Selasa, 07 Agustus 2012

Sastra Mistik; Antara Syeikh Siti Jenar dan al Hallaj

Bastian Zulyeno
http://ipi2010.blogspot.com/

Sastra mistik atau yang lebih dikenal dengan tasawuf dan irfan adalah salah satu karakteristik dalam sastra Persia. Penyair sufi atau seorang arif yang penyair menghasilkan karya berdasarkan ilmu tasawuf. Di Iran tasawuf tumbuh subur pada abad 10 M yang nampak awal dalam karya Abu Hasal Alkharqani dan Ba Yazid al Busthami, akan tetapi tasawuf dalam bentuk puisi dan syair mulai berkembang dan disempurnakan pada abad 11 oleh penyair Abu Said Aba al Khair di kota Khurasan, propinsi bagian timur laut Iran sekarang. Sastra mistik ini kemudian berkembang pesat melalui tangan penyair-penyair Persia selanjutnya seperti Sanai, Attar dan Jalaluddin Rumi yang mengantarkan sastra mistik Persia ke puncaknya melalui karya besarnya Masnawi Maknawi.

Di Indonesia sendiri sastra mistik baru dikenal pada abad 16, yang oleh Abdul Hadi disebutkan bahwa sastra tasawuf di Indonesia dikenalkan oleh para penyair melayu seperti Hamzah Fansuri yang hidup di pertengahan abad 16 sampai awal abad 17 dan oleh beberapa orang muridnya seperti Abdul Jamal, Abdurrahman Singkel dan Samsuddin Pasai. Karya-karya mereka seperti yang disimpulkan oleh para ilmuwan banyak sekali pengaruh dari sastra mistik Persia, yang penulis sendiri langsung dapat melihat warna sastra Persia klasik begitu membaca karya-karya penyair melayu terutama milik Hamzah Fansuri yang kental dengan gaya bahasa Jalaluddin Rumi penyair sufi terbesar Persia yang hidup dari tahun 1207-1273 M.

Di dalam sastra tasawuf ada dua hal penting yang selalu dibicarakan pertama adalah nasehat dan kedua adalah cinta. Nasehat dalam menjalani hidup dan tahapan dalam menggapai cinta sejati, cinta sejati adalah cinta makhluk kepada khaliq. Manusia tercipta karena cinta tuhan kepadanya yang ingin selalu disembah, inilah hakikat penciptaan yang berarti cinta dan wujud ini pula yang ada di setiap yang bernyawa dan memiliki naluri kasih sayang. Kembali ke topik tulisan yang ingin mencari keterkaitan antara Syeik Siti Jenar di Indonesia dan Al Hallaj di Iran dengan pendekatan sastra mistik tentunya.

Syekh Siti Jenar, begitu namanya disebut banyak diantara kita langsung memutar memori otak dengan file “kafir” karena informasi dan pengetahuan yang kita terima memang demikian, terlepas dari kontroversi ada dan tidak ada (mitos), Siti Jenar dan ajarannya telah ikut meramaikan materi sejarah Islam di Indonesia khususnya dikalangan orang Jawa. Ia adalah seseoarang yang mengajarkan ajaran manunggaling kawulo kawalan gusti yang dianggap sesat dan bertentangan dengan ajaran Wali Songo. Menurut Achmad Chodjim ada dua versi penyebab kematiannya yang kemunkinan besar terjadi setelah tahun 1515. Pertama yang sering didengar oleh kalangan santri khususnya, Siti Jenar dihukum pancung karena ajarannya dan pada saat darahnya mengalir aliran darah tersebut membentuk tulisan “Allah”. Versi yang ke dua adalah Siti Jenar mati tidak dengan cara dihukum pancung melainkan Ia memilih kematian atas kehendaknya sendiri. Seykh Siti Jenar yang juga akrab dipanggil Syekh Lemah Abang adalah seorang wali dari wali sembilan di tanah Jawa. Tetapi dia mempunyai pandangan yang berseberangan dengan pendapat wali pada umumnya pada saat itu. Ia dianggap murtad dan keluar dari Islam. Siti jenar mengganggap “dunia ini alam kematian” hidup sejati menurutnya tak tersentuh kematian, jadi menurutnya kehidupan sekarang ini bukan kehidupan sejati karena masih dihinggapi kematian. Selanjutnya tentang bersatunya hamba dengan tuhan atau yang biasa disebut dalam bahasa Jawa manunggaling kawulo kalawan gusti adalah ajaran yang memandang hidup sebagai tekanan pribadi, hidup adalah wujud pribadi, merdeka dari belenggu gangguan dan godaan sekitar. Masuklah engkau sebagai hamba-hambaku! Masuklah engkau ke dalam taman-ku (Q.S 89:29-30) Siti Jenar berpendapat melalui ayat di atas bahwasanya hanya diri pribadi yang ada, tuhan tidak butuh tempat tinggal. Taman-Nya merupakan tempat kembali hamba-hambanya yang beriman. Tetapi Dia tidak ada di dalam maupun luar taman-Nya. Hamba menyatu dengan tuhan, hidup hamba tidak tak terpisah dari Tuhan. Diri pribadi yang ada, itu jika hamba betul-betul hidup. Di dalam “Serat Siti Jenar” yang dikisahkan dalam bait syair oleh Aryawijaya disebutkan sebagai berikut (transtlerasi dari bahasa jawa)[1]

Hakikat ilmu yang sejati
Terletak pada cipta pribadi
Maksud dan tujuannya
Disatukan adanya
Lahirnya ilmu unggul
Dalam keadaan sunyi, jernih.

Inilah sekilas ajaran utama yang diajarkan oleh Siti Jenar kepada murid-muridnya, dan menurut sastra sufistik yang bermuara pada ilmu tasawuf ajaran ini adalah ajaran yang menyingkap rahasia alam dan menurut para kebanyakan wali saat itu tidak boleh diajarkan ke sembarang orang karena akan merusak tatanan agama yang telah ditetapkan pada masa itu.

Tidak seperti halnya Syekh Siti Jenar memiliki rekaman sejarah hidup terlalu minim yang sampai ke tangan kita , Husain Ibnu Mansur Ibnu Hallaj atau yang dikenal sebagai al Hallaj cukup meninggalkan jejak untuk dikaji. Al Hallaj lahir sekitar tahun 858 M di Tur sebuah daerah di barat daya Iran atau yang dikenal sekarang bagian dari kota Shiraz. Ucapannya yang selalu ia ulang-ulang ana al haq (akulah kebenaran) yang menurut penafsiran al Hallaj Ia dan zat Tuhan telah menyatu dalam dirinya, membuat nasibnya sama dengan Siti Jenar yaitu mati dengan cara dieksekusi. Ali Mir Fitrus di dalam bukunya yang berjudul Hallaj mengutip Ali Syariati yang menyatakan bahwa al Hallaj adalah seorang gila yang tidak mengenal tanggung jawab sosial. Padahal latar belakang dan kepintaran al Hallaj bukanlah manusia biasa Jika ditelisik kembali, kebanyakan ilmuwan besar Persia juga seorang penyair, menurut beberapa sumber yang penulis temukan pada zaman itu puisi adalah simbol kualitas intelektualitas seseorang, artinya setiap ilmuan dapat dilihat keahliannya berdasarkan pada ketinggian nilai syair yang ia tulis. Begitu juga al Hallaj Ia pun juga seorang penyair, diantara syair-syairnya adalah sebagai berikut:

Aku telah mencari tempat di seluruh alam
Tapi bagiku tak ada tanah yang tenteram
Dunia telah mencicipiku, aku pun telah mencicipinya
Saat itu rasanya pahit dan manis
Saat kumengejar angan-angan ia memperbudakku
Oh! Andai aku rela dengan takdirku saat itu aku merdeka.

Bait di atas adalah bait yang ia bacakan sebelum di panggil menghadap penguasa, ada juga syair yang ia tulis setelah belajar berbagai ilmu agama sampai menemukan keyakinan sendiri:

aku berpikir dengan semua agama dan aku kaji semua dengan susah payah
dan aku temukan satu (asli) wujud dengan cabang yang banyak
karenanya biarkan orang ini tidak menerima agama, karena mungkin saja
agama itu membuatnya jauh dari keaslian yang asli.

Menurut Hallaj wujud asli itu tidak lain adalah Tuhan, beberapa abad setelah kematian Hallaj banyak penyair sufi Persia seperti Rumi dan Hafez menulis puisi yang didedikasikan kepada al Hallaj:

Bunuhlah aku wahai terpercaya yang tercela
Membunuhku adalah hidup selamanya
Kematianku kau temukan kehidupanku

Badan disisiku tak berarti
Tanpa badanku sendiri aku hidup
pedang telah menjadi surgaku
kematianku ada dikehidupanku (Rumi)

Hafez penyair sufi persia abad 13 juga menulis sebagai berikut:

Tersebutlah sahabat yang digantung kepalanya
Dosanya hanyalah menyingkap rahasia (hafez)

Disebabkan oleh keyakinan yang dianggap “nyeleneh” atau dengan bahasa penulis sebagai “manusia tuhan”, kedua orang ini sama-sama menerima hukuman dari penguasa di zamannya. Ada kemiripan pada “manusia tuhan” ini dalam memandang hidup yaitu dunia adalah alam kematian dan memandang kematian sebagai kehidupan abadi. Bagi mereka iman bukanlah bekal untuk menghadapi kematian seperti hendak membawa bekal dalam perjalanan, melainkan iman harus ditransformasikan ke dalam kehidupan nyata sebagai perwjudan bersatunya zat tuhan ke dalam manusia. Kesimpulan akhir penulis mencoba mengajak pembaca untuk melihat kisah dua orang ini dari sudut pandang sastra mistik, yaitu mengkaji maknanya dari puisi-puisi yang lahir dari hasil karyanya sendiri atau dari orang lain yang terinspirasi dari kisah mereka berdua. Makna yang tersirat dari puisi-puisi tersebut dapat membawa pembaca menyelam ke alam mereka hingga dapat merasakan apa sebenarnya yang ada dalam benak dan hati penuli, karena bagi penyair perumpamaan/majas/pengkiyasan lebih mudah ditangkap daripada penjelasan, seolah-olah si pembaca adalah lawan bicara baginya. Dari bait Serat Siti Jenar, apabila kita telaah lebih dalam nampak jelas ajaran manunggaling kawulo kawalan gusti apa yang sebenarnya ingin dia sampaikan yaitu ajaran tentang bersatunya tuhan dalam wujud manusia, sehingga ibadah-ibadah praktis tidak diperlukan lagi karena sudah bersatu dengan tuhan dan Tuhan bebas dari ketentuan alam. Begitu juga dengan al Hallaj yang bait syairnya merupakan implementasi dari ucapannya ana al haq. Walaupun jaraknya berabad-abad antara keduanya, tetapi pengaruh al Hallaj sampai juga ke nusantara hingga menoreh sejarah dalam penyebaran Islam di Indonesia khusunya di pulau Jawa. Al hallaj adalah salah satu khazanah dalam sastra mistik di Iran sedangkan Siti Jenar juga memperkaya pengetahuan kita tentang sastra mistik yang dikenalkan Hamzah Fansuri dan murid-muridnya dalam sejarah sastra mistik di Indonesia walaupun tidak menyebutkan kisah siti jenar dalam syair-syairnya.(BZ)

___________________
[1] Achmad Chodjim, Syeikh Siti Jenar; Makna Kematian, (Jakarta:Serambi, 2009) 120.
Dijumput dari: http://ipi2010.blogspot.com/2010/03/sastra-mistik-antara-syeikh-siti-jenar.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez