dan beramal masyarakat Indonesia menurut tuntunan agama Islam. la ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan al-Hadits dan menolak segala sesuatu yang memang datang bukan dari Islam. Kemudian, didirikanlah organisasi Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912. Dari semenjak awal berdirinya, KH. Ahmad Dahlan dengan tegas telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi organisasi bersifat sosial dan konsen bergerak dalam bidang pendidikan.
Dari situ, nampak sekali langkah-langkah pembaruan yang bersifat ”reformasi” yang dilakukan KH. Ahmad Dahlan, dengan merintis lembaga pendidikan ”modern” yang memadukan pelajaran agama dan umum. gagasan pendidikan yang dipelopori Kyai Dahlan, merupakan pembaruan karena mampu mengintegrasikan aspek iman dan kemajuan, sehingga dihasilkan sosok generasi muslim terpelajar yang mampu hidup di zaman modern tanpa terpecah kepribadiannya.
Untuk itu, tidak aneh kalau kita saksikan di seluruh daerah-daerah yang ada di Tanah air terdapat sekolah-sekolah Islam Muhammadiyah, dari tingkat Taman Kanak-kanak hingga perguruan tinggi, karena sejatinya organisasi ini didirikan hanya untuk menjaga maratabat bangsa Indonesia dengan mencerdaskan masyarakat Indonesia melalui jalur pendidikan.
Langkah pembaharuan Islam yang orsinil lainnya dari sosok ulama kharismatik ini dapat kita lihat dalam pemahaman dan pengamalan beliau dalam surat Al-Maun. Gagasan dan pelajaran tentang Surat Al-Maun dari KH. Ahmad Dahlan merupakan contoh yang paling monumental yang berorientasi pada amal sosial dan kesejahteraan. Langkah monumental ini dalam wacana Islam kontemporer disebut dengan ”teologi transformatif”, karena menurut beliau Islam tidak sekadar menjadi seperangkat ajaran ritual-ibadah dan hubungan dengan Allah (hablum min Allah) an-sich, tetapi justru peduli dan terlibat dalam memecahkan masalah-masalah konkret yang dihadapi manusia. Inilah ”teologi amal” yang tipikal dan khas dari guru besar kita Kyai Ahmad Dahlan, sebagai bentuk dari gagasan dan sumbangsih pembaruan lainnya di negeri ini.
Selain itu, beliau ingin menjadikan Islam sebagai kekuatan yang dinamis untuk mentransformasi sosial dalam dunia nyata kemanusiaan melalui gerakan “humanisasi” (mengajak pada serba kebaikan) dan “emanisipasi” atau “liberasi” (pembebasan dari segala kemunkaran), sehingga Islam diaktualisasikan sebagai agama Langit yang Membumi, yang menandai terbitnya fajar baru Reformisme atau Modernisme Islam di Indonesia[5].
Suatu hal yang selalu penulis ingat dari ajaran guru kita KH. Ahmad dahlan, beliau dalam memaknai kata tajdid dalam Islam menurutnya mengandung dua pengertian, yakni pemurnian (purifikasi) dan pembaruan (dinamisasi). Pemurnian yang dimaksud oleh Ahmad dahlan adalah pembersihan ajaran Islam dari segala macam bentuk syirik kepada Allah serta pembersihan ajaran yang memang bukan dari Islam seperti bid’ah dan khurafat. Kemudian dalam bidang pemahaman terhadap ajaran agama Islam, beliau merombak taklid yang kemudian memberikan kebebasan dalam berijtihad. Sedangkan pembaharuan menurut beliau adalah umat Islam harus siap menerima pembaharuan selama itu baik untuk kejayaan dan kemajuan Islam serta tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah dasar ajaran Islam.
Selain itu, Mengenai peran akal, KH. Ahmad Dahlan memandang kenisbian akal dalam masalah akidah. Sehingga formulasi akal menurut beliau sebagai berikut : Allah tidak menyuruh kita membicarakan hal-hal yang tidak dapat dicapai oleh akal dalam kepercayaan, sebab lanjutnya, akal manusia tidak mungkin mencapai pengertian tentang Dzat allah dan hubungan-Nya dengan sifat-sifat yang ada pada Allah Swt.
Penutup
Pemikiran dan perjuangan khususnya dalam bidang pendidikan dari kedua tokoh ini patut untuk kita jadikan suri teladan terutama dalam usaha-usaha mereka dalam mencerdaskan bangsa Indonesia di tengah kolonialisasi penjajahan Belanda dan Jepang. Peranan dan ketokohan KH Hasyim Asyari dan KH. Ahmad Dahlan dikalangan Masyarakat Indonesia selain sangat sentral tetapi kini menjadi tipe utama seorang pemimpin. Berkat kejeniusannya, mereka telah berhasil mencetak alim ulama dan para pemimpin Republik Indonesia dari generasi ke generasi. Untuk itu, ke depan kita berharap semoga bangsa Indonesia dapat terus melahirkan tokoh-tokoh yang bertipikal dan berpendirian seperti mereka, sehingga bangsa ini dengan sendirinya menjadi bangsa yang cerdas dan disegani di mata dunia.
DAFTAR PUSTAKA:
Ricklefs, M.C., Sejarah Indonesia Modern dari tahun 1200-2008, Jakarta: PT Serambi Ilmu semesta 2008
Effendi, Djohan, Pembaharuan Tanpa Membongkar Tradisi, Jakarta: Kompas Maret 2010
Asyari, Suaidi, Nalar Politik NU dan Muhammadiyah, Yogyakarta: LkiS 2009
A. Mujib, Dkk. Intelektualisme Pesantren, Jakarta : PT. Diva Pustaka 2004
Sutrisno, Kutojo dan Safwan, Mardanas, KH. Ahmad Dahlan: Riwayat hidup dan perjuangannya, Bandung: Angkasa 1991
Salam, Yunus, Riwayat Hidup KHA. Dahlan. Amal dan perjuangannya. Jakarta: Depot Pengadjaran Muhammadijah 1968.
___________________________________
[1] Djohan Effendi, Pembaharuan Tanpa Membongkar Tradisi, h 1, Jakarta: Kompas March 2010
[2] A. Mujib, Dkk., Intelektualisme Pesantren, PT. Diva Pustaka. Jakarta. 2004 h. 321
[3] Djohan Effendi, Pembaharuan Tanpa Membongkar Tradisi, h 6, Jakarta: Kompas March 2010
[4] Kutojo, Sutrisno dan Mardanas Safwan, K.H. Ahmad Dahlan : riwayat hidup dan perjuangannya. Bandung: Angkasa 1991.
[5] http://www.suara-muhammadiyah.or.id
Dijumput dari: http://ipi2010.blogspot.com/2010/05/mengenal-bapak-pendidikan-islam.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Khoirul Anam
A. Khoirul Anam
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abd. Basid
Abdul Aziz
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar
Abdul Hadi W.M.
Abdul Rauf Singkil
Abdul Rosyid
Abdul Salam HS
Abdul Wachid B.S.
Abdullah Alawi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abu Nawas
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Ach. Tirmidzi Munahwan
Achmad Faesol
Adam Chiefni
Adhitya Ramadhan
Adi Mawardi
Adian Husaini
Aditya Ardi N
Ady Amar
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afrizal Malna
Afrizal Qosim
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus Buchori
Agus Fahri Husein
Agus Fathuddin Yusuf
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahmad Anshori
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Baso
Ahmad Fatoni
Ahmad Hadidul Fahmi
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Syafii Maarif
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rohim
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Sahal
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alang Khoiruddin
Alang Khoirudin
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Aliansyah
Allamah Syaikh Dalhar
Alvi Puspita
AM Adhy Trisnanto
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Amin Hasan
Aminullah HA Noor
Amir Hamzah
Ammar Machmud
Andri Awan
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjar Nugroho
Anjrah Lelono Broto
Antari Setyowati
Anwar Nuris
Arafat Nur
Ariany Isnamurti
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arifin Hakim
Arman AZ
Arwan
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Juanda
Asep S. Bahri
Asep Sambodja
Asep Yayat
Asif Trisnani
Aswab Mahasin
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Azizah Hefni
Azwar Nazir
B Kunto Wibisono
Babe Derwan
Badrut Tamam Gaffas
Bale Aksara
Bandung Mawardi
Bastian Zulyeno
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budiawan Dwi Santoso
Buku Kritik Sastra
Candra Adikara Irawan
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cawapres Jokowi
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abhsar
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
CNN Indonesia
Cucuk Espe
Cut Nanda A.
D Zawawi Imron
D. Dudu AR
Dahta Gautama
Damanhuri Zuhri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Danuji Ahmad
Dati Wahyuni
Dea Anugrah
Dea Ayu Ragilia
Dede Kurniawan
Dedik Priyanto
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Detti Febrina
Dewi Kartika
Dian Sukarno
Dian Wahyu Kusuma
Didi Purwadi
Dien Makmur
Din Saja
Djasepudin
Djauharul Bar
Djoko Pitono
Djoko Saryono
DM Ningsih
Doddy Hidayatullah
Donny Syofyan
Dr Afif Muhammad MA
Dr. Simuh
Dr. Yunasril Ali
Dudi Rustandi
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dyah Ratna Meta Novia
E Tryar Dianto
Ecep Heryadi
Edeng Syamsul Ma’arif
Edy A Effendi
Edy Susanto
EH Ismail
Eka Budianta
Ekky Malaky
Eko Israhayu
Ellie R. Noer
Emha Ainun Nadjib
Esai
Esha Tegar Putra
Evi Melyati
Fachry Ali
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faizal Af
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fazabinal Alim
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Furqon Lapoa
Fuska Sani Evani
Geger Riyanto
Ghufron
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
Gus Muwaffiq
Gusriyono
Gusti Grehenson
H Marjohan
H. Usep Romli H.M.
Habibullah
Hadi Napster
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hammam Fathulloh
Hamzah Fansuri
Hamzah Sahal
Hamzah Tualeka Zn
Hanibal W.Y. Wijayanta
Hanum Fitriah
Haris del Hakim
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Basri Marwah
Hasnan Bachtiar
Hasyim Asy’ari
Helmy Prasetya
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Heri Listianto
Heri Ruslan
Herry Lamongan
Herry Nurdi
Heru Kurniawan
Hilmi Abedillah
Hotnida Novita Sary
Hudan Hidayat
Husein Muhammad
I Nyoman Suaka
Ibn ‘Arabi (1165-1240)
Ibn Rusyd
Ibnu Sina
Ibnu Wahyudi
Idayati
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imadi Daimah Ermasuri
Imam Hamidi Antassalam
Imam Khomeini
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Nasri
Imron Tohari
Indonesia O’Galelano
Indra Kurniawan
Indra Tjahyadi
Inung As
Irma Safitri
Isbedy Stiawan Z.S.
Istiyah
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
J Sumardianta
Jadid Al Farisy
Jalaluddin
Jalaluddin Rakhmat
Jamal Ma’mur Asmani
Jamaluddin Mohammad
Javed Paul Syatha
Jaya Suprana
Jember Gemar Membaca
Jo Batara Surya
Johan Wahyudi
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K. Muhamad Hakiki
K.H. A. Azis Masyhuri
K.H. Anwar Manshur
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
Kabar Pesantren
Kafiyatun Hasya
Kanjeng Tok
Kasnadi
Kazzaini Ks
KH Abdul Ghofur
KH. Irfan Hielmy
Khansa Arifah Adila
Khoirul Anwar
Khoirur Rizal Umami
Khoshshol Fairuz
Kiai Muzajjad
Kiki Mikail
Kitab Dalailul Khoirot
Kodirun
Komunitas Deo Gratias
Koskow
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurtubi
Kuswaidi Syafi’ie
Kyai Maimun Zubair
Lan Fang
Larung Sastra
Leila S. Chudori
Linda S Priyatna
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP
Lukman Asya
Lukman Santoso Az
M Arif Rohman Hakim
M Hari Atmoko
M Ismail
M Thobroni
M. Adnan Amal
M. Al Mustafad
M. Arwan Hamidi
M. Bashori Muchsin
M. Faizi
M. Hadi Bashori
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Mustafied
M. Nurdin
M. Yoesoef
M. Yunis
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
M.S. Nugroho
M.Si
M’Shoe
Mahamuda
Mahdi Idris
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahrus eL-Mawa
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mansur Muhammad
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marjohan
Marsudi Fitro Wibowo
Martin van Bruinessen
Marzuki Wahid
Marzuzak SY
Masduri
Mashuri
Masjid Kordoba
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni el-Moezany
Matroni Muserang
Mbah Dalhar
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftahul Ulum
Mila Novita
Mochtar Lubis
Moh. Ghufron Cholid
Mohamad Salim Aljufri
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Yamin
Muh. Khamdan
Muhajir Arrosyid
Muhammad Abdullah
Muhammad Affan Adzim
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih AR
Muhammad Amin
Muhammad Anta Kusuma
Muhammad Ghannoe
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Kosim
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Mukhlisin
Muhammad Quraish Shihab
Muhammad Subhan
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yasir
Muhammad Yuanda Zara
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyiddin
Mujtahid
Muktamar Sastra
Mulyadi SA
Munawar A. Djalil
Munawir Aziz
Musa Ismail
Musa Zainuddin
Muslim
Mustafa Ismail
Mustami’ tanpa Nama
Mustofa W Hasyim
Musyafak
Myrna Ratna
N. Mursidi
Nasaruddin Umar
Nashih Nashrullah
Naskah Teater
Nasruli Chusna
Nasrullah Thaleb
Nelson Alwi
Nevatuhella
Ngarto Februana
Nidia Zuraya
Ninuk Mardiana Pambudy
Nita Zakiyah
Nizar Qabbani
Nova Burhanuddin
Noval Jubbek
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nur Fauzan Ahmad
Nur Wahid
Nurcholish
Nurel Javissyarqi
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Orasi Budaya
Pangeran Diponegoro
Parimono V / 40 Plandi Jombang
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
Pesantren Tebuireng
Pidato
Politik
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pramoedya Ananta Toer
Prof. Dr. Nur Syam
Profil Ma'ruf Amin
Prosa
Puisi
Puji Hartanto
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
Purwanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
PUstaka puJAngga
Putera Maunaba
Putu Fajar Arcana
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rakhmat Nur Hakim
Ramadhan Alyafi
Rameli Agam
Rasanrasan Boengaketji
Ratnaislamiati
Raudal Tanjung Banua
Reni Susanti
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Retno HY
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Rinto Andriono
Risa Umami
Riyadhus Shalihin
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rohman Abdullah
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifuddin Syadiri
Saifudin
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Salahuddin Wahid
Salamet Wahedi
Salman Faris
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra Pesantren
Sastrawan Pujangga Baru
Satmoko Budi Santoso
Satriwan
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra Boenga Ketjil
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siswanto
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slavoj Zizek
Snouck Hugronje
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sufyan al Jawi
Sugiarta Sriwibawa
Sulaiman Djaya
Sundari
Sungatno
Sunu Wasono
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susringah
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaiful Amin
Syaifullah Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syeikh Abdul Maalik
Syeikh Muhammad Nawawi
Syekh Abdurrahman Shiddiq
Syekh Sulaiman al Jazuli
Syi'ir
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tiar Anwar Bachtiar
Tjahjono Widijanto
Tok Pulau Manis
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tu-ngang Iskandar
Turita Indah Setyani
Umar Fauzi Ballah
Uniawati
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usep Romli H.M.
Usman Arrumy
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wa Ode Zainab Zilullah Toresano
Wahyu Aji
Walid Syaikhun
Wan Mohd. Shaghir Abdullah
Warung Boengaketjil
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Fei Hung
Y Alpriyanti
Yanti Mulatsih
Yanuar Widodo
Yanuar Yachya
Yayuk Widiati
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yopi Setia Umbara
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudi Latif
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zaenal Abidin Riam
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zakki Amali
Zehan Zareez
Tidak ada komentar:
Posting Komentar