Sabtu, 07 Juni 2014

Gerakan Paderi dan Puifikasi Islam

H Marjohan *
www.harianhaluan.com, 10 Nov 2013

Dalam sebuah Hadits yang shahih lagi mutawatir, Nabi Muhammad SAW bersabda: al-Islamu ya’lu wa la-yu’la ‘alaihi (Islam itu unggul dan tidak satu pun ajaran yang mampu menandingi keunggulan Islam). Namun, ketinggian Islam akan tetap bertengger di awang-awang bila umatnya enggan membawa turun ke peradaban bumi. Melangitkan yang menggeliat di pelataran bumi serta membumikan yang bergelayut di langit (wahyu) itulah gawe pokok pemuka Islam. Dalam satu kali tarikan nafas: disebut tajdidu fi al-Islam! (pemba(ha)ruan/purifikasi Islam.

Khusus di Minangkabau secara kultural dan Sumatera Barat secara provinsial, gerakan pembaruan pemikiran al-Islam telah diretas oleh “Tiga Serangkai”nya tanah Minang: Haji Miskin, Haji Soemanik dan Haji Piobang sejak 1803-1821 M. Dalam sejarah, langkah yang mereka ayunkan disebut Gerakan Paderi generasi pertama. Sasok-jarami/Bengkalai yang mereka wariskan, diulas Tuanku Imam Bonjol, Tuanku Tambusai dan Tuanku Rao (1821-1837). Sejarawan cenderung mengistilahi Gerakan Paderi generasi kedua. Baik generasi pertama maupun kedua berhadapan dengan syirik peninggalan jahiliah sebagai rimah-rimah Agama Hindu, sekitar abad ke-7 M. Yaitu apa yang disebut animisme, dinamis­me dan totemisme. Lebih dikerucutkan, komunitas Islam di daerah ini terkon­taminasi pemikiran-pemikiran irrasional.

Misalnya (1), mempercayai capak-capak baruak (mantra/magig) yang dilafazkan dukun; (2), ayam, keris, pisau dan sejenisnya yang telah ditapuang-tawa(r)i sang dukun tadi dipandang kiramaik (bertuah) dan punya kekuatan supra-natural); (3), murai berkicau di suyuak/di sudut rumah, pertanda Malaikat Izrail bakal mencabut nyawa ahlu al-bait;(4), andai bencana menyapu sebuah komunitas semisal di taratak, dusun dan nagari diantisipasi dengan: Ratik tolak bala; (5), orang-orang tertentu semisal guru mengaji, dukun dan lainnya cenderung di-kultus individukan. Sisa air yang direguknya diperebutkan serta titah yang digulirkan tak boleh ditantang seujung kuku pun kalau dilanggar bisa-bisa katulahan (tidak hormat secara budaya); dan pemikiran-pemikiran mistikal lainnya yang berkecambah di daerah ini.

Syirik Modern

Akan tetapi kita yang hidup di zaman modern yang kian menapak maju sekarang justru berhadapan dengan syirik modern dengan segala bentuk dan manifestasinya. Diperbudak hawa nafsu berarti memosisikan hawa nafsu sebagai tuhan terutama nafsu lawwamah (nafsu binatang). Betapa segelintir masyarakat di kota dan di nagari ingin jadi orang kaya (milioner) secara mendadak. Indikasinya? Selain keranjingan togel/toto gelap, porkas dan sejenisnya yang bernama pencurian berupa: mengicuh, menyikat, menyikut, menepak, menipu dan menepong serta maling dan merugikan pihak lain semakin bernanah berdarah di negeri ini.

Kalau tempo doeloe yang namanya si pemaling akrap benar dengan peralatan tradisional. Sebut saja, ladiang/pedang, kampak, pisau, linggis dan sejenisnya. Namun sekarang—sebagaimana diberitakan mass media cetak dan elektronik, si perampok justru bergelut dengan setumpuk peralatan/cara-cara canggih semisal pistol, bius, hipnotis, komputer dan lainnya. Modus overandi yang dimainkan juga cukup beragam lagi bervariasi. Sebut saja manggadabiak (mengancam) karyawan bank pakai pistol agar menyerahkan kunci brankas: menguras uang yang ada dalam brankas/”kotak” ATM; mengacungkan senjata pada pedagang sembari menyikat habis assetnya yang bejibun. Atau belakangan ini menyuruh: mentransfer uang ke rekening tertentu sembari mengepit kepala harimau: mengelabui kita dengan mengatas namakan pejabat tinggi pusat, provinsi dan kabupaten/kota; dan kiat-kiat lain yang membuat orang jadi bangkrut.

Tidak cuma di kota-kota pelbagai kasus pencurian juga sangat menggalaukan di komunitas kampung. Hati siapa tak terenyuh, berdalih(l) kebebasan di alam reformasi sebagian masyarakat tergelicik malanyak dan malanyau (menghabisi) kebun: kakau, cengkeh, buah pala, kulit manis, serta kebun sawit dan lainnya secara illegal. Khusus yang disebut penghabisan (sawit) karena investor mempercayakan keamanan areal pada pihak keamanan setempat—ujung-ujungnya berkelabatlah bentrok fisik antara pejabat berseragam dengan rakyat. Dan, yang membuat kening berkarut-marut konflik vertikal dan horizontal tersebut ada yang berakhir dengan el-maut lantraran dengan alasan membela diri: petugas melakukan apa yang disebut: tembak di tempat! Kondisi merisaukan ini kerap mencuat ke permukaan di daerah sawit. Sebut saja Pasaman Barat, Agam, Sijunjung, Darmasraya dan Solok Selatan. Sekali lagi tergila-gila dengan rayuan dunia (hubbub ad-dunya), apalagi dengan cara tidak sehat berarti menduakan Tuhan. Dan, pada hakikatnya itulah yang dusebut syirik modern.

Krisis Kepemimpinan

Lalu pertanyaan menggelitik! Kenapa sebagian masyarakat nekat memburu harta dengan cara-cara tidak halal? Selain kian menipisnya kesadaran beragama—juga mencontoh kakobeh dan kurenah segelintir elite politik di Tanah Air. Bukankah budaya paternalistik masih dikepit masyarakat kian ke-mari. Satu adagium mengatakan: andai guru (baca: pemimpin) kencing berdiri-maka murid/rakyat kencing berlari.

Sigilah! Betapa sebagian petinggi negeri bersilantas angan benar menilep uang negara. Nyaris tiap hari kita disuguhi berita baik mass media cetak maupun elektronik: bahwa para juragan negeri tergelincir ke dalam lumpur materialisme, konsumtifme, pragmatisme dan hedonisme. Yang menyergap sebongkah hati mereka dalam rentang waktu 24 jam: bagaimana menimbun harta sebanyak mungkin. Bukan buat satu keturunan bila perlu mampu membiayai tujuh dinasti. Dan, yang membuat kita terhenyak-bengong obsesi memperkaya diri (self oriented), memperkaya kelompok dan kroni itu tidak hanya melanda habitus eksekutif dan legislatif—tapi pihak yudikatif pun tidak kalah nekadnya.

Walau lima belas tahun sudah reformasi bergulir di Tanah Air namun yang bernama suvremasi hukum yang disorakkan ketika membidani reformas dan demokratissi, pada 1998 lalu, terkesan masih diselimuti diskriminatif dan polaritatif. Indikasinya? Pencuri sepasang sandal jepit terpaksa berurusan dengan aparat hukum. Sedang si perampok uang Negara dalam jumlah gadang-badagok (amat banyak) dibiarkan bebas melenggang kian ke-mari.

Dan, yang membuat kening berkarut-marut aparat hukum sejak dari gerbang pertama (polisi) sampai lorong terakhir (hakim) sepertinya terpengap dalam kepompong sempit berpikir sehasta ke muka. Hati siapa tak terenyuh, kalau seorang Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Akil Muchtar—menyandang prediket tersangka menerima uang suap. Pasalnya? Konflik yang menggelembung pasca Pilkada Gunung Mas, Kalimantan Tengah dan Lebak Baten yang dibawa ke institusi yang dibiduki Akil Muchtar tersebut. Konon tarif untuk sengketa Pilkada Bupati/Walikota harganya sekitar dua milyar. Sedang sengketa Pilkada Gubernur: lima milyar. Nah! Bukankah ini namanya hukum bisa dibeli bagi yang berkantong tebal!

Selain itu, gaji besar sepertinya bukan sebuah jaminan seseorang/sekelompok orang untuk tidak dgerogoti virus dan wabah korupsi. Bukankah gaji seorang Ketua MK mencapai angka Rp. 40 jua/bulan. Dan, jumah sebanyak itu masih ditukuk tunjangan jabatan sebanyak Rp 9 juta. Lalu kenapa Akil masih tergiur uang sogok? Dalam pendekatan tashauf Islam itulah yang dinamai al-qalb al-marid. Maksudnya? Penyakit hati berupa: serakah, tamak serta tak pernah merasa kenyang. Dan, pada hakikatnya kangker hati semacam itu benarlah yang sedang berjangkit dan menular di negeri ini. Sehingga yang bernama KKN (kolusi, korupsi dan nepotisme) bukannya semakin mampu diminimalisir tapi malahan kian berkecambah.

Memosisikan Hukum sebagai Panglima

Dalam satu adagium dikatakan: Andai politik diposisikan menjadi panglima, like and dislike maka sebuah Negara cepat atau lambat bakal hancur berkeping-keping. Tapi, kalau hukum dijadikan sebagai panglima, maka sebuah Negara akan aman, sejahtera dan sentosa. Makanya ke depan bahkan sekarang juga—yang namanya hukum di negeri ini harus ditegakkan dan dijunjung tinggi tanpa diskriminatif, polaritatif dan tebang pilih.

Dan, dalam kerangka ini akan lebih afdal kita camkan ke petala hati sepenggal hadits Nabi Muhammad SAW: “kehancuran umat di masa lalu, karena membiarkan si pencuri kakap bergentayangan di mana-mana, dan menghukum si pemaling kecil (shaghir) dengan hukuman berat. Andai si jantung hatiku, Siti Fatimah tertangkap basah mencuri, pasti Aku potong tangannya” (laqa­tha’­ta yadaha/Hadits shahih & mutawtir).

Khatimah! Supaya yang bernama syirik baik yang berkategori klasik (salafiyah) maupun yang bermodel syirik modern/kontemporer (khalafiyah) sebagaimana disinggung di muka, maka sejatinyalah pemuka agama kita (Rijalu ad-Din) melakukan pembaruan pemikiran Islam. Tegasnya, sebelum NKRI ini lumat dan hancur berkeping-keping sudah tiba saatnya kita menelusuri, mengaktualisasi plus mengap­likasikan purifikasi Islam yang diretas oleh sutradara Paderi tempo doeloe. Semoga!

*) Pemerhati Sosial-Budaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez