Senin, 21 Oktober 2013

Islam bukan Arena Baku Hantam

Awalludin GD Mualif
sastra-indonesia.com

Sebagai salah satu negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia, Indonesia sarat dengan berbagai persoalan. Salah satunya dari dulu hingga sekarang belum tertangani secara baik yaitu toleransi menjalankan sebuah keyakinan beragama (Islam).
Hampir setiap saat, terutama di berbagai daerah terpencil, penganut keyakinan ajaran agama (Islam) yang mengakomodir nilai-nilai adat istiadat dan budaya lokal tidak pernah merasa tenang dalam menjalankan ajaran keyakinannya. Ketakutan selalu menghantui mereka. Tindakan kekerasan senantiasa menjelma bayang-bayang meskipun ia tidak pernah diundang. Bagi masyarakat Indonesia, yang selama ini hidup dalam realitas keberagaman suku, adat istiadat, serta budaya, masalah tersebut sangat meresahkan.

Secara umum, penyebab ketidakharmonisan dalam menjalalankan sebuah keyakinan beragama antara lain disebabkan oleh kurang tegasnya pemerintah mengambil satu tindakan hukum kepada pelaku tindak anarkis, kondisi pemahaman umat yang mengalami disorientasi dalam memaknai sebuah hukum agama (merasa yang paling benar), dan lupa akan sejarah perjalanan bangsa. Apakah agama mengajarkan kekerasan? Pantaskah sekuntum keyakinan yang bersifat intagible dipaksakan? Siapakah yang harus bertanggung jawab dalam hal ini? Pertanyaan-pertanyaan di atas menunjukan betapa memprihatinkan sekaligus memilukan akibat dari pembiaran tindak anarkis yang mengatasnamakan agama dalam konteks ubudiyah (ibadah) dan muammalah (kemasyarakatan). Tindakan kekerasan dalam beragama tidak dapat dibenarkan melalui kacamata apapun, tanda cermin kurangnya kedewasaan dalam mengapresiasi ajaran agama.

Dalam ajaran Islam terdapat satu kaidah yang mewadahi adat istiadat dan budaya masyarakat setempat Al uruf “adat yang baik bisa dijadikan hukum” Istilah adat berasal dari bahasa Arab, yang apabila diterjemahkan lewat Bahasa Indonesia berarti “kebiasaan”. Adat, atau kebiasaan, telah meresap ke dalam Bahasa Indonesia, sehingga hampir semua bahasa daerah di Indonesia telah mengenal juga menggunakan istilah tersebut.

Sebagai Dasar kaidah ini Hadist Mauquf (riwayat Imam ahmad dari Ibnu mas’ud): “Apa yang dipandang baik oleh orang Islam, maka baik pula di sisi Allah” sebagian ulama berpendapat bahwa dasar kaidah di atas adalah Firman Allah, Surat Al-A’raf: 199). “Berikanlah maaf (wahai Muhammad) dan perintahkanlah dengan sesuatu yang baik, dan berpalinglah dari orang-orang bodoh” (QS. Al-A’raf: 199). Setelah memperhatikan kaidah serta ayat-ayat dan hadist yang menjadi dasar kaidah, perlu kiranya dijelaskan lebih dahulu tentang Ta’rif dari Al-Adaah dan Al-Uruf serta hubungannya dengan hadist. Menurut Al-Jurjani: “Al-Adaah ialah sesuatu (Perbuatan atau Perkataan) yang terus menerus dilakukan manusia, karena dapat diterima oleh akal, dan manusia mengulang terus menerus” Sedangkan Al-Uruf, kebanyakan ulama Fiqih mengartikan sebagai kebiasaan yang dilakukan banyak orang (kelompok) dan timbul dari kreativitas-imajinatif manusia dalam membangun nilai-nilai budaya. Sedangkan Al-Uruf, dalam bahasa arab terbentuk dari akar kata Al-Muta’araf, yang mempunyai makna “saling mengetahui”. Adapun “Uruf” menurut ulama Ushul Fiqih sebagai: “Kebiasaan mayoritas kaum baik dalam perkataan atau perbuatan”

Dari pengertian di atas, juga ta’rif (penjelasan) yang diberikan ulama-ulama lain, dapat dipahami bahwa Al-Uruf dan Al-Adah adalah searti, yang mungkin maknanya perbuatan atau perkataan. Keduanya harus benar-benar berulang-ulang dikerjakan oleh manusia, sehingga melekat di jiwa, diterima dan dibenarkan akal dengan pertimbangan sehat serta tabiat yang sejahtera. Hal demikian tentu merupakan perihal yang bermanfaat dan tidak bertentangan syara’ (alqur’an dan hadist), dan yang dimaksud hadist di atas, yaitu apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin. Dengan sendirinya di sini tidak termasuk dalam pengertian “adaah dan uruf, hal-hal yang membawa kerusakan, kedurhakaan, tidak ada faedahnya (manfaat) sama sekali. Misalnya: Muamallah dengan nganakno duit (riba), judi, saling daya memperdayai, menyabung ayam, dan sebagainya, meskipun perbuatan-perbuatan itu telah menjadi kebiasaan, dan bahkan tidak dirasa lagi keburukannya.

Dewasa ini umat Islam digegerkan dengan perusakan sebuah makam cucu Sri Sultan HB VI yang meninggal pada tahun 1933, yaitu Eyang Kyai Ageng Prawiropurbo, yang dimakamkan di Pesarean Karang kabolotan, di jalan Kusumanegara, Yogyakarta. Seperti yang dituliskan di Harian Kedaulatan Rakyat (17/9/2013), perusakan tersebut terjadi pada hari Senin, 16 september 2013, dilakukan oleh 15 orang memakai cadar. Makam Eyang Kyai Ageng Prawiropurbo merupakan situs sejarah. Ironinya kejadian ini terjadi di kota yang mempunyai nilai toleransi tinggi (Yogyakarta).

Ziarah, ngalap berkah, merupakan laku budaya yang sudah dilakukan masyarakat Jawa, jauh sebelum keyakinan agama Islam itu sendiri masuk ke Indonesia. Dan dalam ajaran Islam kebisaan seperti tersebut tidak bertentangan nilai-nilai yang di ajarkan oleh Rasullullah Muhammad SAW. Dari Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Zuhair bin Harb, mereka berdua berkata: Muhammad Bin ‘Ubaid menuturkan kepada kami: Dari Yaziid bin Kasyaan, ia berkata: Dari Abu Haazim, ia berkata: Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berziarah kepada makam Ibunya, lalu beliau menangis, kemudian menangis pulalah orang-orang di sekitar beliau. Beliau lalu bersabda: “Berziarah-kuburlah, karena ia dapat mengingatkan engkau akan kematian” (HR. Muslim no.108, 2/671).

Lupa akan sejarah merupakan istilah tepat bagi mereka yang telah merusak makam, karena tanpa adanya para pendahulu bisa jadi kita semua tidak akan mengenal keyakinan yang kita anut saat ini (Islam). Jika kita menengok jauh ke kebelakang, para wali yang mensyiarkan ajaran Islam di Nusantara tidak meninggalkan nilai-nilai lokalitas yang sudah lestari dan menjadi keyakinan budaya masyarakat setempat. Bahkan sebaliknya para penyiar agama Islam terdahulu mengakomodir adat dan budaya setempat sebagai media dakwah mereka. Contohnya, yang dilakukan kangeng Sunan kalijaga, dimana beliau menggunakan media wayang dan gamelan untuk mensyiarkan sebuah nilai-nilai keagamaan yang di jaman nabi hal semacam itu belum ada. Maka sangat tidak beralasan dan berdasar serta dibenarkan sama sekali dalam konteks hukum Islam maupun hukum Negara dari apa yang mereka lakukan terhadap makam Gusti Purbo di atas.

Selain lupa akan akar sejarah perkembangan Islam di Indonesia, disorientasi ajaran agama dalam sebuah aliran kelompok keyakinan sangat terlihat di kejadian ini. Merasa apa yang diyakininya paling “benar” tanpa dasar yang benar. Bagaimana tidak, sebuah tempat ibadah sekaligus situs sejarah yang di hari-hari tertentu ramai dikunjungi para peziarah, untuk mendoakan beliau (Gusti Purbo), sekaligus ngalap berkah, serta menjadi tempat bersosialisasi masyarakat, dirusak keberadaannya. Yang lebih miris, di area makam cucu Sri sultan hb VI ditulisi “syirik” dan “musryik” hingga di mushola (tempat orang melakuan aktivitas ibadah).

Islam mempunyai konsep dasar Rahmatan lilalamin (menjadi rahmat untuk seluruh alam) dan musyawarah mufakat guna mediskusikan berbagai macam perbedaan dalam menafsiri ajaran agama, duduk bersama dan membicarakan segala sesuatunya secara arif. Jika hal ini dapat dilakukan maka tindak kekerasan, atau dalam hal ini perusakan, akan dapat diminimalisir, bahkan tidak ada. Merupakan tindakan di luar ajaran Islam bahwa kekerasan berbentuk apapun tidaklah diperkenankan. Jika perbuatan semacam ini tidak mendapatkan tindak lanjut yang tegas dari aparat penegak hukum (yang diberi kuasa oleh rakyat melalui undang-undang), akan muncul banyak keresahan di masyarakat. Jangan sampai masyarakat mengambil langkah hukum sendiri, karena setiap tindakan kekerasan tidak akan pernah rampung jika diselesaikan dengan cara yang sama.

Jogjakarta 2013
Dijumput dari: http://sastra-indonesia.com/2013/10/islam-bukan-arena-baku-hantam/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez