Senin, 20 Mei 2013

Asketisisme dalam Sastra Profetik

Munawir Aziz *
nu.or.id 17/11/2012

Dalam ruang kehidupan yang mementaskan berbagai warna dan eksperimentasi, sastra hadir dengan misi profetik. Asketisisme merupakan dimensi penting yang membawa pengaruh dalam dunia kesastraan.

Di berbagai karya sastra, asketisisme sangat memengaruhi proses pengamatan, perenungan, hingga penciptaan. Sebagian karya sastra, entah itu mewujud dalam wajah cerpen, novel maupun puisi, dipengaruhi oleh ruh asketisme dalam nafas hidupnya. Asketisisme menjadi semacam lokomotif yang mampu menarik gerbong-gerbong inspirasi sastrawan, entah itu dalam panggung internasional, maupun yang berproses dalam ruang lokal.

Sastrawan semisal Naguib Mahfoudz, Gabriel Garcia Marquez, Knut Hamsun, Paulo Coelho dan beberapa sastrawan penting lain, menabalkan karya sastra yang penuh dengan nuansa asketis.

Di panggung sastra negeri ini, nama sastrawan Abdul Hadi WM, Musthofa Bisri (Gus Mus), Kuntowijoyo, Emha Ainun Nadjib, Jamal D. Rahman dan beberapa sastrawan lain, melahirkan karya sastra yang bersayap asketis di setiap sisinya. Meruahnya sastra asketis inilah yang menjadi penanda, betapa ruang asketisisme menjadi inspirasi penting untuk menyajikan karya sastra yang mampu menggebrak kebekuan peradaban.

Asketisisme menggerakkan inspirasi, mempertajam perasaan, meledakkan kata. Lebih dari itu, asketisme adalah manifestasi dari rencana-rencana mengukuhkan kekuatan moral dalam diri. Luapan perasaan, pembebasan tragedi dan keinginna untuk menjernihkan nurani, merupakan puncak kebebasaan meraup perasaan asketis.

Namun, asketisisme tak dapat digapai dengan kesombongan dan kesewenangan. Asketisisme melampaui perasaan dan emosi. Asketisisme tak dapat dikekang, hanya dengan simbol pencandraan. Asketisisme menjadi ruh, sekaligus wujud refleksi paling nyata atas pencarian jati diri.

Refleksi tragedi

Nilai-nilai asketisis yang dipercaya dan diimani, menjadi energi untuk membentuk daya kreatif atas karya dan kehidupan. Asketisisme tak hanya mengisi elan vital dan fondasi pencarian akan makna kebenaran, namun menjadi ruh kehidupan yang sebenarnya. Inilah yang menjadikan daya asketis begitu sakral, dahsyat dan susah dimaknai secara rasional.

Asketisisme meminggirkan keterpesonaan duniawi, menenggelamkan hasrat dan mendekap tragedi. Kehidupan asketis berteman akrab dengan tragedi, kegetiran dan kesedihan.

Nilai-nilai asketis berada di puncak kesadaran dan di seberang kenihilan, kenisbian tanpa ujung. Nilai asketis bersinar dan berpendar di puncak inspirasi, mempengaruhi ekspresi dan menebarkan kebebasan imajinasi.

Tragedi sepenuhnya akrab dengan perasaan asketis. Justru, di tengah himpitan kegetiran, miskinnya kenikmatan dan nihilnya gebyar perayaan, asketisisme menemukan puncak maknanya. Tragedi dimaknai sebagai ujian atas denyar kekuatan asketis, dengan sejurus kegetiran, ujian hidup yang berat akan menjadi pengalaman penting untuk meraih hakikat kebenaran.

Namun, tragedi tak selau berakhir dengan kegetiran. Justru, tragedi yang dihayati, akan menghasilkan puncak kenikmatan. Inilah makna dibalik kegelisahan dan kegetiran menempuh kehidupan tragis.

Melampaui asketisisme

Kegetiran dan tragedi juga termaktub dalam karya Gabriel Garcia Marquez. Di tengah kata yang berjejak lewat karya ”Selamat Jalan Tuan Presiden” (Bon Voyage Mr President and Other Stories, 1995), Marquez sepertinya ingin menyindir kegelisahan seorang presiden ketika tak lagi memegang kuasa. Bahkan, sang Presiden harus menjalani kehidupan sunyi dan sekaligus penuh romansa kesepian di sebuah negeri asing.

Sang Presiden dibuang dari negaranya karena peristiwa politik, dan kematian hampir menjemputnya. Bagi seorang presiden, diusir dari tanah asal adalah peristiwa menyakitkan, momentum sepenuhnya tragedi berjejak dan berkibar.

Penyakit kronis yang diderita memaksa Tuan Presiden untuk menjalani perawatan di Jenewa. Bahkan, Tuan Presiden juga membeli apartemen di Martinique, dengan peralatan dan bahan mahal dari Fourt The Frank. Di tengah kesunyian menjalani terapi kesehatan, Tuan Presiden kemudian berteman dengan pasangan Homero Rey dan Lazara Daviz, sambil menjalami terapi penyembuhan penyakit kronis yang diderita.

Marquez sepertinya ingin mengisahkan tragedi pemerintahan, di mana perebutan kekuasaan akan menghasilkan penderita dan orang-orang kalah. Di setiap medan konflik, pemenang akan menyingkirkan musuh politiknya. Inilah yang menjadikan keadilan terasa asing di tanah konflik. Hukum dan nilai humanis, kehilangan sayap untuk terbang melintas dan menebar kedamaian di tanah konflik. Penggalan cerita Marquez meneguhkan tragedi di tengah keabadian, konflik dalam catatan sejarah.

Dalam kisah Marquez, Tuan Presiden merasa menjadi subyek kalah dan dirajam penyakit. Akibatnya, stereotype muncul ketika tragedi mengubur kepercayaan diri.

”Kemenangan besar dalam hidupku adalah bila semua orang melupakanku” ungkap Tuan Presiden sebagaimana ditulis Marquez. Dalam bentangan imajinasi Marquez, asketisme dijalankan untuk menghilangkan ceruk kesombongan terdalam. Tuan Presiden yang digambarkan Marquez, justru menjalani laku asketis, ketika gebyar kemenangan dan jabatan telah lenyap, berganti kesepian dan kondisi serba asing. Pada titik kesenyapan inilah, tragedi menjadi ritual berharga, sikap asketis menjemput makna.

Namun, kecerdikan Marquez terbaca pada lingkup ini, asketisme dan laku tragis yang digambarkan tak menebarkan kesedihan mendalam. Justru, kondisi tragis digambarkan dengan kesenangan, penuh humor. Laku asketis, dalam imaji Marquez, justru berubah menyenangkan. Tragedi yang berhimpit dengan perasaan humor ini, senada dengan kepercayaan Milan Kundera. Kundera mengimani pentingnya humor, di segala medan penghayatan. Bahkan, Kundera mengungkapkan pernyataan terkenal, ”manusia berfikir, Tuhan pun tertawa”.

Keimanan terhadap pentingnya humor inilah yang menjadikan novel-novel Kundera menarik dan inspiratif.Kundera, dalam Art of Novel, menegaskan bahwa, tugas seorang novelis adalah mengganggu para pembacanya agar melihat dunia sebagai sebuah pertanyaan melalui novel. Menurutnya, ada tiga iblis yang memaksa kita untuk kehilangan kontak dengan pertanyaan kritis dan kekuatan revolusioner novel.

Pertama, ”Agelaste”, mereka yang tak bisa tertawa. Kaum ini menolak kebenaran sebagai sebuah pencarian dan mengharamkan pertanyaan. Kedua, menerima ide tanpa berpikir. Sejenis virus yang meracuni ruang kreatifitas manusia untuk menjejak kebenaran. Ketiga, menyalin kebodohan menerima ide tanpa berpikir ke dalam bahasa keindahan dan perasaan”.

Milan Kundera insyaf bahwa karya sastra akan menimbulkan efek psikologis dan emosional pembaca dalam waktu yang lama. Efek kebudayaan yang dihasilkan karya sastra akan berkelindan dengan waktu serta keabadian. Untuk itu, Kundera yakin bahwa karya sastra bermutu harus dilahirkan dengan proses, perenungan dan penghayatan mendalam.

Karya sastra bermutu, tak dihasilkan dari imajinasi picisan dan pemikiran dangkal. Asketisisme menjadi ruh dan energi untuk menyemai daya imajinasi sebagai modal penciptaan karya sastra.

*) Munawir Aziz, esais, alumni Center for Religious and Cross-Cultural Studies [CRCS], Sekolah Pascasarjana UGM, Jogjakarta.
Dijumput dari: http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,50-id,40803-lang,id-c,esai-t,Asketisisme+dalam+Sastra+Profetik-.phpx

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez